Komunitas Solider dan PSBB di Jatim

Oleh :
Edi Utomo
Penulis adalah Sekertaris Umum Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jawa Timur

Corona Virus-19 (Covid-19) sebagai pandemi global juga berdampak secara luas di Indonesia. Di Indonesia terhitung jumlah penderita terus menanjak naik. Jumlah tersebut tidak hanya berdampak secara kesehatan, namun juga dimensi lain yaitu masalah sosial-ekonomi. Seperti kita ketahui, bahwa dampak dari Covid-19 adalah pembatasan aktivitas secara besar-besaran (physical distancing) yang berdampak pada kebijakan Work From Home (WFH). Bagi pegawai tetap dengan model pekerjaan yang dapat dilakukan dirumah tentu hal tersebut tak jadi persoalan mengingat penghasilan terus didapatkan seara kontinyu. Namun pemandangan bertolak-belakang dialami oleh masyarakat dengan tingkat kerentanan ekonomi yang tinggi, seperti pekerja informal, buruh harian lepas, supir ojek online (ojol), UMKM dan berbagai pekerjaan lainnya yang terdampak meluas sehingga pekerjaan mereka tidak dapat dilakukan ditengah masa pandemi Covid-19 ini.
Dalam konteks ini, stimulus dan relaksasi kebijakan yang telah dilakukan oleh negara dengan tujuan untuk mengamankan masyarakat terdampak Covid-19 nyatanya tidak dapat dilihat dampak yang signifikan di lapangan. Dalam konteks ini suka atau tidak suka, masyarakat Indonesia secara gotong-royong melakukan berbagai aktifitas filantropis, seperti: pembagian masker, sembako, uang tunai, dan kebutuhan dasar masyarakat yang lain. Gelombang gerakkan masyarakat yang tumbuh secara alamiah inilah yang perlu dilihat potensinya, bagaimana pola yang tepat dalam penanggulangan Covid-19, serta bagamiana membangun ketahanan hidup bagi masyarakat yang rentan, ini yang dimaksud sebagai Komunitas Solider.
Komunitas Solider dan Gerakkan Masyarakat
Dalam masa melawan bersama Covid-19, nilai-nilai kemanusiaan perlu diperkuat sebagai basis dalam menghadapi penyebaran virus yang sangat cepat ini. Antar-komunitas masyarakat di seluruh Indonesia tidak hanya diuji untuk mengamankan diri dirumah dengan serangkaian agenda WFH. Namun juga memperhatikan tetangga dan masyarakat disekitar rumahnya untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi kelompok rentan yang sangat mungkin mengalami penderitaan ganda, selain kerentanan terpapar virus juga kerentanan untuk tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.
Dalam ajaran Islam misalnya, kita diwajibkan untuk tolong menolong, bahu-membahu dalam dalam mengerjakan kebaikan, hal tersebut tertuang dalam Q.S Al-Maidah ayat: 2 yang kurang lebih artinya sebagai berikut” … Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan… (QS al-Maidah [5]: 2)”. Konsep ta’awun ala al-bir wa al taqwa merupakan seruan agama yang dapat dijadikan sebagai dasar insttumen gerakkan sosial dalam menghadapi Covid-19.
Komunitas solider tidak hanya kekuatan antar-warga yang saling tolong-menolong, namun juga membutuhkan amplitude gerakkan yang lebih besar melalui program charity yang dilakukan organisasi kemasyarakatan, seperti Muhammadiyah dan NU serta Ormas yang lain, ataupun koorporasi yang dengan dermanya mampu bergandengan tangan dalam memperkuat basis komunitas solider. Tentu ini bukan pekerjaan yang ringan, mengingat resesi ekonomi telah dirasakan banyak pihak, namun, apabila itu bisa dilakukan secara bersama-sama, tidak menutup kemungkinan semua elemen masyarakat dapat terlepas dari keterpurukan ini.
PSBB yang Transparan
Ditengah tingginya komunitas masyarakat yang ingin berkontribusi untuk melawan Covid-19, harus ada kekuatan yang bisa mengkordinasi secara tepat potensi tersebut. Komunitas masyarakat jangan lagi dibiarkan bergerak sendiri-sendiri. Pemerintah harus mampu berkomunikasi dengan semua komunitas masyarakat untuk bergerak dalam satu komando. Momentum bertemuanya Gubernur Jatim dan beberapa kepala daerah/perwakilan Surabaya, Gresik dan Sidoarjo (19/04/2020) yang bersepakat untuk mengusulkan Perluasan wilayah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah langkah yang tepat. Pemerintah di level provinsi dan kota/kabupaten menegaskan bahwa sudah tidak ada lagi ego sektoral. Semua bersepakat bahwa Covid-19 adalah musuh bersama.
Ketika PSBB sudah mendapatkan persetujuan dari pemerintah pusat. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian adalah terkait transparansi/keterbukaan dan sinergi antar semua pihak. Keterbukaan dibutuhkan untuk disampaikan ke publik terkait data dan kesiapan fasilitas, dana dan penunjang lainnya oleh pemerintah di semua level. Kepada daerah tidak perlu takut dibilang tidak mampu atau tidak siap. Justru dengan keterbukaan tersebut kesempatan untuk publik (non- pemerintahan) berkontribusi secara kolektif. Tentunya semuanya dalam satu komando. Sudah saatnya pemerintah menjadikan komunitas masyarakat menjadi mitra untuk melawan Covid-19. Berbagai hal bisa dilakukan, seperti penggalangan dana donasi, pemanfaatan influencer untuk sosialisasi aturan PSBB dan hal-hal strategis lainnya.
PSBB diakui ataupun tidak menyiratkan harapan masyarakata di 3 kabupaten/kota diatas. Harapan tersebut harus dipenuhi dengan menunjukkan keseriusan. Sebuah persiapan yang benar-benar matang dan memperhatikan daerah lain yang lebih dulu menerapkan PSBB. Keterbukaan dan sikap responsif atas keadaan adalah kunci keberhasilan PSBB. Sudah saatnya memadukan solidaritas masyarakat dan kekuatan pemerintah dengan segala instrument yang dimiliki.
Kebersatuan Gerakkan Untuk Menghadapi Covid 19
Solidaritas dalam penanggulangan Covid-19 antara masyarakat dan pemerintah ini perlu diperkuat agar aspek medis dan ekonomi yang terdampak dapat segera teratasi. Sehingga krisis ekonomi dan kekacauan sosial dapat segera diatasi secara bersama-sama. Bukankah watak asli masyarakat kita adalah gotong royong, maka dari itu komunitas solider yang didukung oleh pemerintah yang menjunjung tinggi keterbukaan adalah kata kunci. Banyak hal yang bisa dilakukan pemerintah dengan memanfaatkan solidaritas masyarakat. Dalam hal menggerakkan ekonomi contohnya. Pemerintah bisa membuat regulasi untuk melakukan social-buying/beli dagangan saudara dan kawan, kegiatan barter, atau cara-cara lain yang kreatif akan menunjukkan bahwa masyarakat kita bisa berdiri diatas kaki sendiri (berdikari) ditengah wabah Covid-19, semoga kita dapat melalui wabah ini sesegera mungkin, agar kehidupan sosial masyarakat kita dapat berjalan dengan normal, dan menikmati suasana Idul Fitri dengan nyaman dan aman. Wallahu A’lam bi Showab.

—————- *** ——————

Rate this article!
Tags: