Koprol, Kotak Protokol Sterilisasi yang Dilengkapi AR

Angki menunjukkan aplikasi Koprol yang dilengkapi UVC untuk sterilisasi dan teknologi AR untuk pemasaran.

Surabaya, Bhirawa
Peningkatan kualitas pendidikan vokasi di bidang teknologi informasi terus dilakukan. Dalam menghadapi era society, bahkan para siswa dituntut untuk melahirkan ide inovasi teknologi sesuai kebutuhan masyarakat. Sebab, kedepan di era ini pekerjaan dan aktivitas manusia akan difokuskan pada Human-Centered yang berbasis pada teknologi.
Salah satu inovasi tersebut seperti yang dibuat guru dan siswa SMKN 12 Surabaya, dengan Kotak Protokol atau Koprol. Inovasi ini, terletak pada perabotan lemari yang dilengkapi dengan lampu UVC dan teknologi Augmented Reality (AR) untuk menampilkan gambar secara tiga dimensi.
Guru desain interior dan teknik furniture SMKN 12 Surabaya, Angky Patria Ruswinda mengungkapkan, ide ini tercetus ditengah kondisi pandemi. Sebab, kini masyarakat harus menerapkan protokol secara ketat. Di sisi lain, virus akan menempel pada benda dalam waktu yang cukup lama.
“Berangkat dari itu kita lengkapi dengan lampu UVC untuk sterilisasi. Karena saat kita bawa pulang benda ini, kita gak tau banyak virus menempel, pembersihan benda juga waktu yang cukup lama. Akhirnya kita buat terobosan ini,” ujar dia, Selasa (23/10) dalam kegiatan Expo and Expose ICT SMK 2021.
Sementara untuk teknologi AR, kata Angki ini digunakan sebagai ajang promosi, untuk menampilkan benda secara 3D, jika pembeli berada di daerah yang cukup jauh.
“Sejauh ini kita hanya menerima pesanan. Karena kita buat semuanya di sekolah,” kata dia.
Untuk bisa membeli atau melihat perabotan rumah karya SMKN 12 Surabaya ini, pembeli bisa mengunggah aplikasi melalui aplikasi store. Kemudian scan QR yang tertera maka pembeli bisa melihat berbagai perabotan dengan tema yang ditawarkan.
“Selain dilengkapi dengan UVC dan AR kita juga buat hall table. Jadi memberikan pilihan kepada pembeli untuk rumah yang kalasik mungkin cocok dengan perabotan A. Begitupun untuk rumah minimalis, cocok dengan perabotan B,” jabarnya.
Hingga kini sudah 50 buah perabotan dibuat. Mulai desain hingga produksi. Proses pembuatannya pun didampingi oleh guru furniture. Sehingga butuh waktu setidaknya satu bulan untuk menyelesaikan seluruh barang.
“Kita bisa bilang kelebihan inovasi kami ini ada kombinasi estetik dan fungsional. Karena biasanya teknologi kadang tidak mempertimbangkan nilai estetika. Jadi kita buat menyatu dengan ruangan. Finishing kita buat sesuai dengan beberapa tema,” urainya.
Kedepan, Angki beserta tim akan mengembangkan inovasi dengan kelengkapan sensor handsanitizer dan sensor open. ”Karena kami terbatas di tenaga IT, jadi ini yang akan kita kembangkan kedepan,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala SMKN 12 Surabaya, Biwara Sakti Pracihara mengungkapkan melalui kegiatan expo dan expose ICT SMK ini, pihaknya lebih mengetahui peta SMK yang sudah move on di bidang-bidang IT dan pengembangan IT ke depan.
“Jadi ini juga menjadi ajang adaptif dan kolaboratif antar SMK,” katanya. [ina]

Tags: