Tuban, Bhirawa
Di tengah ramainya pemberitaan terkait dengan perselisihan dua institusi negara, dalam hal ini institusi Polri dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang sangat disayangkan banyak publik, sejumlah pelajar Madrasah Aliyah (MA) Ashomadiyah di Kabupaten Tuban menyampikan keprihatinan dan kritik dengan cara yang berbeda.
Bentuk keprihatinan yang dikemas dalam aksi damai dan dilakukan para pelajar dengan bentuk balap karung, di mana pada karung yang dipakai berlomba tersebut bertuliskan dua institusi hukum yang lagi konflik untuk beradu kecepatan seperti pada perayaan hari kemerdekaan. “Kasus KPK vs Polri harus segera diselesaikan. Karena ini sangat tidak baik untuk generasi muda,” kata Hendrik, salah satu siswa yang ikut dalam aksi damai itu kemarin lusa(28/1).
Dalam aksi Balap Karung KPK vs Polri tersebut, para siswa memberikan pesan moral bahwa dua institusi tersebut harus sama cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam pemberantasan korupsi dan juga penegakan hukum.
“Sebagai rakyat kecil kita sangat prihatin. Karena bapak-bapak dari KPK maupun Polri yang harusnya menjadi pengayom justru menjadikan hukum ditafsiri sebagai kepentingan masing-masing,” ungkap Agus Riza Salahuddin Habibi, Kepala Sekolah MA Ash-Shomadiyah Tuban.
Menurutnya, Presiden Jokowi harus segera turun dan mengambil sikap tegas atas drama kisruh dua lembaga penegak hukum yang tidak kunjung tuntas. Karena kasus tersebut sangat tidak mendidik dan tidak terpuji untuk generasi bangsa. “Komentar Jokowi harus tegas untuk menyelesaikan masalah ini. Kalau drama ini tidak kunjung selesai justru sangat tidak terpuji dilihat oleh para generasi bangsa,” terang Gus Riza pangilan kepala sekolah MA Ashomadiyah.
Sementara itu, aksi damai Balap Karung KPK vs Polri atas keprihatinan kisruhnya KPK vs Polri dilakukan selama sekitar setengah jam. Para pelajar tersebut juga membeberkan tulisan yang menyerukan kerukunan kedua penegak hukum tersebut. [hud]
Caption foto ; Pelajar MA Ashomadiyah Tuban saat balapan karung bertuliskan KPK dan Polri sebagai bentuk protes tontonan yang tidak mendidik bagi generasi bangsa. (Khoirul Huda/bhirawa)
