KUA di Kabupaten Sidoarjo Digandeng Percepat Penurunan Angka Stunting

Kepala Dinas P3AKB Kab Sidoarjo dan Plt Kemenag Kab Sidoarjo dalam acara FGD dengan KUA dari Kemenag Sidoarjo untuk mempercepat penurunan kasus stunting. [ali/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Mempercepat penurunan angka stunting di Kab Sidoarjo, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan KB (P3AKB) Kab Sidoarjo, Rabu (16/3) kemarin, di Fave Hotel, menggelar Forum Grup Discusion (FGD) dengan Kantor Urusan Agama (KUA) di Kab Sidoarjo.

Plt Kepala Kemenag Kab Sidoarjo, Drs Mufi Imron Rosidi, menyambut baik acara yang bertujuan untuk menciptakan generasi bangsa yang sehat dan kuat jasmani dan rohani tersebut.

“Kami sangat sepakat dengan adanya kerja sama kolaborasi antara pihak BKKBN dengan pihak Kemenag ini. Khusus di Kab Sidoarjo supaya bisa tercipta zero stunting,” komentarnya dalam kesempatan tersebut.

Kepala Dinas P3AKB Kab Sidoarjo, Ainun Amalia SSos, menegaskan kerja sama tersebut sebagai strategi pencegahan percepatan angka stunting di Kab Sidoarjo.

Pada tahun 2024 mendatang, Pemerintah Pusat menargetkan prevalensi angka kasus stunting secara Nasional dibawah 14%. Di tingkat Provinsi Jawa Timur, prevalensi angka stunting sebesar 21% – 22%.

Sedangkan di Kab Sidoarjo, kata Ainun, merujuk pada data Bappeda Sidoarjo yang terbaru, sebesar 7.4%. Meski begitu, menurutnya tidak bisa santai-santai saja, namun harus tetap melihat juga dari sisi makro, baik kondisi di Provinsi Jawa Timur dan Nasional.

“Supaya tidak terjadi kasus Stunting harus dicegah mulai hulu sampai akhir. Pihak KUA yang terlibat dalam masalah pernikahan, bisa mencegah dengan menanyakan kesiapan nikah kepada calon pengantinnya,” papar Ainun, panjang lebar dihadapan 18 Kepala KUA dan 18 Koordinator PLKB di Kab Sidoarjo.

Saat ini dengan adanya Aplikasi elektronik siap nikah dan hamil (Elsimil) yang ditetapkan dalam Inpres No 72/2021, para petugas KUA bisa menanyakan data-data tersebut kepada para calon pengantin.

“Mengisi aplikasi Elsimil kepada para calon pengantin, harus mulai dibudayakan. Untuk mengetahui kesiapan nikah jasmani dan rohani para calon pengantin,” ujarnya.

Dengan adanya Aplikasi Elsimil, maka pihak KUA dan petugas PLKB akan bisa mengedukasi para calon pengantin. Agar nantinya para calon pengantin benar-benar siap secara jasmani dan rohani. Sehingga bisa menghindarkan anak-anak yang dilahirkan dalam kondisi stunting.

“Apa jadinya negara ini kalau banyak generasi terlahir stunting. Sebab kondisi fisik mereka tidak hanya kerdil saja, tapi daya pikir mereka juga akan lemot,” katanya.

Menikah dalam usia muda dan menikah yang tidak siap secara mental, menurut mantan Camat Sukodono, juga banyak dampak negatipnya. Diantaranya rawan terjadinya kasus angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Juga rawan terjadi kasus perceraian.

Kalau sudah stunting, menurut Ainun, proses recovery nya juga akan berat dan lama. Dari 400 ribuan KK di Kab Sidoarjo, dari hasil screening ada sekitar 230 ribuan KK yang dianggap rawan resiko terjadi kasus stunting.

Untuk mempercepat penurunan kasus Nasional ini, maka harus segera dilakukan penyisiran kepada KK yang rawan kasus stunting dan diberikan edukasi dan bantuan oleh Pemerintah. (kus.bb)

Tags: