Lima Pelajar Bolos Dirazia Satpol PP Genteng

3-Kelima siswa menangis dan menyesal saat terjaring razia Satpol PP Kecamatan Genteng saat membolos sekolah, Kamis (291).Surabaya, Bhirawa
Sebanyak lima siswa sekolah di Surabaya terjaring razia Satpol PP Kecamatan Genteng, Kamis (29/1). Mereka tertangkap saat sedang asyik bermain game online di sejumlah warnet di jam sekolah dan nongkrong di Sentral PKL Kalimas (skate park).  Saat dirazia, kelima remaja ini masih lengkap menggunakan seragamnya.
Kelima pelajar ketika dibawa di kantor Kecamatan Genteng. Salah satu siswa yang terjaring, adalah  siswa kelas tiga di SMK Negeri 10 jurusan multimedia, Ahmad Nugra terus menangis. Lantaran telat dan takut dihukum oleh pihak sekolah.
” Saya takut kalau terlambat disuruh lari muteri lapangan serta dorong motor. Saya menyesal mas, dan janji gak akan mengulangi lagi, apalagi bapak saya gak kerja,” ucap Nugra pada Bhirawa yang tak hentinya menangis.
Selain itu, Salah satu siswa apes tersebut adalah Moch Riski. Siswa kelas IX SMP Wachid Hasyim ini terjaring lantaran saat ia tengah asyik main game di internet di kawasan Kalianyar. Ia mengaku kabur dari sekolah lantaran sudah terlambat masuk dan tidak berani menghadap ke petugas keamanan sekolah.
” Baru pertama kali, karena terlambat akhirnya saya ke warnet,” tuturnya.
Ia mengaku bahwa bermain di warnet lebih aman dibanding harus pulang ke rumah. Ia takut terkena marah kedua orang tuanya. Bahkan, setelah diamankan di kantor kecamatan Genteng pun, ia tidak berani menghubungi ayahnya yang bekerja di Perak ataupun ibunya yang bekerja sebagai pegawai toko di kawasan Kaliondo tersebut.
Selain Riski, di warnet yang sama para petugas juga menangkap tiga siswa lainnya. Yaitu Eric Lukmana siswa SMP YP 17, Muhammad Subet Abdillah siswa SMA Kemala Bhayangkari, Giovanni Edy Gunawan siswa SMPMuhammadiyah 1.
Selain di warnet, para petugas juga merazia centra PKL di Sketpark di bawah jembatas WTC. Disana petugas menjaring Anantya Mutiara, siswi SMKN 6 Surabaya.
Berbeda dengan Riski yang baru tertangkap satu kali, bagi Giovani penangkapan hari ini adalah kali kedua. Sekitar empat bulan yang lalu, dirinya juga terjaring jajaran petugas Satpol PP Kecamatan Genteng. Giovani bolos sekolah dan main game di warnet lantaran kabur dari sekolah.
Ia mengaku belum merampungkan tugas menyampul buku yang ditugaskan gurunya di sekolah. “Kalau ketahuan nanti dihukum, jadi saya kabur dari sekolah,” tuturnya.
Saat dijemput oleh ibunya, Sukartiani mengaku bahwa ia sangat kecewa dengan kelakuan anak bungsunya itu. Padahal, warga Kapasari ini mengaku bahwa jika di rumah anaknya tergolong anak yang pendiam. Serta, kalau mau kemana-mana Giovani selalu minta ijin padanya.
” Saya nggak menyangka, kepercayaan saya saat ia perggi ke sekolah, malah pergi bolos dan main game online,” imbuh warga Kapasari III ini.
Giovanni mengaku, jika membolos dan main game online, ia bisa menghabiskan waktu sampai pukul 15.00 WIB seperti anak-anak sekolah normalnya pulang sekolah. Padahal, harga main game itu adalah Rp 5 ribu untuk tiga jam. “Bayarnya ya pakai uang saku,” celetuk Giovanni.
Camat Genteng Edy Christijanto menyatakan bahwa pihaknya merazia beberapa titk. Yaitu Sket park dan sejumlah warnet di kalianyar. Eddy menyampaikan bahwa hal ini dilakukan untuk mengembalikan fungsi anak sekolah yang berkeliaran di tempat umum atau di tempat-tempat warnet.
” Kali ini hasil petugas Satpol PP Kecamatan Genteng mengalami penurunan, karena efektif dan continue serta pada bulan sebelumnya kita berikan efek jera. Artinya yang terjaring ini wajah baru semua, hanya satu siswa yang sudah kedua kalinya,” terang Eddy pada Bhirawa.
Eddy juga menambahkan, bahwa pihak orang tua siswa juga diberi pengarahan agar terus ekstra dalam memantau anaknya. ” Dan sekolah juga kita tekan agar tetap memberikan izin untuk masuk sekolah meski terlambat,” tambah Eddy yang baru pulang Umrah ini. (geh)

Keterangan Foto : Kelima siswa menangis dan menyesal saat terjaring razia Satpol PP Kecamatan Genteng saat membolos sekolah, Kamis (291). [trie diana/bhirawa]

Tags: