M Nuh Kritik Libur Sekolah Pasca Teror Bom

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh menyapa jamaah usai menjadi penceramah dan salat tarawih bersama keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga di Auditorium Graha Bik IPTEKDOK, Minggu malam (20/5). [Gegeh Bagus Setiadi]

Surabaya, Bhirawa
Imbauan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kepada sekolah agar tidak langsung memberikan pelajaran saat siswa masuk, Senin (21/5), dikritisi oleh Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh.
Hal ini disampaikan Risma ketika memberi arahan kepada guru Agama SD dan SMP se-Surabaya di Convention Hall Jl AR Hakim, Surabaya, Jumat (18/5). Oleh Risma, sekolah diminta memberi hiburan kepada siswa untuk menghilangkan trauma pasca-teror bom di Surabaya pekan lalu.
Sebelumnya, sekolah di Surabaya juga diliburkan pasca-serangkaian serangan teror bom pada Senin (14/5) lalu. Para guru diimbau untuk lebih banyak memberikan cerita tentang hidup bertoleransi sesuai dengan Pancasila.
Menurut M Nuh, masa berkabung selalu ada setiap ada peristiwa yang menyebabkan duka. Tetapi, kata dia, yang tidak boleh kalau masa duka tersebut terus berkelanjutan. Oleh karena itu, tuntunannya ada masanya kita bisa melupakan masa duka itu. “Tetapi, tetap berinstrospeksi yang menyebabkan kedukaan. Dalam hal ini adalah urusan teror yang ada di Surabaya,” katanya saat ditemui Bhirawa usai menjadi penceramah dan salat tarawih bersama keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga di Auditorium Graha Bik IPTEKDOK, Minggu malam (20/5).
Ia menjelaskan, pendidikan sekuensinya sudah seperti sebuah kereta api. Di mana, jadwal pelajarannya pun sudah sangat jelas tahapan-tahapannya. “Sehingga kalau ada kegiatan-kegiatan yang sifatnya tambahan meski itu sifatnya substansi, tolong itu bisa di blended, dijadikan satu tanpa menghilangkan materi yang sudah disusun, intinya itu,” terangnya.
Sehingga, lanjut M Nuh, masa duka tetap boleh ada. Tetapi, tidak boleh menghilangkan sekuensi urut-urutan yang sudah ditetapkan didalam mata pelajaran tersebut. “Karena ini rentetannya panjang. Misalkan saja kalau saya boleh menyarankan yang kaitan di Surabaya pelajaran tetap ada, ya. Tapi setelah pelajaran, ditambahi lagi kegiatan yang bisa menumbuhkan semangat kebersamaan, semangat anti kekerasan,” pungkasnya.
Sebelumnya, Wali Kota perempuan pertama di Surabaya ini berpesan kepada para guru agar masuk sekolah hari pertama, anak-anak tidak langsung menerima pelajaran. Melainkan mendapatkan hiburan seperti bernyanyi bersama, bersenang-senang, dan mendengarkan cerita kemanusiaan.
Risma juga mengaku akan memberikan pendampingan psikologi di setiap sekolah. Dia berharap minimal anak-anak di kota Surabaya tidak ada ketakutan untuk datang ke sekolah. [geh]

Tags: