Manajemen Waktu ala Rasulullah SAW

cover buku--Manajemen Waktu ala Rasulullah SawResensi buku :

Judul Buku   : Meneladani Jam-Jam Nabi dalam Beribadah dan Bekerja
Penulis           : M. Sanusi
Penerbit        : Najah, Yogyakarta
Cetakan         : I, Februari 2014
Tebal              : 200 halaman
ISBN              : 978-602-279-114-0
Peresensi     : Hendra Sugiantoro
Pegiat Pena Profetik Yogyakarta

Waktu amat bernilai harganya. Siapa pun harus mengatur waktu secara tepat, efektif, dan efisien. Memanajemen waktu merupakan keahlian yang diperlukan semua orang. Tetapi, pada kenyataannya, manajemen waktu tak semudah dibayangkan. Terkadang kita lengah dalam memanajemen waktu.
Buku ini mengulas salah satu sisi Rasulullah Muhammad Saw dalam memanajemen waktu. Beliau layak dirujuk sebagai teladan. Bukan saja karena seorang nabi dan rasul, tetapi lantaran segudang aktivitas yang dijalani beliau berakhir sukses dan berbuah manis (hlm. 5-6). Bahkan, beliau mampu menjadi tokoh berpengaruh di dunia sepanjang sejarah. Nabi Muhammad Saw hidup dengan agenda-agenda yang jelas serta mampu mengaplikasikan agenda-agenda tersebut ke dalam manajemen waktu yang rasional.
Rasulullah Saw memang benar-benar menghargai waktu. Dalam salah satu sabdanya, beliau pun mengingatkan bahwa ada dua nikmat yang dilalaikan manusia, bahkan manusia tertipu dengan nikmat tersebut, yakni nikmat sehat dan waktu luang. Coba bayangkan penghargaan waktu itu dengan menyebut waktu luang. Seluang-luang apapun waktu tetap harus diisi dengan aktivitas positif. Amat merugi jika waktu luang hanya dilewatkan dengan kemalasan atau melakukan kesibukan yang tiada berguna. Maka, dalam sabda beliau yang lain disebutkan bahwa kita mesti menjaga lima perkara, salah satunya menjaga masa lapang sebelum sempit (hlm. 27-28).
Dalam memanajemen waktu, Rasulullah Saw tak pernah gagal dan mengalami masalah. Beliau tidak membuat keluarganya dikesampingkan hanya karena sibuk mengurusi umat. Umat dan para sahabat pun juga tak merasa diabaikan hanya karena beliau sibuk mengurusi keluarga. Jika tidak cakap memanajemen waktu, beliau tak mungkin mampu membangun peradaban Islam hanya dalam waktu sekitar 23 tahun. Pembagian waktu ala Rasulullah Saw adalah pembagian waktu yang seimbang antara ibadah kepada Allah Swt, urusan ekonomi, berdakwah, dan keperluan pribadi. Rasulullah Saw adalah pribadi yang terlibat dalam beragam aktivitas, dan semuanya dikerjakan secara baik (hlm. 50-51).
Tentu, dalam memanajemen waktu itu, Rasulullah Saw tidak melalaikan shalat wajib yang telah dipastikan waktunya, yakni Subuh, Zhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Bagi kita, memanejemen waktu sesuai dengan waktu shalat sangat bermanfaat terhadap keteraturan dan kelancaran jadwal harian kita (hlm. 64). Sehabis waktu Subuh adalah waktu bekerja dan mencari nafkah atau melakukan hal-hal yang berguna, seperti membantu orang lain, mencari ilmu, dan aktivitas positif lainnya. Rasulullah Saw memberi perhatian khusus pada waktu pagi karena di dalamnya terdapat keberkahan (hlm. 67).
Maka, tidur di waktu pagi atau setelah Subuh perlu dihindari. Keberhasilan dalam hidup ini amat ditentukan pada waktu pagi. Maka, Rasulullah Saw menghindari begadang di malam hari. Tidur hingga larut malam dengan alasan apapun tidak baik, sebab berdampak buruk terhadap hari-hari setelahnya. Malah dalam penelitian ilmiah disebutkan bahwa tren tidur larut malam dan dini hari adalah bom waktu bagi kesehatan kita (hlm. 70-72). Bagi Rasulullah Saw tak ada waktu yang terbuang percuma. Beliau memanfaatkan setiap detik yang ada, baik di pagi, siang, sore maupun malam, dengan sebaik-baiknya.
Dalam hadits, Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa di waktu sorenya merasakan kelelahan karena bekerja dan berkarya dengan tangannya sendiri, maka di waktu sore itulah ia terampuni dosanya.”(HR. Thabrani dan Baihaqi). Bekerja dari pagi dan selesai sore hari hendaknya produktif dan menghasilkan sesuatu yang berarti. Pada dasarnya, waktu pagi dan waktu sore Rasulullah Saw untuk umat, keluarga, anak-anak, dan para sahabat. Waktu pagi dan waktu sore tak pernah digunakan untuk tidur. Justru Rasulullah Saw menganjurkan tidur sejenak atau istirahat di waktu siang. Tidur siang (qailulah) sangat baik untuk menjaga ritme aktivitas seseorang. Penelitian ilmiah mutakhir menyebut manfaat istirahat siang bagi kesehatan, seperti mengurangi risiko masalah jantung (hlm. 135)
Kesibukan Rasulullah Saw mengurusi umat tidak melupakan istrinya. Beliau selalu mengunjungi istrinya, bahkan tak segan mengerjakan pekerjaan rumah, seperti menjahit, bersih-bersih, dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Rasulullah Saw mengajarkan kita tak hanya sibuk dalam urusan bisnis dan pekerjaan, sehingga melupakan waktu untuk keluarga. Sesungguhnya kewajiban manusia di dunia ini tak hanya mencari uang, tetapi juga ada kewajiban menuntut ilmu, berdakwah, dan meningkatkan kedekatan kepada Sang Pencipta.
Intinya, aktivitas Rasulullah Saw dari bangun tidur hingga tidur lagi menjadi aktivitas yang penuh makna (meaningful). Buku ini perlu dibaca sebagai acuan kita memanajemen waktu secara baik. Rasulullah Saw bisa menjadi teladan dalam memanajemen waktu dengan menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat.

Rate this article!
Tags: