Melejitkan Kecerdasan Spiritual Anak

Buku Cerdas dengan Spiritual Educational GamesJudul Buku  : Cerdas dengan Spiritual Educational Games
Penulis  : Suyadi
Penerbit  : Saufa
Cetakan  : I, 2015
Tebal    : 175 halaman
ISBN    : 978-602-255-905-4
Peresensi  : Sam Edy Yuswanto*
Penulis Lepas, Bermukim Di Kebumen.

Setiap anak terlahir dengan membawa benih-benih kecerdasan spiritual yang disebut fitrah (suci) atau disebut potensi. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk mentransendenkan pengalaman-pengalaman fisik atau lahiriah. Artinya, kecerdasan spiritual adalah kemampuan anak untuk menyadari keberadaan Tuhan, di mana pun dan kapan pun. Kesadaran inilah yang akan mempengaruhi perilaku dan karakter anak di kemudian hari.
Tugas penting orangtua dan para tenaga pendidik (guru) adalah berusaha menggali potensi kecerdasan spiritual anak sejak usia dini. Kecerdasan merupakan fondasi bagi seluruh bentuk kecerdasan anak hingga dewasa. Jika sejak usia dini orangtua tidak berusaha menanamkan kecerdasan spiritual, maka ketika anak tumbuh dewasa akan sulit dididik, baik secara moral, intelektual, terlebih lagi spiritual (hal 14).
Sebagaimana dipahami bersama, bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Maka, salah satu kiat untuk melejitkan kecerdasan spiritual anak adalah dengan melalui permainan. Permainan di sini tentu bukan sembarang permainan, melainkan permainan bersifat edukatif atau disebut Spiritual Education Games (SEG), yakni sebuah konsep permainan edukatif untuk pengembangan kecerdasan spiritual anak yang dikembangkan dari tiga komponen, yaitu kecerdasan majemuk (multiple intelligences) dari Howard Gardner, Play and Learn dari Montessori, dan SQ for Kids dari Jalaluddin Rakhmat.
Kecerdasan majemuk adalah kecerdasan ganda yang terdiri atas 9 kecerdasan yakni kecerdasan linguistik, kinestetik, logika matematis, visual, musical, interpersonal, intrapersonal, naturalistik, dan eksistensial. Play and Learn adalah gagasan Montessori tentang bermain dan belajar. Menurutnya, tidak semua permainan mengandung unsur edukasi. Maka, diperlukan kategori permainan yang sarat nilai-nilai pendidikan. SQ for Kids adalah sebuah gagasan dari Jalaluddin Rakhmat untuk mengembangkan kecerdasan spiritual anak. Tapi gagasan ini bukan berbentuk permainan edukatif, melainkan semacam kiat-kiat tertentu. Ketiga komponen inilah yang disinergikan dan dikombinasikan untuk membuat sebuah model baru berupa permainan edukatif spiritual (hal 16-17).
Zakiyah Darajat pernah menyatakan, anak bukan orang dewasa yang kecil. Artinya, makna agama menurut anak tidak sama dengan makna agama bagi orang dewasa. Selama ini, cara yang umum digunakan oleh guru kepada anak disamakan dengan cara orang dewasa. Perbedaannya hanya pada tinggi rendah tingkat kesulitan ilmu agama yang diajarkannya.
Sebagai contoh, ketika seorang guru mengajarkan cara membaca kitab suci, menghafal doa-doa, dan lain sebagainya, biasanya dilakukan sebagaimana orang dewasa yang sedang belajar agama. Akibatnya, anak dipaksa belajar agama dengan penuh keseriusan dan tidak boleh main-main. Padahal dunia anak adalah dunia bermain, dan bermain bagi seorang anak merupakan sarana pembelajaran bagi orang dewasa.
Maka, ketika anak belajar menghafal doa (misalnya) dengan bermain-main sebenarnya sah-sah saja. Anak baru boleh dihukum jika meninggalkan shalat wajib, setelah usia 10 tahun. Padahal, anak-anak usia dini, rata-rata berusia antara 4-6 tahun. Jadi, tidak ada alasan untuk menghukum anak yang belum mampu menghafal doa atau mempraktikkan shalat dengan cara yang benar.
Contoh permainan yang mengandung pendidikan spritual adalah petak umpet. Makna filsosofis permainan ini adalah; anak yang tidak mempunyai ‘pegangan’ hidup (agama), akan ketakutan sehingga harus lari terbirit-birit dan mencari tempat persembunyian. Dalam permainan ini, anak yang lepas dari pegangan permainan, harus bersembunyi dan akan dikejar serta dicari temannya untuk dijadikan pihak yang kalah (hal 40-41).
Berhasil atau gagalnya sebuah pembelajaran, sangat bergantung pada guru atau orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Jika mereka mampu memahamkan anak pada tiap jenis permainan dalam perspektif ruhaniah sebagaimana dicanangkan Jalaluddin Rakhmat, maka berbagai kendala dapat ditangani dengan mudah.

                                                                                                                ———- *** ———-

Rate this article!
Tags: