Memetik Berkah dari Cacing Tanah

Sukartono menunjukkan kandang cacing tanah miliknya. Sudah sejak setahun ini Sukartono telah membudidayakan cacing tanah ini. [arif yulianto]

Awalnya Sukartono Merasa Jijik, Kini Jadi Sumber Pemasukan Keluarga
Kab Jombang, Bhirawa
Cacing tanah atau lumbricus rubellus memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan kecantikan. Kini di Jombang, mulai dilakukan budidaya cacing tanah. Salah satunya oleh Sukartono, warga Dusun Rejosari, Desa Gedangan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang.
Cacing lumbricus rubellus mengandung kadar protein sangat tinggi, sekitar 76 persen. Kadar ini lebih tinggi dibandingkan daging mamalia (65 persen) atau ikan (50 persen). Dengan kandungan itu, di bidang kesehatan, cacing lumbricus rubellus berguna untuk mengobati berbagai penyakit seperti thypus, diare, kolesterol, cacar air, lever, kolesterol, demam, bahkan kanker dan lainnya. Di bidang kecantikan lumbricus rubellus juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan kosmetik.
Meski memiliki manfaat besar, sebagian orang biasanya merasa geli bahkan jijik jika melihat cacing tanah ini. Tapi tidak untuk Sukartono yang membudidayakannya. Sebab baginya, cacing tanah justru menjadi sumber pemasukan bagi keluarganya.
Budidaya cacing tanah jenis Lumbricus Rubellus itu sudah dilakukan Sukartono sejak satu tahun terakhir. Awalnya, bapak tiga anak ini sempat merasa geli pada awal mula menekuni budidaya tersebut. “Sempat geli juga. Tapi perlahan (sekarang) sudah biasa,” katanya.
Sukartono mengaku, budidaya cacing bagian ekor berwarna kekuning-kuningan yang disebut berasal dari Eropa ini, mengaku berawal setelah ia mendapatkan informasi dari salah satu kerabat yang mengatakan tentang peluang bisnis dari budidaya cacing tanah ini sangat menjanjikan.
Ditambah lagi, modal awal membeli bibit cacing yang cukup murah sekitar 50 ribu rupiah. Sukartono kemudian memulai usaha budidaya tersebut pada akhir tahun 2017. “Bibitny cukup ekonomis. Beli satu kali bisa dipanen tiap bulan,” ujarnya.
Selain bibit, lanjut Sukartono, dia juga menyiapkan sejumlah kotak yang nantinya dijadikan tempat berkembang bibit cacing. Untuk pakan, Sukartono mengaku hanya menyiapkan kotoran ternak yang sudah mengering. Pemberian makan cacing juga menurut Sukartono terhitung sangat ekonomis. Dalam satu hari, dalam satu kotak tempat budidaya yang berisi sekitar 10 kilogram, cukup diberi makan satu kali dalam satu hari.
“Sebetulnya sayuran yang sudah membusuk. Tapi karena agak sulit mencarinya, jadi saya kasih kotoran hewan ternak terutama sapi atau kambing. Pukul 09.00 WIB diberi makan. Wadahnya juga diberi serbuk gergaji agar lebih lembab. Kalau panas, cacing bisa mati,” imbuh Sukartono.
Meski terkesan mudah, bukan berarti budidaya cacing tanah ini berarti bebas hama. Hama pengganggu dalam usaha ini yakni serangan katak dan serangan ayam. Sementara itu, disinggung dari sisi ekonomis untuk budidaya cacing tanah ini, Sukartono mengungkapkan, cacing yang ia budidaya diambil pengepul untuk dibawa ke Malang. Masih menurutnya, untuk satu kilogram cacing tanah, bisa laku antara Rp20 ribu hingga Rp25 ribu.
“Cacing yang sudah agak besar ukuran 10 – 14 sentimeter diambil pengepul, pusatnya di Malang. Disana itu bagian nyortir sebelum dibawa ke luar negeri. Cacing tanah ini digunakan untuk bahan pembuatan kosmetik. Dalam sekali panen, bisa dapat dua kwintal,” rincinya. [arif yulianto]

Rate this article!
Tags: