Menanamkan Karakter Siswa Melalui Permainan Tradisional

Guru SDN Ketajen 2. Sidoarjo Ariyani Purwaningsih saat asyik bermain bersama anak didiknya.

SDN Ketajen 2 Sidoarjo Manfaatkan ‘Sumatra’
Sidoarjo, Bhirawa
Senin, (14/1/19) bel berbunyi tiga kali, tanda istirahat tiba. Siswa kelas VI A SDN Ketajen 2 berhamburan keluar dari ruang kelas. Sebuah kotak di rak perpustakaan kelas menjadi tujuan. Dalam kotak yang bertuliskan ‘Sumatra’ itu tersimpan papan congklak, bola bekel, ular tangga, monopoli, dan halma.
Sumatra akronim dari Sukai Mainan Tradisional. Sebuah usaha kecil yang digagas guru kelas VI SDN Ketajen 2 Ariyani Purwaningsih. Tujuan dari kegiatan ini adalah menanamkan karakter pada siswa. Di antaranya adalah kerja sama, saling menghormati, toleransi, dan lapang dada.
Ide ini muncul bermula dari kebiasan siswa bermain gawai. Games yang ada di gawai cenderung bersifat individual dan membuat anak kurang bersosialisasi.
“Sumatra mengharuskan setiap anak berkomunikasi dengan baik. Hal itu dikarenakan mainan tradisional harus dimainkan minimal oleh dua orang. Dengan begitu diharapkan akan tumbuh karakter baik pada diri siswa,” urai Ariyani.
Setelah berjalan selama satu semester, hasilnya mulai terlihat. Siswa kelas VI A mulai terbiasa untuk bersikap sopan pada sesama temannya di kelas. Komunikasi antar siswa pun juga mulai terlihat bagus. Sehingga sikap sosial siswa menunjukkan perkembangan yang baik. Memang butuh waktu dan proses yang tak mudah. Namun tak berarti.mustahil dilakukan.
Sebagai sekolah yang menerapkan pendidikan karakter, diharapkan bisa dibiasakan dalam setiap kegiatan di sekolah. Pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan secara terus menerus diharapkan bisa menjadi kebiasaan.
Tak hanya pada hal-hal yang bersifat formal saja. Seperti berdoa bersama, menyanyikan lagu kebangsaan atau pun membaca Pancasila. Namun bisa juga ditumbuhkan dalam kegiatan bermain pada anak. Mainan tradisional menuntut adanya kerjasama, toleransi, saling menghargai, dan bersikap lapang dada. Mainan tradisional yang mulai ditinggalkan karena dianggap tidak menarik dan kuno. Padahal banyak karakter baik yang bisa dikembangkan di dalamnya. Dengan membawa mainan tradisional di sekolah, ada beberapa nilai yang bisa diperoleh.
Di antaranya adalah mengenalkan dan melestarikannya. Selain itu melalui bermain bersama, bisa menumbuhkan sekaligus menanamkan karakter baik pada diri anak-anak.
Sumatra salah satu alternatif menumbuhkan karakter dengan cara yang menyenangkan. Sebuah pepatah bijak mengatakan “Tak semua kebiasaan itu baik, tetapi kebaikan itu harus dibiasakan.” Ini cara saya menyebar virus pendidikan karakter. Bagaimana cara Anda? [Ariyani Purwaningsih, Guru SDN Ketajen 2 Sidoarjo]

Tags: