Mengunjungi SMPN 3 Mlandingan, Potret Sekolah Terpencil di Situbondo

Sebanyak lima siswa mengikuti kegiatan apel pagi di halaman SMPN 3 Mlandingan, Kabupaten Situbondo.

Harus Berjalan Kaki Sejauh Dua hingga Lima Kilometer, Siswa Baru hanya Ada Dua Orang

Kabupaten Situbondo, Bhirawa
SMP Negeri 3 Mlandingan, Kabupaten Situbondo pada tahun ajaran pendidikan 2023/2024 ini hanya menerima dua siswa baru. Jika ditotal keseluruhan, jumlah siswa yang menimba ilmu di SMPN 3 Mlandingan tersebut hanya berjumlah 12 orang.

Setiap pagi hari, SMPN 3 Mlandingan, Kabupaten Situbondo menggelar kegiatan proses pendidikan yang sama dengan sekolah lanjutan pertama lain di Kota Santri Pancasila Situbondo. Mulai mengisi absensi, melaksanakan kegiatan upacara serta kegiatan belajar mengajar (KBM) hingga tuntas sampai siang hari.

Yang berbeda tampak pada jumlah siswa yang hanya bisa dihitung dengan jari. Lebih ironis lagi, pada ajaran pendidikan tahun 2023/2024 ini, SMPN 3 Mlandingan hanya ada dua siswa baru. “Untuk tahun ajaran baru ini kami hanya menerima dua siswa baru. Tetapi baru satu siswa yang masuk sekolah,” ujar Kepala Sekolah SMPN 3 Mlandingan, Tjahyono Turni Widodo.

Kata Widodo, SMPN 3 Mlandingan berdiri sejak 2016 silam. Sekolah tersebut sejak berdiri hingga saat ini baru meluluskan 27 orang siswa. Untuk lulusan angkatan pertama sebanyak 3 orang (2019), selanjutnya, pada 2020, 2021 dan 2022 masing-masing sebanyak 5 orang siswa dan terakhir pada 2023 sebanyak 9 siswa. “Jumlah yang sangat jomplang jika dibandingkan dengan sekolah pada umumnya,” tegas Widodo.

Keberadaan sekolah yang berada di kawasan pegunungan dan jauh dari pemukiman warga menjadi salah satu faktor tidak berkembangnya sekolah yang ia pimpin tersebut. SMPN 3 Mlandingan berlokasi di Desa Campoan, Kecamatan Mlandingan, Kabupaten Situbondo, yang notabene terpencil dan berada di pelosok desa. “Disini ada tiga sekolah SD, tetapi sebagian besar lulusannya memilih melanjutkan sekolah ke pondok pesantren,” jelas Widodo, sapaan akrab Kepala Sekolah SMPN 3 Mlandingan Tjahyono Turni Widodo.

Menurut Widodo, pihak sekolah sebenarnya sudah melakukan berbagai langkah untuk menarik siswa baru. Semua siswa yang masuk ke sekolah diberi baju seragam sekolah secara gratis, mulai seragam putih-biru, kaos olahraga dan tas. “Tahun ini saja 99 persen lulusan tiga SDN di Desa Campoan melanjutkan sekolah ke pondok pesantren. Hanya ada satu siswa yang berminat masuk SMPN 3 Mlandingan,” ujar Widodo.

Dikatakan oleh Widodo, saat ini jumlah total siswa SMPN 3 Mlandingan berjumlah 12 orang. Itu terdiri dari siswa kelas VII, VIII dan IX, masing-masing empat orang siswa. Untuk kelas VII siswa baru baru berjumlah dua orang. Sedangkan dua siswa lainnya merupakan siswa yang tidak naik kelas karena jarang masuk sekolah. “Lokasi sekolah dengan rumah siswa sangat jauh, sekitar 2 kilometer hingga 5 kilometer. Mereka pulang pergi ke sekolah jalan kaki. Kalau musim hujan tentu jadi masalah tersendiri,” tutur Widodo.

Widodo melanjutkan, karena jumlah siswa SMPN 3 Mlandingan sedikit, maka BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang diterima jumlahnya juga kecil. Untuk mendukung berbagai kegiatan sekolah, para guru ASN seringkali harus patungan. “Termasuk diantaranya untuk bayar honor GTT (Guru Tidak Tetap) yang belum masuk dapodik,” ungkap Widodo.

Widodo kembali memastikan, Guru di SMPN 3 Mlandingan hampir sama dengan jumlah murid yaitu berjumlah 10 orang. Itu terdiri dari satu guru PNS (Kasek), tiga guru PPPK serta tiga guru honorer dan tiga honorer PTT (Pegawai Tidak Tetap). Untuk honorer GTT dan PTT masing-masing ada 1 orang belum masuk dapodik. “Bantuan Operasional Sekolah yang kami terima tidak cukup. Maka dari itu kami bersama para guru ASN seringkali patungan. Kami juga harus patungan untuk sewa alat berat, saat membuat halaman sekolah ini,” pungkas Widodo. [sawawi]

Tags: