Menteri BUMN Diwaduli Petani Tebu Soal Sulitnya Pupuk

Menteri BUMN Rini Mariani Soemarno menyerahkan bantuan dana kepada petani tebu saat mengunjungi Pabrik Gula Asembagus, Kab Situbondo, Kamis (22/10).

Menteri BUMN Rini Mariani Soemarno menyerahkan bantuan dana kepada petani tebu saat mengunjungi Pabrik Gula Asembagus, Kab Situbondo, Kamis (22/10).

Situbondo, Bhirawa
Menteri BUMN RI Rini Mariani Soemarno melakukan kunjungan ke Pabrik Gula (PG) Asembagus Kab Situbondo, Kamis (22/10). Setelah disambut Dirut PTPN dan Manager PG Asembagus (H Lukman Hakim) beserta jajaran Muspida Situbondo, menteri yang dekat dengan Megawati Soekarno Putri itu, langsung melakukan sidak ke mesin giling Pabrik Gula Asembagus. Usai melakukan pengecekan mesin, Menteri Rini didaulat untuk beramah tamah dengan pengurus APTR (Asosiasi Petani Tebu Rakyat) Kab Situbondo, Provinsi Jatim maupun nasional.
Di hadapan petani tebu dan ulama Situbondo, Menteri Rini mengaku sangat optimistis pada masa mendatang Indonesia akan mengalami surplus gula. Terbukti, kata Rini, di Kab Situbondo mampu menjual hasil gula ke berbagai pabrik makanan dan minuman. Artinya, produksi gula di Situbondo memiliki kualitas dan standar yang bagus. “Di sini kualitas gula saya lihat tadiĀ  bagus dan putih serta halus. Saya ke depan ingin tanaman tebu tiap hektare mampu menghasilkan gula 100 ton,” papar Rini yang mendapat sambutan aplaus meriah.
Kepada wartawan usai berdialog bersama para petani tebu di Situbondo Rini mengaku akan memberi patokan harga gula sesuai standar pemerintah. Sebaliknya, ujar Rini, jika petani tebu ingin menjual sendiri ke pihak lain dengan harga yang lebih tinggi, ia mempersilakan. “Komitmen pemerintah adalah bagaimana kita menyejahterakan masyarakat dan petani. Dan saya minta bekerja jangan berdasarkan gosip saja, tapi harus berdasarkan fakta yang benar,” sergah Rini yang membantah ada kabar soal penjualan aset negara.
Dalam dialog yang dimoderatori Ketua APTR RI Arum Sabil, para petani juga sempat mengeluh soal tidak adanya talangan, terutama pembatasan kebutuhan pupuk bagi petani tebu. Misalnya saja, diungkapkan Ketua APTR Olean, H Taufik yang meminta dana kredit untuk petani tebu segera dikeluarkan. “Ini karena sudah tiga tahun petani tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah,” ungkap H Taufik.
Selain itu, kata pria asal Desa Olean-Kec Kota Situbondo itu, pihaknya menilai selama ini PG Olean hasil produksi tebunya selalu kurang bagus. Namun pada 2015 ini, lanjut dia, rendemen tebu Olean cukup baik, yakni berkisar 8 persen. “Sudah tidak heran lagi bahwa PG Olean dikenal lama memiliki kualitas rendemen yang jelek dan kualitas tebu yang terjelek. Tapi Alhamdulillah, saat ini kami mampu mencapai rendemen tebu sebesar 8 persen,” aku H Taufik.
Dalam sambutannya Ketua APTR Pusat Arum Sabil menjelaskan, petani tebu di Jatim memiliki lahan tanaman seluas 250 ribu hektare. Untuk meningkatkan produksi tebu itu, urai pria asli Jember itu, ia bersama APTR meminta agar regulasinya tidak dibatasi. “Saya akan meminta DPR agar regulasi itu segera dibenahi. Jika tetap tidak dibenahi, maka akan ada konflik petani dengan aparat penegak hukum. Indikasi kriminalisasi petani terlihat sangat kuat,” kata Arum Sabil seraya menambahkan dengan adanya regulasi tersebut, maka petani tebu dilemahkan dan dampaknya bakal tidak berdaya. [awi]

Tags: