Merokok Bisa Menghilangkan 1/5 Kesempatan Hidup

Kanan ke kiri
Siti Nadia Tarmizi, Emanuel M Laka Lena Hermawan Saputra
Anggia Erma Rini

Jakarta, Bhirawa.
Pengamat Kebijakan Kesehatan Hermawan Saputra mengingatkan, polusi udara yang kian memburuk khususnya di ibu kota Jakarta dan sekitarnya, tidak bisa lagi dianggap remeh. Karena dewasa ini tercatat sudah ada 200.000 kasus kesehatan terkait Ispa, dikalangan masyarakat. Polusi udara yang berbahaya bukan hanya berasal dari gas buang, tetapi pulusi udara dari asap rokok, bahkan bisa menghilangkan 1/5 kesempatan hidup kita.

“Menuju Indonesia emas tahun 2045, harus ada transformasi kebijakan pembangunan yang berwawasan kesehatan. Setelah pandemi Covid, sekarang kita harus melakukan pemikiran yang reformatif dan juga restoratif untuk kesehatan masyarakat kedepan,” papar Hermawan Saputra dalam dialektika demokrasi bertajuk “Cegah Efek Negatif Polusi Udara Terhadap Kesehatan”, Kamis siang (31/8). Nara sumber lainnya, Kabiro Komunikasi dan Pelayanan Publik KeMenkes Siti Nadia Tarmizi, Waka Komisi IV DPR RI Anggia Erma Rini (PKB), Waka Komisi IX Emanuel M Laka Lena (Golkar).

Nadia Tarmizi membenarkan adanya 200.000 kasus terkait ISPA, bahkan akan meningkat akibat polusi udara yang makin memburuk. Keterpaparan terhadap polutan polutan telah menimbulkan berbagai penyakit. Utamanya kanker paru paru, TBC dan penyakit paru obstruktif kronik.

“Satu lagi sumber polusi udara adalah merokok. Rokok, meskipun jadi sumber utama disekeliling kita, tapi kebanyakan orang tidak dihiraukan. Maka pemakaian masker diperlukan untuk mencegah partikular berjarak 2,5 meter. Terutama jika kondisi udara buruk seperti saat ini,” ungkap Nadia Tarmizi.

Anggia Erma Rini mengingatkan Kemenkes akan adanya peningkatan kasus kesehatan ISPA, yang kini sudah mencapai 200.000 kasus, harus segera ada tindakan. Tentu, tindakan itu tidak bisa dilakukan 1 Kementerian saja, harus bersama lembaga lain yang terkait, untuk mencari solusi yang tepat.

“Jakarta memang lelah banget, karena bebannya luar biasa. Di Jakarta, jumlah motor saja 40 juta, ditengah penduduk nya yang berjumlah sekitar 11 juta jiwa. Polutan di Jakarta yang paling tinggi berasal dari transportasi. Karena itu harus ada regulasi atau pembatasan yang bisa mengurangi emisi yang tersebar di udara,” tegas Anggia Erma Rini. (ira.hel).

Tags: