Mewaspadai Laju Penyebaran Virus Corona

Oleh :
Oryz Setiawan
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health) Unair Surabaya
Setelah hampir dua dekade mumculnya SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) sebuah jenis penyakit pneumonia bersifat infeksi serius akibat virus yang menyerang sistem pernapasan. SARS pertama kali muncul pada November 2002 di Provinsi Guangdong, Tiongkok menyebar ke 26 negara dan muncul di lebih dari 8.000 kasus dengan korban 774 orang meninggal dimana pada saat itu menjadi pandemi atau wabah penyakit yang terjadi secara luas di seluruh dunia. Setelah itu muncul pula MERS atau Middle East Respiratory Syndrome (sindrom pernapasan Timur Tengah) pertama kali terjadi di Arab Saudi pada 2012 sebanyak 2.494 kasus ditemukan dan 858 orang meninggal karena MERS. Kini kasus serupa berpotensi terulang setelah ditemukan kasus Flu Wuhan yang tengah menguncangkan dunia. Flu Wuhan yang bersumber dari novel corona virus (NcoV) muncul menjelang tahun baru China. Badan Kesehatan Dunia, WHO merilis hingga Minggu 2 Pebruari 2020, tercatat angka kematian akibat wabah virus corona di seluruh wilayah daratan China telah mencapai 304 orang. Sedangkan 322 lainnya dinyatakan sembuh sehingga diizinkan meninggalkan rumah sakit. Jumlah orang yang terinfeksi virus jenis baru yang dinamakan 2019-nCoV itu telah mencapai 13.858 orang dan 200 lainnya masih berstatus terduga.
Saat ini kasus tersebut telah menyebar sedikitnya ke 18 negara seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Nepal, Perancis dan Amerika Serikat bahkan sudah meluas di negara-negara di kawasan Asia Tenggara seperti Singapura, Thailand dan Vietnam. Kondisi tersebut diperparah dengan momen Imlek dimana ditandai dengan tradisi pulang kampung sebagai migrasi manusia terbesar di dunia sehingga memperlambat upaya penanganan oleh Otoritas Tiongkok. Sebagai negara dengan penduduk terbesar di dunia, dengan intensitas kontak antar manusia, kepadatan pemukiman serta kondisi sosial ekonomi terutama di wilayah Wuhan di pasar tradisional selain menjual kebutuhan barang sehari-hari ternyata juga banyak dijajakan berbagai hewan liar (extreem food). Organisasi kesehatan dunia WHO, telah mengeluarkan deklarasi situasi darurat global. Dalam istilah resminya, situasi ini disebut Public Health Emergency of International Concern, atau PHEIC.
Secara harafiah PHEIC artinya “darurat kesehatan publik yang menjadi perhatian internasional”. Situasi ini biasanya merujuk pada “peristiwa luar biasa” yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Terdapat dua kriteria utama untuk mendefinisikan situasi darurat global. Pertama, wabah harus menimbulkan risiko bagi lebih dari satu negara. Kedua, wabah tersebut membutuhkan “respons internasional yang terkoordinasi. Dalam definisi resmi WHO disebutkan bahwa situasi darurat dapat berarti berarti “situasi yang serius, tidak biasa atau tidak terduga.” Wabah virus corona adalah deklarasi darurat keenam yang pernah dikeluarkan oleh WHO. Hingga kini ada enam keadaan darurat kesehatan global yang dideklarasikan WHO, yaitu penyebaran virus H1N1 (lebih dikenal sebagai “flu babi”) yang menyebabkan pandemi influenza (2009), wabah Ebola di Afrika Barat (2014-2016), wabah polio (2014), wabah virus Zika (2016), wabah Ebola yang berlangsung di Republik Demokratik Kongo (2019), dan terakhir wabah virus corona yang menyebar saat ini.
Makna deklarasi status darurat global adalah pemerintahan negara-negara harus segera meningkatkan langkah-langkah perlindungan kesehatan masyarakat, menyiapkan pendanaan dan sumber daya untuk mencegah maupun meredam penyebaran virus. Di Indonesia, langkah antisipasi penyebaran virus korona jenis baru juga merujuk pada Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2019 tentang Peningkatan Kapasitas Negara dalam Mencegah, Mendeteksi, dan Merespons Wabah Penyakit, Pandemi Global, dan Kedaruratan. Makna Inpres tersebut bersifat “memaksa” semua pihak agar dapat mencegah dan menghindari di setiap aktivitas sosial, ekonomi dan kemasyarakatan. Di sisi lain, dengan momentum heboh kasus pandemi Corona seluruh komponen bangsa sudah saatnya menyatukan langkah dan membangun solidaritas bersama untuk mengantisipasi dan mengalahkan pandemi global tersebut.
Dalam kajian kesehatan masyarakat, kondisi status masyarakat sangat mempengaruhi derajat kesehatan terutama dalam menerapkan pola hidup bersih dan sehat termasuk upaya meminimalisasi timbulnya masalah kesehatan (penyakit). Konon awal mula penyebaran Virus Corona di Wuhan karena masyarakat juga gemar mengkonsumsi makanan dari hewan liar yang tak lazim dikonsumsi seperti kelelawar, ular, monyet rubah, anak serigala, buruk merah, unta, burung unta, koala, dan landak sehingga wajar bila penularan penyakit begitu cepat. Bahkan sebagian menganggap bahwa hewan liar lebih bernutrisi daripada hewan yang dikembangbiakan khusus untuk dikonsumsi. Selain itu beberapa masyarakat meyakini bahwa mengkonsumsi hewan liar merupakan simbol atau identitas kelas sosial dan memberikan keyakinan memperoleh keberkahan, misalnya semangkuk sup kelelawar memiliki nama “Fu” dalam bahasa Mandarin yang artinya adalah keberuntungan dan nasib baik.
Di wilayah Jawa Timur, Pemerintah Provinsi Jawa Timur sejumlah antisipasi penyebaran virus corona terus dilakukan seperti mempersiapan 3 (tiga) rumah sakit rujukan yakni RSUD Dr Soetomo Surabaya, RSUD Soedono Madiun dan RSUD Saiful Anwar Malang dimana memiliki perangkat yang memadai dan ruang isolasi yang representatif untuk penanganan pasien virus Corona. Adapun gejala klinis, virus corona memiliki gejala awalnya adalah pilek, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam selama beberapa hari sehingga terkadang acapkali terjadi pemahaman awan bahwa bila ada pasien yang terkena gejala diatas langsung “divonis” terjangkit virus corona wuhan. Secara klinis perlu didukung melalui hasil laboratorium untuk menegakan diagnosanya secara pasti. Namun demikian setidaknya terdapat tiga gejala yang patut diwaspadai yakni demam karena radang di jaringan paru, mengalami batuk (kering maupun berdahak) dan kesulitan bernafas. Bagi pasien yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, ada kemungkinan virus ini menyebabkan pneumonia dan bronkitis. Gejala tersebut bergerak lamban jika dibandingkan SARS dan MERS. Pasien biasanya mengalami batuk ringan selama seminggu kemudian terjadi sesak napas.
Karakteristik Virus nCoV
Virus ini termasuk satu family dengan virus penyebab sindrom pernafasan akut (SARS-CoV) dan sindrom pernafasan di Timur Tengah/Flu Arab (MERS-CoV) yang telah menewaskan ratusan orang selama hampir 20 tahun terakhir. Pola penyebaran melalui perantaraan udara dan menginfeksi saluran pernafasan bagian atas serta sebagian saluran pencernaan mamalia dan unggas. Vaksin atau obat antivirus belum ditemukan sehingga langkah deteksi dini dan kesiapsiagaan menjadi kunci dalam mencegah penyebaran virus seperti pengawasan di akses bandara dan pelabuhan, pemakaian masker, menghindari kontak dengan sakit serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Berdasarkan kajian epidemiologis bahwa tantangan kedepan dunia dalam mewabahnya penyakit yang ditimbulkan dan disebarluaskan oleh virus adalah pola perubahan genetika atau mutasi genetik pada virus. Kasus Virus Corona Wuhan adalah diduga kuat merupakan mutasi virus memang memiliki hitungan mutasi yang umumnya terjadi pada 15 hingga 20 tahun. Derajat virulensi virus corona tidak hanya menyerang orang-orang yang kekebalan tubuhnya kurang baik, namun juga bagi mereka yang sehat, selain itu corona virus memiliki laju mutasi yang sangat cepat dibandingkan dengan jenis virus yang lain.
———- *** ————

Tags: