Olah Buah Salak jadi Kopi, Makanan Ringan hingga Sabun

Proses packing Kopi Biji Salak di Sentra Olahan Salak ‘Kunara’ milik Kuswartono di Desa Kedungrejo, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Kamis (30/01/2020). [Arif Yulianto]

Butuh Satu Ton Tiap Bulan, Raih Keuntungan Puluhan Juta Rupiah
Jombang, Bhirawa
Buah salah rasanya memiliki rasa manis bercampur asam dan sedikit sepet, namun jika diolah dengan benar, buah bernama latih salacca zalacca bisa menjadi berbagai jenis makanan ringan mulai dari kripik, jenang, sirup es cream kopi, bahkan tercipta pula sabun salak. Tentunya ide kreatif ini mendatangkan nilai ekonomis yang tinggi.
Tingginya produksi salak di Kabupaten Jombang memunculkan ide kreatif dari Kuswartono, warga warga Desa Kedungrejo, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang itu sukses mengolah biji buah salak menjadi kopi dan makanan ringan lainnya.
Kuswartono mengaku, ide awal mengolah biji salak lokal menjadi kopi ini berawal dari keprihatinannya ketika melihat potensi salak lokal di tempatnya yang cukup banyak dan sudah ada cukup lama serta kondisi pedagang-pedagang buah salak yang berada di Jalan Raya Ploso-Jombang yang seiring berjalannya waktu, jumlah mereka bukannya bertambah, namun malah jauh berkurang karena sepertinya mereka makin merugi.
“Akhirnya kami berusaha, supaya mereka itu bergairah kembali, maka kami coba bijinya untuk menjadi sebuah produk olahan yaitu kopi,” kata Kuswartono ditemui dikediamannya.
Setelah berhasil memproduksi kopi berbahan baku dari biji salak lokal, ia pun merambah untuk menciptakan makanan olahan lainnya yang juga berbahan baku salak lokal. “Setelah kopi berhasil kita produksi, sampai kita uji nutrisi, izin edar, sertifikasi halal, kemudian bahan baku biji di sini mulai menurun, akhirnya kita mencoba buah dengan produk-produk turunan salak, juga bahan bakunya dari sekitar rumah sini,” papar Kuswartono.
Di tangan lelaki 50 tahun ini, selain menjadi kopi, akhirnya Salak bisa diolah menjadi berbagai macam makanan olahan serba salak seperti keripik salak, jenang salak, teh salak, cuka salak, stik salak, sari buah salak, dan es krim salak. Selain menjadi makanan olahan, Kuswartono juga mengolah salak menjadi sabun salak.
“jadi ada jenang salak, keripik salak, es krim, cuka, sirup, sari buah, dan lain-lain turunan salak,” imbuhnya.
Saat ini, untuk bahan baku makanan olahan serba salak, ia harus menyediakan setidaknya satu ton salak setiap bulannya. Makanan olahan serba salak ini oleh Kuswartono, dipasarkan ke pasar lokal hingga regional.
Selain itu, sebuah gerai untuk memajang makanan olahan berbahan baku Salak dan untuk persiapan jika sewaktu waktu ada pembeli juga disiapkan Kuswartono di depan rumahnya.
Tentang kopi biji salak produksinya, dalam literasi yang didapatkan Kuswartono, ternyata biji salak mempunyai manfaat mampu menambah stamina, untuk pengobatan penyakit reumatik, darah tinggi dan lain-lain. Kuswartono mengaku mengolah biji salak menjadi serbuk kopi biji salak tanpa campuran biji kopi sedikitpun. ” Salak buah asli Indonesia,” tandas dia.
Kuswartono mengaku, saat ini omset usaha olahan salak miliknya telah mencapai angka Rp25 Juta hingga Rp 30 Juta dalam satu bulan.
Rasa kopi biji salak produksi Sentra Olahan Salak ‘Kunara’ milik Kuswartono ini memiliki aroma serta rasa khas jika dibandingkan dengan kebanyakan kopi lainnya. Aroma khas Salak akan muncul sesaat setelah serbuk kopi ini diseduh dengan air mendidih. Sementara, sedikit rasa sepat muncul ketika kopi ini ‘disruput’. Rasa pahit Kopi Bijik Salak produksi Kuswartono pun juga tidak sepahit rasa kopi lain pada umumnya. [rif]

Tags: