OPOP Training Center, Targetkan 1 juta Santri Berdikari

Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa pada acara penandatanganan OPOP Training Center di Unusa, Kamis (22/8). [Diana rahmatus solicha]

Surabaya, Bhirawa
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Prawansah menandatangani peresmian One Pesantren One Product (OPOP) Training Center yang berada di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Targetnya adalah mencetak 1 juta santri yang berdikari dan mandiri.
Penandatanganan ini sekaligus juga memberi arti, Unusa sebagai kampus yang mengembangkan kewirausahaan yang berdampak social masyarakat bisa segera dijalankan. Dalam kesempatan tersebut, Khofifah juga menuturkan jika program OPOP merupakan impiannya sejak lama. Yaitu sebelum menjadi gubernur.
“OPOP Training Center ini mimpi. Saya ketemu Pak Hermawan Kertajaya masih setengah curhat. Beberapa bulan setelahnya silaturrahmi dengan Prof Nuh, saya kaget ternyata sudah jadi sekosistemnya, tempatnya, bukunya,” urai Khofifah usa mengisi peresmian di Kampus Unusa, Kamis (22/8).
Menurut dia, potensi pesantren di Jatim cukup besar. Tinggal bagaimana membangun jejaring agar produk dari pesantren bisa dikenal publik. Di samping itu, Khofifah mengungkapkan jika produk dari pesantren bisa dibenahi kualitasnya dan ditingkatkan kuantitasnya. Apalagi julah pesantren di Jatim, ada lebih dari 6 ribu pesantren. Hanya saja, tidak ada pendampingan secara komprehensif.
“Artinya kualitasnya, jejaring marketnya kalau bahasa saya mungkin ada yang memang belum punya GPS. Jadi kalau ada produk-produk yang memiliki kemiripan harus disiapkan RnD (Research and Development) nya. Jadi tidak bisa hari ini kita bicara daya saing tanpa disupport oleh RnD,” jabarnya.
Dengan digagasnya OPOP Training Center di Unusa, pihaknya menuturkan jika pengembangan tersebut akan lebih baik. Pasalnya, RnD sendiri mahal. Namun, jika tersambung dengan perguruan tinggi yang mempunyai lembaga riset dan pengembangan, maka Training Center OPOP memang harus di perguran tinggi. “Kita beri pelatihan, pendampingan sampai kemudian membangun jejaring,”imbuh dia.
Dengan begitu, Khofifah berharap hal tersebut bisa memandirikan pesantren hingga santri. Di mana, lulusan pesantren bisa lebih siap mandiri lewat sektor apapun. Sebab, memandirikan warga itu menjadi penting apalagi yang mandiri kemudian bisa membukan lapangan kerja. Selain Unusa, Khofifah berharap jika Training Center bisa dibangun di Perguruan Tinggi lainnya di Jatim. Pasalnya, OPOP tidak hanya menyiapkan kemandirian pesantren saja. Tapi juga kemandirian santrinya. Setelah lulus dari pesantren mereka lebih siap untuk mandiri.
“Ini di sini Training Center OPOP, hari ini yang kita resmikan di Unusa. Kalau kemudian ini bisa menjadi bagian yang bisa kita luaskan, saya berharap perguruan tinggi yang lain bisa menyiapkan,” lanjutnya.
Sementara itu Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis), Prof Mohammad Nuh DEA menambahkan, kerja sama ini tak hanya antara Pemprov Jatim dengan UNUSA saja. Namun dengan International Council for Small Business (ICSB).
“Dengan konektifnya Unusa dengan ICSB itu, maka case-case yang ada di luar negeri yang success story-nya bisa kita ambil dan sangat dimungkinkan juga bisa kita kirim barang ke sana,” kata Prof Nuh.
Prof Nuh menyebut nanti produk dari pesantren ini tak hanya berupa barang seperti makanan hingga pakaian. Namun juga berbentuk software yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
“Nanti produknya bukan hanya produk yang sifatnya ada barangnya. Tapi misalnya anak-anak buat software, jangan hanya menampilkan kue bolu, jenang, kopiah, sarung saja. Bukan hanya itu. Kita mencari terobosan,” ujar dia.
Untuk tahapan pertama pihaknya akan menyasar 30 pondok pesantren untuk dilakukan analisa dan pengembangan produk dalam program OPOP. Harapannya, dalam lima tahun kedepan, target 1 juta santri bisa berdikari dan berdaya secara mandiri. [ina]

Tags: