Orangtua Resah, Guru dan Siswa Was-was

Petugas Kesehatan Puskesmas Pacar Keling dengan Kecamatan Tambaksari terjun langsung menyosialisasikan untuk tidak mengonsumsi permen keras berbentuk dot di SDN Pacar Keling VII, Rabu (8/3) kemarin. [gegeh bagus setiadi]

Menanti Hasil Laboratorium Permen Dot
Surabaya, Bhirawa
Siswa-siswi SDN Pacarkeling VII Surabaya mendadak menghentikan proses belajar-mengajarnya, Rabu (8/3) kemarin. Sekolah yang beralamat di Jalan Pacar Keling 7 ini didatangi tamu berseragam Satpol PP Kecamatan Tambaksari dan petugas kesehatan dari Puskesmas setempat .
Suasana dalam ruangan kelas IV SDN Pacar Keling VII pun tampak sunyi meski di dalamnya penuh siswa yang mengenakan seragam batik. Mimik wajah para pelajar ini pun berubah ketika petugas memasuki ruangan kelasnya. Namun, dengan ramah dan sapaan akrab Camat Tambaksari Ridwan Mubarun berhasil memecahkan ketegangan para siswa.
Mantan Camat Rungkut ini pun juga menenteng permen keras berbentuk dot dan berserbuk ini. Seketika ia menunjukkan permen dot tersebut kepada para siswa. Ridwan mengatakan bahwa permen tersebut sementara waktu untuk tidak dikonsumsi terlebih dahulu.
“Sudah tahu permen ini ndak? Rasanya gimana?,” tanya Ridwan Mubarun kepada siswa kelas IV yang berjumlah 40 orang ini.
Sontak, seluruh siswa menjawabnya secara serempak bahwa telah mengetahui permen dot tersebut yang disinyalir mengandung narkoba. “Rasanya pahit, di tenggorokan juga gak enak, di kepala juga terasa pusing pak,” jawab sejumlah siswa.
Ketika suasana telah mencair dan akrab, Ridwan juga menanyakan apakah permen keras berbentuk dot ini pernah dicoba oleh para siswa. Mayoritas siswa dalam ruangan hampir seluruhnya pernah mencoba mengonsumsinya. Efeknya pun dirasakan sama, yakni mengalami pusing setelah memakan permen dengan bumbu serbuk ini.
“Mohon, untuk sementara ini permen keras ini jangan dikonsumsi ya, sebelum ada laporan resmi dari BBPOM Surabaya,” pesannya.
Usai diberikan pengarahan, satu per satu siswa diperiksa oleh petugas Puskesmas setempat dengan mengunakan alat stetoskop. Secara keseluruhan, petugas dari Puskesmas merasakan hal yang sama yakni jantung para siswa berdetak kencang usai diperiksa.
“Kondisi para siswa relatif sama. Kalau dikatakan pecandu, masih belum seperti itu. Hanya detak jantung para siswa berdetak cepat. Ada dua alasan jantungnya berdetak cepat, bisa karena memang pernah mengonsumsi zat berbahaya atau bisa jadi takut karena kedatangan kami dan petugas Satpol PP,” kata Bagus Wisnu Nugroho selaku petugas Puskesmas Pacarkeling ini.
Menurut Bagus ada dugaan siswa pernah mengonsumsi zat-zat yang berbahaya ini, kalau di medis sejenis obat anti nyeri. Biasanya pasca menjalani operasi selalu diberi obat tersebut yang di dalamnya  mengandung psikotropika. Psikotropika sendiri, kata Bagus, adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika.

Tags: