Pembangunan Wisata Bahari Kenjeran Bisa Berdampak Lingkungan

pengurukan-lahan-di-depan-SIB.

pengurukan-lahan-di-depan-SIB.

Surabaya, Bhirawa
Pembangunan Kawasan Wisata Bahari Kenjeran  milik Pemkot ternyata menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan sekitar. Sejumlah warga di sekitar area pembangunan mengeluhkan berkurangnya air bersih serta bau ttak sedap yang menyengat.
Warga desa Cumpat kelurahan Kedung Cowek kecamatan Bulak terutama yang rumahnya persis disamping proyek yang terletak di sebelah Sentra Ikan Bulak itu mengeluhkan susahnya mendapatkan akses air bersih  sejak tahapan pengurukan proyek di lahan seluas 1,1 hektar itu.
Padahal air bersih fungsinya begitu vital khususnya untuk warga yang ada di daerah pesisir. Mereka harus mendapat cukup air untuk mencuci hasil laut yang akan dijual, disamping memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci.
Supatiyah (33) Warga desa Cumpat gang 11 mengatakan warga mengeluhkan proses pengurkan yang memakai sampah sehingga mencemari lokasi bekas tambak itu. “Kami disini terganggu bau sampahnya sangat menyengat.Setelah lama, baru ditutup tanah pas itu baunya agak berkurang. Tetap saja kalau hujan biasanya masih bau,” ungkapnya saat ditemui di rumahnya. Ia menambahkan saat awal pengurukan banyak warga yang terserang penyakit seperti diare maupun sesak napas.
Beberapa warga Cumpat lainnya yang sempat dimintai keterangan mengatakan mereka kini sudah tidak bisa memanfaatkan air sumur yang dimiliki. “Bagaimana bisa dapat air bersih kalau sumur kami keruh, airnya jadi kuning nggak layak pakai. Beberapa warga malah membubuhi air sumurnya pakai tawas, itupun terpaksa,” ungkap Mia (27).
Ia mengaku semenjak pengurukan yang dilakukan Pemkot Surabaya sekitar 3 bulan lalu, kini mereka harus kembali membeli air pakai geledek. Satu geledek isinya 12 jerigen harganya Rp 7.000 sekali angkut.
“Kami sehari butuh 2-3 geledek. Apalagi kalau hasil tangkapan hari itu banyak bisa sampai 5 geledek. Maka kami harus keluar duit Rp 35 ribu dalam sehari. Lagi pula kami harus nyebrang ke kampung Bulak Kali Tinjang di seberang desa kami sejauh 1 kilometer,” tutur Mia.
Lahan kosong milik pemkot Surabaya yang berada tepat di depan sentra ikan bulak jalan Kenjeran itu menurut warga memang akan dijadikan wisata bahari, tapi banyak di antara mereka tidak tahu. Rencananya Kawasan Wisata bahari ini akan terbagi dalam tiga zona,yakni bahari, interaksi, dan taman
“Katanya pas bu Rima ke sini, tempat itu mau dijadikan taman yang ada air mancur bergerak pertama di Surabaya, terus jembatan tembus pantai. Gitu aja, nggak tahu nanti bakal kena gusur  atau tidak rumah kami. Tapi tetap saja ada rasa khawatir,” sahut Supatiyah.
Sementara itu Ketua RW 2 desa Cumpat kelurahan Kedung Cowek kecamatan Bulak, Kamdain (54) justru mengaku ada komunikasi jika lahan itu akan dibangun taman. “Saya cuma dengar kabar dari mulut ke mulut warga. Saya bahkan tidak diajak rapat koordinasi terkait pembangunan itu. Tiba-tiba saja diuruk,” ungkapnya.
Ia menyesalkan dampak pengurukan yang membuat 27 sumur milik warga yang tinggal sekitar 30 meter dari lokasi itu kini tak bisa dipakai airnya tercemar. Selain itu, Kamdain menganggap ada persyaratan perizinan yang dilanggar.
“Kalau syaratnya pembangunan itu jaraknya 4,7 mil dari garis pantai. Itupun kalau nelayannya bersedia, lha ini malah 1,99 mil dari bibir pantai mau ada pembangunan. Apa nggak menyalai aturan,” paparnya.
Menurutnya ada tiga tahapan dalam pengerjaan proyek yakni pengerukan, reklamasi pantai, dan pengembangan kali Suramadu.
Disinggung mengenai masalah pelebaran jalan untuk akses menuju wisata bahari, Kamdain mengatakan hal ini sudah beres sejak tahun 2014. “Itu kan sudah dilakukan pemkot Surabaya, mereka yang rumahnya kena pelebaran jalan sudah dapat ganti rugi. Mulai Rp 26 juta sampai Rp 106 juta,” tambah pria ini. (geh)

Tags: