Pemilu Damai Bukan Hanya Beban Bawaslu tapi Juga Beban Jurnalis

Dialektika demokrasi bertema “Pemilu Berlangsung Damai akan Melahirkan Pemimpin Penuh Kedamaian”, di Gedung DPR RI Jakarta. Kamis sore (30/11/23).

Jakarta, Bhirawa.
Pemilu 2024 bisa berjalan damai bukan saja dibebankan pada Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), tetapi juga beban pada para jurnalis. Mata pena para jurnalis bisa mencapai lorong lorong dan dusun dusun sehingga masyarakat luas bisa mengikuti dan mengetahui segala hal yang terkait dengan jalannya Pemilu.
   
“Pemilu bisa berlangsung damai bila Bawaslu punya keberanian untuk menegakkan aturan aturan dalam masa kampanye tanggal 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024. Kalau Bawaslu dalam menyikapi pelanggaran pelanggaran dilakukan dengan tebang pilih, maka akan muncul ketidak damaian dalam Pemilu. Namun, kunci dari semua persoalan Pemilu, jangan hanya di bebankan kepada Bawaslu. Tetapi yang lebih punya peran penting adalah para jurnalis, yang bisa memviralkan pelaku pelanggaran sehingga muncul rasa jera,” ungkap wakil rakyat Komisi II DPR RI Guspardi Gaus (PAN) dalam dialektika demokrasi bertema “Pemilu Berlangsung Damai akan Melahirkan Pemimpin Penuh Kedamaian”, Kamis sore (30/11/23). Nara sumber lainnya pengamat politik dari UNPAD Dr Idil Akbar.

Gupardi Gaus lebih jauh menyebutkan, bila media tidak mempublis, apa yng terjadi belakangan ini. Saya kira apakah aparat keamanan TNI/ POLRI termasuk Aparat Sipil Negara (ASN) tetap saja pasang badan untuk menjadi bagian dari kontestasi ? Apakah Pilpres, Parpol, tapi karena viralnya diberitakan, jadi ujung tombak dari keberhasilan ini tidaknterlepas dari peran dunia pers.

“Yang paling signifikan, yang paling strategis, hemat saya adalah, bagaimana Media mampu meng-elaborasi, menciptakan suasana damai. Dengan kritikan kritikan terhadap pelangaran dengan mem-viralkan berita itu, si sosok yang melakukan pelangaran, hingga merasa malu. Oleh karena itu, saya berharap media memainkan perannya. Guna apa ? Gol nya adalah bagaimana Pemilu damai, sehingga menghasilkan pemimpin yang penuh kedamain,” tandas Guspardi.

Dr Idil Akbar menyatakan;  Yang perlu dipikirkan sekarang adalah model Pemilu damai apa yang harus disikapi. Satu kesimpulan terakhir, bahwa satu inti penting dalam sebuah Pemilu, utamanya adalah “keadilan dan kesetaraan”. Jika sudah muncul ketidak adilan, apalagi dipaksakan, maka tidak akan mendapatkan Pemilu yang damai dan sulit memperoleh pemimpin yang penuh kedamaian.              ————————  IRA —————————-

Tags: