Pemkot Jadikan Surabaya Kota Perdagangan dan Jasa Kelas Dunia

Kepala DPM-PTSP Surabaya Nanis Chaerani saat memimpin acara Temu Usaha Logistik di Kantor Pelindo III, Rabu (26/9).[zainal ibad/bhirawa]

Pemkot Surabaya, Bhirawa
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM dan PTSP) Kota Surabaya mempertemukan pengusaha logistik dengan stakeholder di Kota Pahlawan dalam Temu Usaha Logisitik di Kantor Pelindo III, Rabu (26/9).
Sesuai temanya, acara ini digelar dengan semangat mewujudkan Surabaya sebagai Kota Perdagangan dan Jasa berkelas dunia dengan mengembangkan konektivitas sistem jaringan transportasi logistik yang efektif dan efisien.
Kepala DPM-PTSP Surabaya Nanis Chaerani mengatakan, tujuan dinasnya menggelar pertemuan ini untuk menggali permasalahan-permasalahan di dunia logistik di Surabaya yang memerlukan solusi bersama. Targetnya, ada komunikasi antara pengusaha dengan stakeholder yang positif. Ada kritik membangun dan ide-ide baru yang memudahkan para pengusaha logistik agar lebih berkembang.
“Misalnya, ingin menjadikan terminal dengan pelabuhan berdekatan dengan kereta. Itu keinginan besar dari mereka (pengusaha logistik). Tapi itu kan sesuatu yang harus direncanakan. Hasil pertemuan ini nanti akan menjadi masukan bagi Pemkot Surabaya,” ujarnya.
Menurutnya, selama ini Pemkot Surabaya sudah berupaya memfasilitasi dengan berbagai cara, salah satunya dengan mempermudah perizinan. Bahkan, kata Nanis, sudah ada beberapa izin yang digratiskan.
Menurut Nanis, berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) yang masuk ke dinasnya, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang paling besar nilainya pada 2018 ini memang di bidang logistik. “Saya enggak terlalu pasti angkanya. Sekitar Rp 1 triliun atau lebih. Untuk PMDN, logistik yang paling tinggi nilai investasinya, nomor dua perdagangan dan jasa. Dan itu baru terjadi di tahun ini,” ujarnya.
DPM-PTSP menyadari pentingnya peran usaha logistik mendukung usaha perdagangan dan jasa di Surabaya. Logistik menjadi penghubung barang dari satu tempat ke tempat lain, serta dari produsen ke konsumen. “Kalau itu bisa didapatkan dengan baik di Surabaya, gudangnya tersedia, terminalnya juga ada, infrastruktur jalannya bagus, pasti akan banyak yang berminat untuk berinvestasi di Surabaya,” katanya.
Acara yang mempertemukan pengusaha logistik dengan stakeholder ini disambut baik oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jatim. Sebab Pemprov Jatim memiliki program misi dagang yang rutin digelar, yang mempertemukan pengusaha-pengusaha 26 provinsi dengan pengusaha Jatim.
“Setiap tahun kami ada program misi dagang yang mempertemukan pengusaha-pengusaha luar provinsi dengan pengusaha Jatim. Dari misi dagang itu, ada transaksi pengiriman barang yang sangat besar. Tentu ini jadi peluang bisnis untuk para pengusaha logistik,” ujar Kasi Distribusi dan Logistik Disperindag Provinsi Jatim Hendry Ferdinand Sahulata ditemui di tempat yang sama.
Menurutnya, perdagangan antar pulau ini paling banyak dikirim ke wilayah Indonesia Timur. Seperti Sulawesi, Papua dan Maluku. “Dari Jatim yang paling banyak di kirim ke Indonesia Timur itu adalah kebutuhan pokok. Jumlahnya mencapai 60-70 persen,” tandasnya. [iib]

Tags: