Penurunan Tanah jadi Penyebab Empat Desa di Sidoarjo Banjir Parah

Air sungai di Desa Kedung Banteng meluap menggenangi jalan desa dan pemukiman warga.

Sidoarjo, Bhirawa
Pemkab Sidoarjo menetapkan empat desa di Kecamatan Tanggulangin, yakni Desa Kedung Banteng, Banjarpanji, Banjarasri dan Kalidawir, sebagai wilayah Tanggap Darurat Bencana Banjir. Genangan air di empat desa itu berada dipuncaknya, Sabtu (17/2) sore. Pada Senin (19/2), genangan air masih belum juga surut.

Banjir terpantau masih menggenangi jalan desa Kedung Banteng, dan juga terpantau memasuki rumah warga. Banjir juga masih menggenangi halaman SMPN 2 Tanggulangin. Karena banjir yang tinggi di RT 05 Desa Kedungbanteng, jalan disana terpaksa ditutup. Kendaraan tidak boleh lewat.

Sempat ada warga yang menggunakan kendaraan roda 2 yang melintas disana, akibatnya menjadi mogok. Karena pengapiannya terendam banjir. Sungai yang meluber disana, karena tidak muat menampung air hujan, membanjiri jalan-jalan desa disana. Aktivitas warga disana menjadi terganggu. Setiap keluar rumah, pasti tergenang air.

Menurut warga dahulunya banjir tidak seperti ini. Meski ada hujan deras-derasnya, tidak sampai menimbulkan banjir di desa itu. “Karena banjir, petani juga tidak bisa menggarap sawahnya. Semua sawah di desa ini menjadi kolam air,” ujar Ismail, warga sekitar.

Menurutnya, sejak 2018 lalu sawah-sawah di desa itu tidak lagi bisa ditanami padi. Karena setiap hujan menjadi kolam air. Lama tidak dimanfaatkan, sawah-sawah disana, saat ini ditumbuhi hambaran tanaman enceng gondok yang tumbuh dengan lebat. “Petani disini saat ini mengganggur semua,” ujarnya.

Karena selalu banjir setiap musim hujan, warga disana sampai tidak bisa berbuat apa. Menurut mereka rumah pompa yang telah dibangun, masih belum bisa 100% mengatasi masalah. Karena menurut mereka, sungai yang dipakai tempat membuang banjir, kondisinya juga meluber.

Bupati Sidoarjo,Ahmad Muhdlor Ali, dalam peninjauannya di keempat desa itu menganlisa banjir yang selalu terjadi di sana bukan hanya karena faktor cuaca, tapi juga karena faktor alam, yakni penurunan tanah di wilayah itu. “Masalahnya itu subsidence (penurunan muka tanah) ini yang mengkhawatirkan,”ucap Ahmad Muhdlor.

Gus Muhdlor mengatakan, saat ini Pemkab Sidoarjo berupaya mengangani dulu para warga terdampak, seperti memenuhi kebutuhan air bersih, kesehatan hingga makanan. “Kita akan gunakan anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT) untuk menangani bencana ini,”ujarnya.

Sementara untuk penanganan banjir, akan terus dilakukan dengan memaksimalkan pompa air yang ada dan menambah blower air untuk menyedot genangan. Begitu juga untuk penanggulan sungai. Upaya ini perlu supaya dapat maksimal menampung genangan air yang disedot.

Untuk penangulan sungai avoer Kedungbanteng sepanjang 800 meter setiap sisi akan dilakukan ditahun 2025. Namun pada 2024 ini akan ada penanggulan sepanjang 200 meter.

Pemkab Sidoarjo juga berencana untuk merelokasi SMPN 2 Tanggulangin. Pasalnya, sekolah menengah pertama yang berada di Desa Kedungbanteng tersebut saat memasuki musim hujan selalu banjir.

Meskipun berbagai solusi seperti peninggian kelas, peninggian halaman hingga betonisasi jalan sudah ditempuh, tetapi di sekolah itu tetap saja tergenang banjir.

Dituturkan Kepala Sekolah SMPN 2 Tanggulangin, Sukardi, meski banjir siswa tetap masuk sekolah. Aktivitas belajar dipindah sementara ke tempat yang tidak banjir, seperti di laboratorium, perpustakaan dan musholah sekolah. “Anak-anak sudah terbiasa, karena kondisi ini banjir musiman setiap hujan,” ujarnya.

Karena banjir, siswa masuk sekolah diperbolehkan memakai sandal. Karena, kalau pakai sepatu pasti akan basah kena genangan air. Banjir yang belum berakhir itu, selain menggenangi Desa Kedung banteng juga menggenangi Desa Banjar asri yang berada di sebelah timurnya.

Di desa Banjar asri, banjir selain menggenangi rumah warga juga menggenangi halaman SDN Banjar asri. Siswa juga tetap masuk walau halaman dan kelas mereka tergenang banjir. Karena setiap tahun banjir, informasinya Pemkab Sidoarjo berencana akan merelokasi SMPN 2 Tanggulangin yang berada di Desa Kedung banteng tersebut.

Berbagai solusi telah diupayakan seperti peninggian kelas, peninggian halaman hingga betonisasi jalan, namun masih tetap saja banjir. “Kami siap menjalankan relokasi SMPN 2 Tanggulangin ini,” komentar Kepala Dikbud Sidoarjo, Tirto Adi.

Namun sebelumnya, tentu saja akan dilakukan pengkajian atau study kelayakan lebih dulu. Bila SMPN 2 Tanggulangin direlokasi, maka siswanya harus harus tetap bisa menampung siswa -siswa yang berasal dari 3 – 5 desa sekitarnya seperti saat ini. “Upaya ini harus dipikirkan matang-matang,” katanya.

Upaya jangka pendek saat ini, menurut Tirto, pihaknya memberikan bantuan sebanyak 1.000 sepatu karet kepada siswa, sehingga meski banjir, aktivitas belajar mengajar masih tetap berjalan. [kus.iib]

Tags: