Perempuan Insomnia

Perempuan Insomnia

Oleh:
Ana Khasanah

Hari ini jarum jam seolah berdetak sangat cepat. Dan tak terasa sudah jam setengah dua pagi lagi. Bulan cerah. Bintang berhamburan. Berharap ada seorang pangeran yang mau mendengarkan cerita seorang perempuan yang malang ini, mengapa belakangan selalu tidur menjelang fajar. Namun tidak ada siapa-siapa. Hanya ada kecemasan-kecemasan yang terus menghampiri. Sebenarnya aku kasihan pada kepalaku yang menjadi lebih sibuk. Tapi tidak boleh terus begini. Aku harus segera tidur sebelum suara emak membangunkanku tak lama lagi.
Barangkali momen di rumah saja menjadi salah satu pemicu yang membuat kepalaku lebih sibuk. Pasalnya selain harus memikirkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan para pembeli aku juga harus menjawab pertanyaan dari keluarga dan tetangga. Tidak bisa menghindar dari pertanyaan apapun, sebab aku sudah lama memegang teguh prinsip bahwa segala jawaban adalah kunci, jawaban untuk pertanyaan dari keluarga adalah nomor satu, untuk tetangga nomor dua sedang untuk pembeli adalah segala-galanya.
“Perempuan kok bangun kesiangan,” benar suara emak menyadarkanku bahwa saat ini aku sedang di rumah dan bukan di kontrakan.

***

Sudah hampir empat bulan aku tinggal di rumah. Padahal semenjak lulus dua tahun yang lalu aku memilih keluar dari Ponggok dan menyewa sebuah kontrakan di Kota Blitar untuk menyimpan barang-barang untuk dijual. Dari sanalah aku menjadi penjual kebutuhan rumah tangga online yang menyediakan kebutuhan rumah tangga seperti pakaian dan alat-alat dapur, pulang ke Ponggok hanya sesekali ketika kangen dengan masakan emak saja.
Sebenarnya aku anak yang cenderung pendiam dan merasa kurang percaya diri tetapi aku juga anak yang cenderung kurang bisa diatur, oleh karena itu aku merasa tidak cocok ketika harus ikut bekerja dengan orang lain. Zodiakku scorpio, antara percaya dan tidak percaya menurut artikel ramalan, pemilik zodiak tersebut memiliki masalah ketidakpercayaan diri, selain itu shio tikus katanya sangat cocok untuk bekerja di bidang jual beli maka berjualan menjadi pilihan terakhirku saat itu.
Aku memang tidak percaya dengan ramalan yang sering muncul di iklan, tapi setelah iseng-iseng membaca, ternyata para peramal itu menulis ide yang bermanfaat juga. Aku bisa menyembunyikan kekuranganku di balik sosial media. Dan aku mulai menyukainya, berkomunikasi dengan para pembeli walaupun hanya melalui sosial media, selain itu yang pasti aku bisa memberikan barang yang biasanya tidak habis terjual kepada emak.
Dari sanalah aku mulai terbiasa menjawab pertanyaan-pertanyaan, “Ini ori atau KW ya sis?”
“Dijamin ori sis.”
Tapi semenjak pandemi dan memilih di rumah dalam waktu yang cukup lama, hampir membuatku kehilangan kuncinya. Tak ada jawaban lagi saat keluarga bertanya banyak hal, “Calon sudah ada kan Sis? Mau tahun ini atau tahun depan Sis? Itu loh Sis, Aina saja sudah mau punya momongan.”
Kira-kira ini jawabannya, “Ready Sis!”
Itu jawaban paling jitu, sama seperti saat pembeli bertanya, “Pengirimannya berapa lama Sis? Kapan ada diskon Sis? Kalau borong banyak potongan harganya ditambah kan Sis?”
Siapa yang menyangka hanya lewat pertanyaan-pertanyaan bisa membuat seseorang sulit tidur. Insomnia. Biasanya jam sepuluh selimut sudah siap menemani mimpi indahku tapi sekarang setiap menjelang malam pertanyaan seolah kembali diulang di telingaku, masuk telinga kanan keluar di kepala turun ke air mata. Maka tidak ada yang bisa diharapkan selain pangeran dari kerajaan bulan datang dan mendengarkan ceritaku lagi atau suatu hari ia datang untuk merubah hidup seorang perempuan yang malang berumur dua puluh lima tahun ini.
Tapi setelah dipikir lagi, tidur larut malam cukup memberi manfaat besar karena aku akan bangun kesiangan kemudian emak tidak menyuruhku pergi ke warung untuk membeli lauk atau sayuran. Sebab setiap kali pergi ke warung, beberapa kali tidak sengaja bertemu dengan tetangga di jalan dan bertanya,
“Pulang ke rumah pasti buat menyebar undangan ya Sis?”
Sambil pasang wajah senyum aku mengumpat di dalam hati, “Ini kan lagi pandemi kenapa pertanyaanya seputar undangan sih, terus undangan yang dimaksud undangan apa coba. Undangan ulang tahun atau undangan tasyakuran Sis? Parah banget kalau sampai menyebar undangan di masa pandemi ya, ngebet banget seolah tidak ada waktu lain aja. Untungnya pangeran belum mudik jadi menyebarkan undangannya bisa belakangan Sis,” makiku di dalam hati.
Ini baru di jalan, bayangkan ketika sudah sampai di warung, berangkatnya niat membeli sayuran pulangnya membawa pertanyaan, “Sis jadi perempuan pemilih tidak baik, nanti jodohnya tidak ketemu-ketemu. Anak sulungnya Bu Sofiyah baik loh.”
“Iya bener, ganteng lagi Sis.”
“Kerjaannya juga bagus.”
“Besok saya kenalin Sis, gak bakal nyesel pokoknya.”
“Atau anaknya Bu Wagiyah yang baru pulang dari Jakarta Sis?” Yang lain tidak mau ketinggalan.
Tak hanya sampai di masalah percintaan bahkan masalah pekerjaanku turut menjadi bahan pertanyaan, “Sis kalo habis pandemi ikut kerja di pabrik gimana? Tau gak Sis, Nanda temen sekolah kamu kerjanya di gedung tinggi yang ada ACnya, kenapa gak mencoba daftar di sana? Sis sarjana kok malah jualan?”
Mendengar pertanyaan-pertanyaan tersebut membuatku semakin merasa menjadi perempuan paling malang di muka bumi. Terbayang ketika teman-teman sudah mulai mapan, sudah mulai membangun rumah tangga, sudah mulai memiliki momongan, bahkan mungkin sudah mampu mewujudkan apa yang orang inginkan. Tapi bagaimana dengan diriku yang masih begini-begini saja, belum mendapatkan kepastian, beberapa kali bangun kesiangan, dan mirisnya masih sering mendapatkan pertanyaan dari calon pelanggan,
“Ini akun asli kan Sis? Harga udah pas nih Sis?”
Jawabannya cukup singkat, “Of Course Sis.”
Berkat pertanyaan-pertanyaan yang kadang tak masuk akal membuatku akhir-akhir ini terutama menjelang tidur merenung, mencari kunci jawaban yang entah sembunyi dimana. Dari balik jendela kamar, bulan seolah menghibur atau mungjkin ia sedang menertawakan perempuan yang dianggap malang ini. Pertanyaan sudah seperti bintang di langit, masih berhamburan, bersinar tapi seolah akan membuat jatuh seseorang. Maka tak lama pangeran dari kerajaan bulan akan mengetuk kaca jendela, duduk di sampingku dan mendengarkan ceritaku penuh seksama,
“Nil, kamu ingin tau yang sebenarnya membuat kepalaku sibuk belakangan ini tidak?” Dan ia pun mengangguk.
“Nil, tadi pagi aku disuruh emak pergi ke warung untuk membeli beberapa sayuran terus tak sengaja bertemu Ibumu. Kata Ibumu aku mau dikenalin sama kakakmu yang gagah dan punya kerjaan bagus itu loh. Tapi Nil, kalau aku boleh jujur aku kurang suka sama sikap Ibumu terutama beliau yang menganggapku pemilih terus menganggap pekerjaanku kurang keren untuk seorang sarjana. Tapi tidak apa-apa Nil, hubungan kita kan tetap baik-baik aja Nil”
Ia masih mendengarkanku.
“Supaya aku bisa tidur, aku harus menyampaikan apa pada Ibumu Nil?
Tak ada jawaban.

——- *** ——-

Tentang Ana Khasanah.
Prempuan yang lahir di Kebumen, Jawa Tengah 24 tahun yang lalu. Tulisannya dimuat dibeberapa media seperti Radar Banyumas, Tanjungpinang Pos, Harian Bhirawa dll. Saat ini berdomisili di daerah kelahirannya.

Rate this article!
Perempuan Insomnia,5 / 5 ( 2votes )
Tags: