Peringati HKJS, RSAR Situbondo Siap Layani Penderita Gangguan Mental

dr Dewi Priska Sembiring, spesialis kedokteran jiwa RSAR Situbondo bersama tim medis terkait saat memperingati rangkaian Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, di kompleks RSAR Senin (10/10). [sawawi/bhirawa]

Situbondo, Bhirawa
Keluarga besar Rumah Sakit dr Abdoer Rahem (RSAR) Situbondo menggelar sebuah acara pada puncak peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) tahun 2022 dengan tema ‘Pulih Bersama Generasi Sehat Jiwa’ Senin (10/10).

Kegiatan yang dipusatkan di ruang resepsionis RSAR di buka Direktur RSAR Situbondo dr Roekmy Prabarini Ario bersama jajaran pejabat setempat. Termasuk dr Dewi Priska Sembiring, spesialis kedokteran jiwa RSAR dan jajaran medis yang lain ikut serta dalam kegiatan tersebut. RSAR menyatakan siap memberikan pelayanan bagi penderita gangguan mental atau gangguan jiwa.

Menurut Direktur RSAR Situbondo dr Roekmy Prabarini Ario, melalui dr Dewi Priska Sembiring, spesialis kedokteran jiwa RSAR, dengan kegiatan tersebut diharapkan masyarakat bisa tahu mengenai jenis gangguan jiwa dan mental.

Artinya, masyarakat tidak hanya tahu dengan stigma bahwa gangguan mental itu selalu identik dengan gangguan jiwa. “Karena disana juga ada orang yang mengalami masalah kejiwaan. Sehingga pengetahuan masyarakat Situbondo tentang gangguan mental itu bisa bertambah,” ungkap dr Priska.

Masih kata dr Priska, jenis gangguan mental biasanya ada penanganan secara tersendiri, diantaranya tentang gejala mental yang mereka jumpai. Untuk penyebab gangguan mental, pertama ada faktor genetik. Ini biasanya punya riwayat gangguan mental dan kemungkinan besar mereka mengalami gangguan mental serupa.

Lalu jenis yang kedua, karena faktor permasalahan dalam rumah tangga yang terjadi dalam kehidupan sehari hari serta karena lingkungan sekitar. “Terakhir karena benturan kepala. Ini juga bisa menyebabkan mereka mengalami gangguan mental. Biasanya juga karena ada kecelakaan,” ujar Priska.

dr Priska menjelaskan, bagi penderita gangguan mental atau gangguan jiwa, masih bisa diatasi. Ini karena semua penyakit memiliki obat dan bisa diatasi, termasuk gangguan jiwa atau mental. Priska menyarankan bagi mereka yang memiliki indikasi tersebut sebaiknya mengetahui secara dini termasuk gelajanya.

“Termasuk tanda-tandanya paling tidak mencari pengobatan dahulu sebelum mereka sakit. Gejala dini yang pasti, pertama adanya gangguan dari pikiran, perubahan perasaan dan perubahan dari prilaku. Kalau ada tiga gejala ini kemungkinan yang bersangkutan terkena gangguan mental,” ujarnya.

Priska menerangkan, selama menangani masalah gangguan jiwa ia dihadapkan pada sejumlah kendala, satu diantaranya mereka merasa tidak terjadi apa-apa. Ini karena pada orang orang dengan gangguan jiwa biasanya fisiknya sehat, tetapi hanya pikiran yang sakit. Biasanya, lanjut Priska, mereka enggan untuk diperiksa dokter, padahal orang orang di sekitarnya sudah melihat ada perubahan pada sikapnya. “Tetapi mereka tidak diperiksa karena merasa tidak ada apa apa. Untuk jumlah gangguan mental terbanyak karena di picu oleh depresi,” pungkas Dewi Priska Sembiring.[awi.ca]

Tags: