Perlu Adanya Kerjasama dan Kepedulian Masyarakat

Prof Dra Myrtati Dyah Artaria MA PhD

Prof Dra Myrtati Dyah Artaria MA PhD
Meningkatnya kasus Covid 19 di berbagai daerah di Indonesia, membuat pemerintah memberlakukan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di wilayah Jawa dan Bali. Kebijakan itu mulai diterapkan pada 11 hingga 25 Januari 2021.
Kendati begitu, menurut guru besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair), Prof Dra Myrtati Dyah Artaria MA PhD, keefektifan kebijakan PPKM bergantung pada banyak unsur masyarakat yang harus saling bekerja sama. Jika satu saja tidak mempunyai kepedulian, maka tidak akan berjalan dengan baik.
“Menurut saya seharusnya kita sudah belajar dari tahun 2020. Sebenarnya tahun 2020 harusnya sudah belajar dari peristiwa pandemi 100 tahun sebelumnya. Misal, PSBB tentu membutuhkan keseriusan dari sisi pemerintah yang memberlakukan, dalam hal ini pemerintah daerah. Kebijakan berupa PPKM ini berbeda dari PSBB karena alurnya adalah perintah dari pusat, bukan permohonan dari pemerintah daerah,” tutur guru besar Antropologi ini, Selasa (12/1).
Pemerintah daerah, lanjutnya, perlu bekerja sama dengan baik. Jika ada pelanggaran di masyarakat maka diberi sanksi. Lalu, dari sisi masyarakat adalah kesadaran untuk melakukan PPKM itu. Baik Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), RT dan RW, dan lain – lain. Masing-masing dapat mempunyai peran.
“Adanya kebijakan PPKM tentunya dapat menimbulkan masalah sosial, kasus abuse meningkat. Kalau dari sisi ekonomi ya sudah dapat diduga arahnya kemana,” tambahnya.
Tak hanya itu, Prof Myrta juga mengungkapkan, diberlakukannya kebijakan PPKM menyebabkan ada banyak kemungkinan yang dirasakan oleh perempuan dan anak – anak, baik aspek positif maupun negatif. Dari aspek positif misalnya, ibu – ibu bisa meluangkan lebih banyak waktu dengan keluarga, menata rumah lebih leluasa, quality time lebih dimungkinkan, serta memonitor anak-anaknya dengan lebih baik.
“Banyak ibu – ibu yang bersyukur dengan hal ini. Dampak yang negatif juga ada. Misal, yang mengalami gangguan jiwa menjadi lebih stres karena terbatasi lebih banyak. Yang orang – orang out going menjadi lebih tertekan, karena tidak bisa bersosialisasi dengan rekan – rekannya secara tatap muka, lalu melampiaskan pada keluarga,” jelas Prof Myrta.
Belum lagi, kata Prof Myrta, yang mengalami kesulitan keuangan menjadi lebih tertekan. Bagi yang sulit mengajari pelajaran sekolah pada anaknya bisa jadi akan menjadi bingung, sedih, dan tertekan.
“Solusi – solusi permasalahan ini bergantung dari masalah yang dihadapi. Solusi tentang ketidakpatuhan beberapa orang terhadap pembatasan, perlu ada ketegasan dari pemerintah, dibantu dengan berbagai unsur masyarakat seperti satpol PP, pemuka agama, RT RW, anggota Pramuka, young agents, volunteer, dan lain – lain, untuk ikut menjaga orang – orang yang melanggar ada sanksi,” tuturnya.
Sementara, solusi tentang abuse di rumah tangga yang sedang melakukan PPKM salah satu upayanya dengan memberi sosialisasi pada RT – RW dan kemudian sosialisasinya turun ke seluruh rumah tangga. Sosialisasi dilakukan dengan harapan meningkatkan kepedulian sesama penghuni dan saling menjaga.
“Sedangkan solusi menurunnya kemampuan daya beli dari sebagian orang karena kehilangan sumber penghasilan, salah satunya dengan memanfaatkan pengelolaan dana sumbangan oleh Ketua RT atau Ketua RW. Sehingga, kontrol dilakukan oleh orang – orang yang sama. Dengan jumlah dana yang relatif tidak banyak, potensi korupsi juga minim,” tuturnya.
Dari dana itu, lanjut Prof Myrta, dapat dikelola untuk dibelikan kebutuhan pokok bagi anggota RT/RW yang membutuhkan. ”Ini saatnya untuk bahu – membahu dalam bersama mengatasi masalah dengan membangkitkan kepedulian. Berzakat itu tidak harus dilakukan di waktu tertentu saja, namun bisa kapan saja, apalagi ketika saat ini banyak yang membutuhkan,” ucapnya.
Prof Myrta mengatakan, saat ini adalah masa di mana kepedulian pada orang lain perlu dibangkitkan dan ditingkatkan. Karena pada intinya seseorang memakai masker dan menjaga jarak serta menahan diri untuk tidak keluar jika tidak penting itu adalah menjaga orang lain di sekitarnya agar tidak tertular. [ina]

Tags: