Peserta UTBK Unesa Ikuti Ujian dengan Infus di Tangan

Muhammad Aimanur Razzaq, peserta tes UTBK UNESA asal Gresik hadir dengan infus yang masih terpasang di tangannya.

Surabaya, Bhirawa
Meski dalam kondisi tidak fit bahkan dengan selang infus ditangan, Muhammad Aimanur Razzaq tetap semangat dalam mengikuti tes UTBK-SNBT di Unesa. Peserta asal Gresik ini mengikuti tes sesi dua di kampus Lidah Wetan Unesa dengan didampingi perawat rumah sakit, Minggu (5/4).

Razzaq, sapaan akrabnya menunjukkan kegigihannya dengan tetap menjalani tes kendati sedang menderita demam berdarah dengue (DBD). Dia terkena BDB sejak Rabu lalu, saat sedang menjalani latihan soal-soal persiapan UTBK.

“Saat latihan soal itu saya merasa badan mulai panas, dan terpaksa menghentikan latihan karena badan rasanya sudah mulai tidak stabil. Saya dibawa ke rumah sakit, setelah cek di lab, ternyata kena DBD dan harus dirawat intensif di RS Semen Gresik,” kata Razzaq.

Atas kondisinya itu, dia awalnya bingung apakah harus tetap ikut UTBK atau fokus penyembuhan. Namun, karena tidak ingin melewatkan kesempatan tersebut, dia memilih tetap ikut tes agar bisa diterima di kampus pilihannya yaitu ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) dan UB (Universitas Brawijaya).

“Dari awal saya sudah mempersiapkan UTBK ini dengan mengikuti bimbel. Awalnya mau fokus penyembuhan, karena waktu UTBK sudah mepet jadi saya paksakan untuk tetap belajar,” terangnya.

Jelang UTBK suhu tubuh Razzaq masih tinggi, tetapi semangatnya untuk mengikuti tes tersebut tidak kalah tingginya. Tekadnya dan cita-citanya terlalu besar, sehingga langkahnya tidak terhentikan, meski dengan kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan.

“Saya ingin membanggakan orang. Di belakang saya ada banyak dukungan dari guru, teman dan pastinya dari orang tua. Masa mau nyerah? Harapannya semoga tes ini bisa maksimal dan bisa diterima di prodi pilihan saya,” kata lulusan SMAN 1 Gresik itu.

Perawat yang mendampingi, Muhammad Fathurrahman menyampaikan rasa salutnya atas perjuangan pasiennya itu. Dia mengungkapkan, kondisi Rezzaq masih belum stabil dan masih harus infus.

Dokter sebenarnya tidak menyarankan pasiennya itu untuk beraktivitas yang berat, termasuk melakukan perjalanan dari Gresik ke Surabaya. Karena permintaan Razzaq sendiri yang ingin ikut UTBK tersebut, akhirnya dokter mengizinkannya untuk berangkat dengan pendampingan.

“Saya ditugaskan untuk mendampingi karena takutnya ada apa-apa dengan pasien. Jujur, saya salut perjuangan dia yang meski sakit, tetapi tetap harus mau berjuang untuk tes masuk perguruan tinggi,” ucap Fathurrahman.

Ternyata, kata Fathurrahman, pasiennya itu sering belajar di rumah sakit sembari melawan penyakitnya. Kenapa harus pake infus? Dia menjelaskan bahwa Rezzaq memerlukan cairan infus untuk memenuhi kebutuhan elektrolit pada pasien akibat peningkatan metabolisme tubuh. Selain itu, agar tubuh pasien tidak dehidrasi. Apabila demam tiba-tiba muncul, dia juga bisa segera memberikan obat untuk menurunkan panas.

Semangat dan kegigihan Razzaq tersebut pun diapresiasi Rektor UNESA Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. Ada yang berjuang datang dari daerah terjauh hingga ada yang hadir dengan kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan seperti Razzaq dari Gresik.

Cak Hasan menuturkan setiap perjuangan tidak akan sia-sia. Siapa yang berjuang dengan sungguh-sungguh, maka hasil yang diperolehnya nanti tidak akan menghianati prosesnya. “Ada banyak sekali cerita perjuangan peserta UTBK, semoga hasilnya nanti bisa membawa peserta di prodi dan kampus tujuannya masing-masing,” ucapnya.

Rektor juga menyampaikan UNESA melalui Fakultas Kedokteran (FK) menyediakan tim medis khusus yang standby saat tes UTBK. Tim tersebut disiapkan untuk mengantisipasi dan memberikan penanganan medis kepada peserta yang membutuhkan.

“Selain tim medis, kita juga ada relawan khusus dari SMCC yang selalu standby di setiap lokasi tes. Tim kami ini ada yang dosen dan ada mahasiswa. Ketika misalnya ada yang pingsan, atau kurang sehat ada tim kami yang siap menangani,” ucap Cak Hasan. [ina.why]

Tags: