Psikolog Yohanes Bambang: Pola Didik Anak Harus Sesuai Bakat dan Minat

Psikolog Drs Yohanes Bambang RHP, Psi saat memberikan pengetahuan pola didik anak kepada orang tua murid di aula SMAN 2 Nganjuk.(ristika/bhirawa)

Nganjuk, Bhirawa
Pola asuh terhadap anak yang dilakukan orang tua jaman dulu cenderung keliru dan kerap tidak sesuai dengan minat dan bakat anak. Untuk mengetahui kecenderungan bakat dan minat anak dapat diperoleh dengan menggunakan tes potensi akademik (TPA) terhadap anak sejak usia dini.

Melihat bakat minat anak, merupakan hal yang gampang-gampang susah. Jika apa yang disukai sudah jelas sejak kecil mungkin itu tidak menjadi masalah. Yang jadi masalah ketika tidak sedikit anak masih bingung terkait kegemarannya. “Kadang anak masih suka berpindah-pindah dengan kegemarannya apalagi masih usia belasan. Ada yang dari awal gemar belajar matematika namun dengan berjalannya waktu ia berubah menjadi gemar pelajaran IPA,” terang Drs Yohanes Bambang RHP, Psi seorang psikolog saat acara parenting di SMAN 2 Nganjuk.

Fenomena di atas mungkin seringkali dialami anak usia 13 tahunan atau praremaja atau biasa kita sebut remaja awal karena usia tersebut masih sering kita ketahui usia mencoba hal-hal baru. Namun, Pada umumnya orang tua hanya melihat kegemaran anak dari apa yang ia lihat tanpa melihat aspek-aspek yang mendukung kegemarnnya dan banyak orang tua juga memandang sama atas kegemaran anak yang mungkin ia ketahui dari sejak kecil.

Tes potensi akademik atau dikenal dengan nama tes IQ sebenarnya tidak hanya mengungkap IQ dan bakat minat seseorang saja, melainkan banyak hal yang didapat dari pelaksanaan TPA yaitu EQ (Emotional Quotient), SQ(Spiritual Quotient) dan IQ (Intelligence Quotient). Sehingga dari tes potensi akademik dapat diketahui bakat dan minat, gejala kepribadian yang negatif dan positif, dan kecenderungan cara belajar siswa.

Sementara itu Kepala Sekolah SMAN 2 Nganjuk, Rita Amalisa mengatakan dunia pendidikan adalah dunia yang melibatkan banyak pihak. Dunia pendidikan akan maju dan berkembang, jika banyak pihak yang ikut andil dan terlibat dalam mensukseskannya.

Tujuan digelarnya parenting setelah ujian akhir semester ini dimaksudkan agar ada persamaan visi antara orang tua, guru, pemerintah dan masyarakat. Karena kesemuanya itu merupakan komponen penting dalam pendidikan. “Tujuan parenting supaya semua pihak terjalin komunikasi yang baik untuk kemajuan pendidikan. Karena majunya pendidikan tidak hanya tanggung jawab guru atau sekolah semata, melainkan tanggung jawab kita bersama,” tegas Rita Amalisa.

Menurut Rita Amalisa manfaat yang didapat dari adanya pertemuan antara orang tua dan guru, antara lain lebih terjalinnya hubungan silaturahim dan kedekatan antara orang tua dan guru. Kemudian dapat membuka ruang diskusi serta keterbukaan antara orang tua dan guru.

Selain itu orang tua bisa mendapatkan informasi yang utuh mengenai program pendidikan anak-anaknya sekaligus menyampaikan saran maupun kritik kepada pihak sekolah secara terbuka.(ris)

Tags: