Ratusan Rumah Ds.Kademangan Terendam Banjir

7-FOTO KAKI rur-banjir2Jombang, Bhirawa
Ratusan rumah di Dusun Pekunden dan Kebondalem, Desa Kademangan, Kecamatan Mojoagung, Jombang terendam banjir selama lebih dari delapan jam, Senin (9/2) malam. Banjir bahkan mencapai pusar orang dewasa berasal dari luapan air sungai tempel yang melintas di Desa Kademangan tersebut.
Air luapan sungai mulai menyentuh pemukiman warga sekitar pukul 7 malam seukuran mata kaki. Tak berselang lama, ketinggian air terus meningkat dan pada puncaknya, sekitar pukul 10 malam pada sebagian titik ketinggian air sudah diatas perut orang dewasa.
Bersyukur banjir tersebut tidak berlangsung lama. Pagi ini air sudah berangsur surut sehingga warga bisa melakukan aktivitas kembali. “Alhamdulillah pagi ini sudah surut. Semalam air terus meninggi hingga memasuki rumah warga. Banjir di desa kami ini merupakan bencana tahunan. Setiap hujan deras, air sungai meluap dan memasuki perkampungan,” ujar Irwan, perangkat desa Kebondalem Mojoagung mangatakan, Selasa (10/2).
Diakatakan Irwan, rumah warga yang sempat terendam banjir sekitar seratusan rumah. Bahkan beberapa warga sempat mengungsi ke Balai Desa setempat. “Mereka karena takut terjadi sesuatu. Sedangkan sejumlah warga lainnya, bersiaga di rumah masing-masing,” imbuhnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jombang, Nur Huda, mengungkapkan, banjir di Desa Kademangan disebabkan oleh posisi pemukiman yang dikelilingi oleh sungai. Sudah begitu, lokasi perkampungan tersebut juga lebih rendah dari kawasan sekitarnya. Akibatnya, air bah selalu datang tanpa diundang jika air sungai meluap.
“Memang, kawasan ini setiap tahun selalu disambangi banjir. Karena kampung ini dikelilingi sungai. Sebelah barat dan timur ada sungai. Sedangkan sebelah utara desa ada jalan raya. Dan di sebelah selatan tanahnya lebih tinggi. Jadi perkampungan ini seperti menjadi daerah tumpuan air,” ujar Nur Huda saat meninjau lokasi.
Nur Huda menambahkan, untuk mencegah banjir akibat luapan air sungai di Desa Kademangan diperlukan langkah normalisasi sungi sebagai solusi permanen. Namun, langkah tersebut belum bisa dijalankan karena menunggu kebijakan dari Pemprov Jatim. “Alhamdulillah. Hingga saat ini, tidak ada korban jiwa serta kerusakan rumah serta fasilitas umum. Pagi ini sebagian warga sudah menjalankan aktifitas seperti biasanya,” tandasnya.
Sementara itu, terkait kesiapan penanggulanan bencana yang kemungkinan terjadi di kota santri ini. Huda mengatakan, bahwa BPBD Jombang telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 600 juta untuk menghadapai bencana. “Anggaran bencana yang kita siapkan sebesar Rp 600 juta bersumber dari APBD 2015 diperuntukkan mulai bencana banjir, puting beliung, hingga tanah longsor. Namun demikian, BPBD masih menyiapkan anggaran untuk cadangan sebesar Rp 1 miliar,” bebernya.
Masih menurut Huda menambahkan, ada tiga bencana yang selama ini kerap mampir di Jombang. Yakni, angin puting beliung, banjir, serta tanah longsor. Ironisnya, dari 21 kecamatan yang ada hampir seluruhnya berpotensi bencana. Untuk tanah longsor, kata Huda, terdapat dua kecamatan yang diminta selalu waspada. Masing-masing Kecamatan Wonosalam dan Bareng.
Sedangkan bencana banjir, dari 21 kecamatan itu terdapat enam yang kondisinya paling rawan. Diantaranya, Mojowarno, Mojoagung, Sumobito, Kesamben, Perak, serta Kecamatan Ploso. “Kalau puting beliung tidak bisa kita prediksi. Artinya, seluruh kecamatan rawan diterjang angin puting beliung tersebut,” kata Huda menjelaskan. [rur]

Teks foto: Banjir di Mojoagung, Jombang.

Tags: