Saatnya Meraih Prestasi di Negeri Sendiri

Oleh :
Oryz Setiawan
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health) Unair Surabaya 

Sehari setelah peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke-73, Indonesia menyelenggarakan pesta olahraga terakbar Se-Asia yakni Asian Games. Perhelatan ini merupakan kedua kalinya Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan Asian Games setelah Asian Games ke-4 yang diadakan di Jakarta pada tahun 1962. Dalam perhelatan tersebut, sebagai tuan rumah Indonesia menargetkan minimal masuk 10 besar dalam peroleh medali. Prediksi raihan emas ditargetkan pada cabang olahraga unggulan seperti bulutangkis, pencak silat, memanah, angkat besi misalnya. Dua pekan sebelum digelar, telah diawali dengan capaian prestasi menjadi juara Piala AFF U-16. Menurunnya prestasi olahraga Indonesia dalam berbagai level olahraga sejak lima tahun terakhir sungguh mengenaskan. Di tingkat Asia prestasi Indonesia dalam ajang Asian Games sebelumnya di Incheon Korea Selatan menempati peringkat 17 dengan peroleh 4 medali emas, 5 medali perak dan 11 medali perunggu. Padahal sumber daya manusia dengan jumlah penduduk terbesar di level Asia Tenggara dan nomor tiga setelah Tiongkok dan India.
Sebenarnya secara potensi sumber daya manusia Indonesia tak kalah dengan bangsa lain bahkan lebih unggul, dengan jumlah penduduk 260 juta jiwa tentu menjadi salah satu sumber masukan (input) bagi pemilihan bibit atlit. Aspek tata kelola pembinaan olahraga menjadi tolok ukur bagaimana meraih prestasi. Asian Games kali ini merupakan ajang unjuk prestasi di level Asia (spirit of asia) dimana Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah (host). Di sisi lain Asian Games ini juga terasa spesial antara lain : pertama, sebagai tuan rumah tentu menjadi keuntungan tersendiri baik dari sisi potensi mengukir prestasi dimana dukungan publik, masyarakat Indonesia tentu lebih besar. Dukungan suporter, efek nasionalisme, heroisme terus dikumandangkan. Warna Indonesia tercermin dari aneka atlit yang berjuang berasal dari penjuru tanah air. Apalagi pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga telah menjanjikan bonus bagi atlit yang konon mencapai 1,5 miliar rupiah sehingga menjadi motivasi dan “asupan gizi” bagi atlet-atlet nasional Indonesia untuk menyabet medali emas dalam Asian Games 2018
Kedua, momentum Asian Games bertepatan dengan Bulan Agustus, kado terindah dalam dirgahayu Republik Indonesia ke-73 menginspirasi para atlit memberikan lecutan semangat 45 dalam setiap pertandingan bagai berjuang di medan perang hingga titik darah penghabisan. Jika dahulu lawan adalah penjajah, kini lawan adalah “musuh tanding” dengan tetap menjunjung tinggi profesionalisme, etika dan sportivitas olahraga. Ketiga, momentum ini juga sbagai upaya atau sarana yang efektif untuk menaikkan citra negara sekaligus membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara yang aman dari gangguan keamanan atau konflik sosial, tindak kejahatan (kriminal) hingga terorisme misalnya serta dalam rangka kemudahan berinvestasi. Pemerintah telah menjamin keamanan para atlit dan kontigen setiap negara dengan mengerahkan 200 ribu personil kemananan baik dari unsur kepolisian maupun unsur TNI terutama di titik-titik yang dianggap rawan. Harus diakui bahwa faktor keamanan menjadi salah satu prasyarat utama dipilihnya suatu negara menjadi tuan rumah, selain pertimbangan stabilitas perekonomian, antusiasme penonton serta memiliki arena olahraga (venue) yang berstandar internasional.
Keempat, penyelenggaraan ini juga bertepatan dengan tahun politik berupa pesta demokrasi, ajang kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden serta legislatif. Konstelasi perpolitikan yang cenderung memanas tentu momentum Asia Games dapat menurunkan tensi persaingan para aktor politik nasional maupun tingkat lokal, setidaknya dapat memecah fokus perpolitikan sejenak. Olahraga merupakan salah satu alat pemersatu bangsa, perekat persatuan dan kesatuan anak bangsa. Beda pilihan politik, beda partai, bukan berarti beda dukungan pada para atlit yang sedang berjuang membela panji tanah air, Indonesia. Kelima, diharapkan even Asian Games dapat memberikan dampak ekonomi (economic impact). Berdasarkan kajian Bappenas bahwa diperkirakan dampak langsung pengeluaran peserta dan pengunjung Asian Games 2018 mencapai 3,6 triliun rupiah.
Keberadaan olahraga sebagai bagian grand design peningkatan prestasi olahraga Indonesia, peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan aktivitas olahraga, dan pemanfaatan venue olahraga untuk aktivitas lain di luar olahraga. Dampak non ekonomi antara lain untuk meningkatkan kohesi sosial dan mendorong perubahan budaya, perilaku, dan karakter masyarakat, meningkatkan kualitas tenaga kerja untuk even internasional, meningkatkan profil Indonesia di mata dunia dan mendorong masyarakat aktif dalam kegiatan olahraga serta membangun jiwa sportivitas sehingga menjadi olahraga sebagai bagian dari hidup sehat dan produktif. Sudah saat Indonesia berjaya di negeri sendiri, kalau bukan saat ini kapan lagi. Selamat berjuang pada atlit bangsa semoga Indonesia mampu menggapai prestasi yang terbaik.

———- *** ———–

Tags: