Sasar Pelajar, Kenalkan Revolusi Mental Lewat Medsos

Sejumlah pelajar mengikuti pelatihan media sosial yang digelar Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan di Hotel Inna Tunjungan, Kamis (20/7). [ adit hananta utama/ bhirawa]

Surabaya, Bhirawa.
Media sosial menjadi alat komunikasi baru yang sangat akrab dengan pelajar. Terlebih mereka yang kini memasuki usia remaja. Satu anak bisa memiliki akun lebih dari satu jejaring sosial. Itulah yang mulai dilirik Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) melalui potensi yang ada pada medsos.
M. Alfian Maruf, siswa SMKN 1 Surabaya ini contohnya. Dia akrab dengan medsos dan memiliki akun medsos mulai dari Instagram, Line, hingga Facebook. Tak jarang dalam bermedsos dia memposting sembarangan hal-hal yang belum tentu valid informasinya.
Siswa kelas XII ini mengaku informasi hoax cukup mengganggunya ketika bermain medsos. “Memang kadang asal posting gambar dan caption atau teks foto yang menyinggung orang lain,” kata dia disela acara Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) melalui medsos yang digelar Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) serta Kemendikbud di Hotel Inna Simpang, Kamis (20/7).
Alfian menjelaskan, adanya pelatihan GNRM melalui medsos membuatnya sadar akan pentingnya memilah-milah indormasi yang ada di medsos. Tidak lagi asal posting sembarangan. “Sekarang tidak bisa asal posting di medsos. Bisa menyinggung orang lain. Harus dipilah,” ujarnya.
Plh. Kepala Biro Hukum, Informasi, dan Persidangan Kemenko PMK, Sorni Paskah mengatakan, gerakan revolusi mental yang digelorakan Presiden Joko Widodo harus didekatkan ke level praktis. Salah satunya digunakan pelajar dan warganet dalam bermedsos. “Pesertanya pelajar, guru, dan netizen (warganet). Total ada 50 pelajar dan 6 guru dari lima kabupaten/kota di Jatim,” katanya.
Dia mengungkapkan, lima daerah tersebut menjadi pilot project nasional karena baru pertama kali digelar. Sebelum menjadi peserta, mereka disurvei terlebih dahulu. Yang utama adalah aktif di medsos. Sebab, target yang ingin dicapai bermedsos dengan positif untuk revolusi mental. “Pelatihan dilakukan dua hari mulai Rabu (19/7) sampai Kamis (20/7),” terangnya.
Setelah mengikuti pelatihan, peserta diwajibkan alih pengetahuan kepada lingkungan sekitar. Tema-tema yang bisa diangkat dan diterima masyarakat antara lain hidup bersis dan sehat, patuh hukum, gotong royong, dan tema-tema positif lainnya.
Kabid Pembinaan SMA Dindik Jatim Ety Prawesti mengungkapkan, penggunaan teknologi harus mengarah pada tindakan yang bijak. Sebab, melalui satu alat bernama HP, beragam informasi dapat diakses dan berbagai kebutuhan juga bisa dipenuhi. Kendati demikian, satu alat tersebut tidak hanya memiliki nilai positif. Adakalanya alat bantu komunikasi ini justru berdampak negatif jika penggunanya tidak bijak.
“Dalam berinteraksi saja, kita sering berkumpul dengan teman-teman satu meja. Tetapi yang kita ajak bicara justru HP,” tutur dia.
Dalam kesempatan itu, Ety berharap para pelajar dapat memanfaatkan HP sebaik mungkin untuk mendukung hal-hal positif. Mendukung untuk penambahan wawasan dan ilmu pengetahuan serta berbagai aktifitas lain yang kreatif.
“Seseorang bijak menggunakan gadeget adalah saat saat orang tersebut mampu mengendalikan dirinya terhadap fitur-fitur yang bermanfaat untuk dirinya,” pungkas Ety. [tam]

Tags: