Ning Lia: Saya Maju DPD Menjual Rekam Jejak, Bukan Kencantikan yang Bisa Diedit

 

Lia Istifhama dan Khofifah Indar Parawansa saat ziarah di TPU daerah Wonocolo, Surabaya.

 

Surabaya, Bhirawa
Ketua DPD Perempuan Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Jawa Timur, Dr Lia Istifhama SSosI SSos SHI MEI, yang juga keponakan Gubernur Jatim periode 2019-2024 Khofifah Indar Parawansa, hampir dipastikan lolos ke Senayan sebagai anggota DPD RI.

Ning Lia—sapaan akrab Lia Istifhama, terpilih setelah mengantongi suara mencapai 2,7 juta lebih, di bawah suara dua petahana Ahmad Nawardi dan AA La Nyalla M Mattaliti yang juga lolos ke Senayan. Bhirawa berkesempatan ngobrol dengan aktivis perempuan Jatim ini. Berikut petikannya.

 

Sebelumnya, Bhirawa ingin mengucapkan selamat kepada Ning Lia yang telah terpilih sebagai anggota DPD RI dari daerah pemilihan Jawa Timur. Bagaimana perasaannya?

Alhamdulillah, yang pasti bersyukur sekali. Perjuangan saya bersama teman-teman relawan selama berbulan-bulan membuahkan hasil yang sangat menggembirakan. Dukungan dari banyak kolega, keluarga hingga Ibu Khofifah, menguatkan kami. Dan Alhamdulillah, hasilnya sangat membahagiakan.

 

Ning Lia memiliki latar belakang seperti apa? Dan motivasi dasar apa Ning Lia ikut serta dalam menyemarakkan pesta demokrasi 2024 ini?

Pertama, karena latar belakang saya sebagai aktivis perempuan. Kedua, motivasi saya adalah menunjukkan pada publik, bahwa selalu ada orang baik yang secara jujur dan terbuka untuk mengajak masyarakat bergandengan tangan menguatkan kebaikan.

Saya kira masyarakat sangat bisa melihat apa saja gagasan saya maupun rekam jejak saya, karena semua ada di pemberitaan online. Monggo di searching nama saya dan spasi kata kunci, misalnya terkait hukuman kebiri, dan sebagainya. Dalam pemilihan DPD RI ini, saya menjual rekam jejak, bukan hanya kecantikan yang bisa diedit.

 

Menurut Ning Lia, apa keunggulan Anda dibandingkan dengan calon senator DPD lainnya, terutama yang sudah memiliki pengalaman politik lebih lama?

Insya Allah keunggulan saya adalah rekam jejak nyata sebagai aktivis sosial. Selama ini, saya berusaha membangun peran tanpa jabatan, seperti yang seringkali saya gaungkan. Bahwa saya sebagai perempuan, seorang ibu, dan juga bagian masyarakat biasa, tetap mencoba berikhtiar memberikan peran untuk masyarakat. Saya selalu meyakini sebuah hadis yang menjelaskan, kebaikan itu banyak, namun sedikit orang yang melakukannya.

Disini saya mencoba menterjemahkan dan menginternalisasi dalam diri saya bahwa ada begitu banyak kebaikan, yang sebenarnya secara sederhana dapat dilakukan oleh siapapun. Namun tidak semua orang berkenan melakukan atau enggan melakukan karena kebaikan kadangkali sebagai beban.

Dan karena ungkapan hadis itu sudah menjadi mindset saya, maka saya meyakini dan memilih bahwa insya Allah saya siap menjadi sedikit orang yang ingin selalu membangun kebaikan. Meski, jujur ya, tidak semua orang menilai kebaikan itu penting, tapi tidak masalah. Saya yakin by waktu akan menunjukkan bahwa kebaikan itu kebutuhan kita, dan ini harus dijaga.

Ketika kemudian saya terjun dalam politik, itu karena saya menyadari bahwa sebaik apapun upaya kita membangun kebaikan, jika tidak memiliki sebuah kewenangan publik, maka satu waktu kita kebaikan kita akan terbatas.

Maka dari itu saya memilih masuk sebagai senator. Bagi saya, ini pilihan terbijak yang bisa saya tempuh dalam hidup saya karena saya menguatkan pribadi yang egaliter, yaitu merangkul banyak kalangan untuk bersama-sama menguatkan potensi local kedaerahan, yaitu Jatim, dan tentu harapan saya, kelak untuk Indonesia.

 

Pernah terbayangkah bakal masuk ke Senayan sebagai senator RI?

Jujur saya selalu yakin bahwa ikhtiar saya tidak sia-sia. Saya yakin Allah SWT maha tahu segala niat dan proses yang ditempuh hambaNya. Jadi saya sejak awal pencalonan, meyakini bahwa ini tidak akan sia-sia.

Saya selalu mencoba membangun dialog dalam setiap doa saya, “Ya Allah andai saya melakukan hal tidak baik, mohon dihentikan. Namun Engkau yang maha tahu segala niat dan apa yang saya lakukan, maka mohon dekatkan kepada kemampuan saya untuk terus menunjukkan kebaikan bagi orang lain”.

Disini terselip keyakinan bahwa saya memang harus meraih sebuah jabatan strategis untuk semakin berkembang nyata proses dan ikhtiar saya dan teman-teman yang secara riil rutin menyapa masyarakat.

 

Apakah status keponakan Ibu Khofifah sebagai Gubernur Jatim menjadi penguat atau peraup suara?

Tentu, saya meyakini itu. Proses saya sejak saya kecil sampai kapanpun, tak lepas dari Khofifah effect. Tidak ada sesuatu hal yang besar tanpa penguat dari orang terdekat. Termasuk saya, akan sangat lain jika proses ini tanpa unsur kebaikan hati Ibu Khofifah.

 

Maju senator apakah salah satunya dorongan dari ibu Khofifah?

Ibu Khofifah termasuk salah satu orang yang sangat berpengaruh dalam mendorong saya. Dan tentunya semua generasi muda untuk mengambil peran dan terus membangun kiprah. Jadi apa yang kemudian saya tempuh, itu bagian saya menterjemahkan motivasi beliau kepada kami semua, generasi di bawah beliau.

 

Terkait isu pengelembungan suara yang sekarang banyak diangkat di media, bagaimana tanggapannya?

Kebetulan saya mengikuti sendiri proses perhitungan suara. Memang dinamika suara itu ada. Makanya saya mengirimkan saksi se-Jatim, baik tingkat kecamatan maupun kabupaten kota. Itu karena saya bersungguh-sungguh dan komitmen mengawal suara dan amanah pemilih.

Dan alhamdulillah, semua upaya tidak mengkhianati hasil dan saya kira sudah klir tidak ada lagi kecurangan di tingkat DPD RI Jatim. Yang perlu digarisbawahi disini, saya sangat menghormati Pak La Nyalla dan mas Ahmad Nawardi, karena keduanya juga memiliki saksi se-Jatim. Itu menunjukkan bahwa sekalipun mereka sebagai petahana yang seharusnya merem aja sudah jadi, tapi tetap serius melakukan pengawalan suara.

 

Jatim ini salah satu provinsi dengan penduduk yang heterogen. Bagaimana Ning Lia akan memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan semua kelompok masyarakat di Jawa Timur nanti?

Untuk saat ini yang menjadi prioritas adalah penguatan UMKM. Karena sampai sekarang, proses saya melakukan pembinaan pada kawan UMKM, masih sangat massif. Insya Allah segera akan bertambah ikhtiar saya untuk menguatkan sektor lainnya.

 

Tahun ini perayaan Nyepi dan Ramadan beriringan. Adakah imbauan khusus bagi warga Jatim terutama untuk saling toleransi dalam menjalankan ibadah masing-masing?

Toleransi adalah kebutuhan, bukan kewajiban. Jadi wajib kita saling menjaga dan menguatkan kedamaian situasi lingkungan sosial kita.

 

Menyambut Bulan Suci Ramadan ini, apa ada tradisi khusus yang Ning Lia jalannya bersama keluarga besar atau lingkungan sekitar?

Tidak ada yang khusus. Kami hanya nyekar, megengan, doa bersama, dan tentu tadarus. Karena memang saya disini sekaligus membina ponpes mahasiswa. [iib]

Tags: