Semangat Baca Harus Dimulai Sejak Usia Dini

M Syarif Bando

M Syarif Bando
Kepala Perpustakaan Nasional, M. Syarif Bando, yang berkunjung ke Kota Sidoarjo untuk menghadiri acara Pameran Buku Nasional dan Gelar Baca tahun 2018, sempat memberikan apresiasinya atas inovasi yang membanggakan dari Dinas Perpustakaan dan Arsip Kab Sidoarjo.
Karena dalam kurun tahun 2018 ini, ada tiga agenda Perpustakaan Nasional yang dilaksanakan di Kab Sidoarjo. Agenda kegiatan tersebut menurutnya sangat peduli dalam ikut memperjuangkan pendidikan di tanah air.
“Secara pribadi dan lembaga, saya mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Sidoarjo ini, karena untuk membangun semangat membaca, salah satunya harus dimulai dari usia dini,” kata M. Syarif Bando, yang saat itu berada di tempat kegiatan yang di gelar di lapangan tenis indoor GOR Sidoarjo, Sabtu ( 21/7) akhir pekan kemarin.
Menurut Syarif yang dilantik menjadi Kepala Perpusnas RI sejak tahun 2016 lalu, bahwa masyarakat Indonesia lahir dari leluhur yang minat bacanya sebenarnya kuat. Maka itu budaya tersebut tidak boleh luntur. Semua pihak harus bangkit dan menumbuhkan kembali budaya nenek moyang bangsa Indonesia itu.
“Kita tidak bisa menerima fakta begitu saja, kalau budaya bangsa Indonesia dianggap rendah dalam membaca, karena sampai detik ini belum ada negara yang bisa menyamai bangsa Indonesia tentang kepemilikan aksara. Dimana Indonesia memiliki 50.000 aksara,” kata M.Syarif Bando, kepada para undangan yang hadir mulai pejabat Sidoarjo, pejabat Jawa Timur, pelajar SD, pegiat Perpustakaan desa dan juga sejumlah penerbit buku di Provinsi Jawa Timur yang ikut dalam pameran buku itu sampai Jum.at (27/7) nanti.
Menurut pria kelahiran Sulawesi Selatan ini, tugas Perpustakaan saat ini adalah wajib menyediakan buku bagi masyarakat, agar keinginan baca buku dari masyarakat bisa tersalurkan.
Ia mengatakan, karena saat ini ratio antara jumlah buku dari para penerbit dengan jumlah penduduk masih sangat jauh.
Di daerah perkotaan, satu buku ditunggu rata – rata 10.000 orang, di daerah pedalaman satu buku rata – rata di tunggu 15.000 orang. Ini menunjukkan sebenarnya animo baca masyarakat cukup tinggi.
Berdasarkan pengalamannya, di beberapa wilayah di Indonesia, justru masyarakat sangat ingin mendapat bahan bacaan yang memadai.
Ia mencontohkan di Sulawesi, ketika ada satu tenaga perpustakaan berkeliling dengan perahu. Dia berkeliling menggunakan perahu di kawasan pedalaman Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan.
Anak-anak di sana sangat menanti kedatangannya. Mereka selalu bertanya, kapan perahu buku keliling datang lagi? Anak-anak senang disediakan bahan bacaan. Ini menandakan, masih ada keinginan kuat dari masyarakat untuk membaca. Lalu, bagaimana cara ideal untuk meningkatkan minat baca masyarakat ? Menurutnya minimal harus ada tujuh hal yang tersedia.
Salah satunya, tersedianya bahan bacaan yang memadai. Siapa yang menyediakan? Tentu saja yang utama adalah Pemerintah. Tapi pihak swasta dan masyarakat juga bisa berpartisipasi. Salah satunya, juga adalah peranan dari penulis dan penerbit buku yang produktif dalam menghasilkan bahan bacaan. [kus]

Tags: