Sistem Kerja Otomatis, Minimalisir Angka Kecelakaan

Tiga mahasiswa Prodi Teknik Manufaktur Universitas Surabaya (Ubaya) memperkenalkan karyanya bernama AuraGS. Palang pintu kereta api yang dapat bekerja secara otomatis menggunakan angin sebagai sumber energi. [adit hananta utama]

Palang Pintu Kereta Api Energi Angin
Surabaya, Bhirawa
Peristiwa kecelakaan di palang pintu kereta api jamak ditemui. Berbagai faktor menjadi penyebabnya. Mulai dari kelalaian petugas (human error) maupun tidak adanya pasokan listrik karena pemadaman atau terletak di wilayah terpencil.
Muncul keprihatinan di kalangan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya) terhadap kondisi semacam itu. Rasa prihatin itu mereka tunjukkan dengan karya berupa Automatic Railway Gate System (AuraGS). Karya tersebut dibuat tiga mahasiswa Program Studi Teknik Manufaktur, Anthoni, Andreas Wijaya dan Yovita Sugionoputri.
AuraGS merupakan palang pintu kereta api otomatis yang menggunakan angin sebagai sumber daya. Yovita Sugionoputri mengatakan, AuraGs dirancang karena prihatin akibat tingginya angka kecelakaan kereta api di Indonesia. “Karena menggunakan listrik, berbagai kendala kerap terjadi. Seperti tidak menutupnya palang pintu perlintasan akibat pemadaman listrik,” katanya ditemui kemarin, (10/1).
Dia menjelaskan, AuraGS merupakan pengembangan palang pintu otomatis yang sudah ada. Bedanya AuraGS menggunakan aki sebagai sumber daya energi. Hal ini dilakukan untuk mengakomodir daerah-daerah terpencil yang tidak memiliki palang pintu kereta serta memiliki keterbatasan sumber daya listrik.
Kelebihannya lagi, aki ini dapat melakukan self-charging sehingga mudah dalam perawatannya dan lebih hemat energi. Sistem self-charging ini memanfaatkan baling-baling yang bergerak karena energi kinetik yang dihasilkan oleh angin. “Putaran baling-baling akan dikonversi menjadi energi listrik melalui konverter yang selanjutnya dialirkan menuju aki untuk mengisi daya,” katanya.
Mahasiswi semester VI ini menjelaskan, AuraGS menggunakan sensor ganda yaitu sensor mekanik sebagai sensor utama dan photo sensor sebagai sensor pembantu. Photo sensor digunakan sebagai sensor pengganti, dimana photo sensor bekerja saat terjadi kegagalan sistem pada sensor mekanik.
Dalam proses pembuatannya, ketiga mahasiswa ini melakukan kajian dengan PT Kereta Api Indonesia tentang standar-standar keamanan yang ada. Anthoni menjelaskan, prototype palang AuraGS dibuat 1:2 dengan aslinya. Palang kereta asli memiliki panjang 4 meter, sehingga palang AuraGS sepanjang 2 meter dan tingginya 1 meter.
Sementara untuk baling-baling, dibuat seperti ukuran aslinya yaitu tingginya 1,8 meter. Tim memanfaatkan fan indoor AC bekas yang dirakit dengan baja untuk menjadi baling-baling. Nantinya, baling-baling akan diletakkan 1,2 meter dari rel kereta.
“Daya aki tidak akan habis karena daya yang terpakai untuk membuka tutup palang akan segera digantikan dengan daya yang baru,” ungkapnya.
Dosen Pembimbing AuraGS Sunardi Tjandra ST MT mengatakan, AuraGS telah memperoleh beberapa prestasi di antaranya Juara 1 Pekan Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya (Pimus) 2014 Cabang Karya Tulis Ilmiah, Medali Perak International Invention, Inovation, and Design 2015 di Johor, Malaysia.
Selain itu, AuraGS juga menerima Hibah Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) oleh Kemenristekdikti Periode Pendanaan 2016.
“Dalam Pimus dan International Invention, Inovation, and Design 2015 di Johor itu hanya perancangan sistem saja, kemudian baru dikembangkan sehingga menghasilkan protorype dengan skala perbandingan 1:2,” pungkasnya. [tam]

Tags: