SMPN I Panji Adopsi Program SMPN 10 Malang

???????????????????????????????Situbondo, Bhirawa
Banyak cara yang dilakukan sebuah sekolah untuk menjadi maju dan terkenal di dunia pendidikan tanah air. Salah satunya, yang dilakukan civitas SMPN I Panji, Kabupaten Situbondo, baru-baru ini. Meski sekolah tersebut telah dikenal sebagai gudangnya prestasi di Kota Santri, kalangan guru, komite, Kasek dan siswa sekolah yang beralamat di Jalan Basuki Rahmad itu masih saja haus akan kemajuan sekolah. Salah satu upaya yang dilakukan, keluarga besar SMPN I Panji, yang terdiri dari komite, guru dan siswa melakukan penyerapan ilmuĀ  ke SMPN 10 Kota Malang, kemarin.
Menurut Kepala Sekolah SMPN I Panji, Herry Sofjan, ia bersama tim komite, guru dan siswa sengaja berkunjung ke SMPN 10 Kota Malang untuk mengadopsi 8 standar keunggulan yang dimiliki sekolah di Kota dingin tersebut.
Di antaranya, standar ide, proses, tenaga pendidik, pengelolaan, sarana prasarana, standar kelulusan, pembiayaan serta sekolah adiwiyata. “Ini karena SMPN 10 Malang, menyandang status adiwiyata nasional menuju mandiri. Sementara kami, masih adiwiyata Provinsi,” ujar Herry Sofjan, didampingi guru pembina Adiwiyata, Zsasa.
Menurut Herry, ada hal yang patut diikuti yakni soal pemanfaatan lingkungan, air bersih dan listrik. Disana, kata Herry, air sungai yang ada di kawasan SMPN 10 dimanfaatkan dan dikelola menjadi air bersih dan air layak konsumsi. Selanjutnya, kata Herry, air itu tidak hanya digunakan oleh sekolah semata, melainkan juga untuk kebutuhan warga sekitar.
“Dari air sungai itu diproses, dimanfaatkan sebagai sumur resapan, lalu tandon, dialirkan ke saluran kamar mandi serta kamar kecil. Air yang sudah diproses itu lalu dijadikan kerjasama dengan beberapa pihak, sehingga air itu bisa diminum secara higienis,” urai Herry.
Kata Herry, air limbah yang sudah diproses ulang itu selanjutnya dimanfatkan untuk 1000 warga sekitar. Sehingga, kata Herry, biaya rekening air yang biasanya besar, tiap bulannya hanya menghabiskan biaya 150 ribu. Hal yang sama, kata dia, SMPN 10 Malang bisa memanfaatkan pencahayaan ruangan dengan menggunakan tanaga listrik memakai genteng kaca dari sinar matahari. “Ini dibantu oleh tembok yang terang tanpa tenaga bantuan tenaga listrik, sehingga menghasilkan hemat listrik,” kata Herry.
Sementara itu Zsasa menambahkan, untuk bidang pembelajaran SMPN 10 Malang memakai basis adiwiyata, dengan ditunjang penanaman 300 lebih aneka jenis pohon. Kondisi ini, sangat sesuai dengan mata pelajaran IPA dan Biologi, di mana tiap spesies hewan, yang berada di suatu tempat yang memiliki stabilitas dan pohon yang bagus akan membantu hewan untuk mempercepat perkembangbiakan. “Misalnya saja capung, ulat dan kupu-kupu, disana dapat berkembang biak dengan bagus karena ditunjang pohon bagus, sehingga ada mutualisme dan dapat membantu proses belajar mengajar sekolah,” papar Zsasa.
Masih kata Zsasa, ada keunggulan lain di SMPN 10 yang akan diadopsi SMPN 1 Panji. Diantaranya, pemanfaatan untuk kesehatan, yang berasal dari tanaman yang berkasiat seperti kunir dan jenis lainnya. Jenis itu, kata Zsasa, ditanam dengan tanaman buah-buahan yang masak dipohonnya sehigga hasilnya tidak mubazzir. “Ada juga pembuatan kolam setiap kelas, dimana setiap siswa membuat isi kolam itu untuk terus hidup. Disana setiap anak harus membawa bibit ikan dan setiap anak dilarang mengambil ikan didalam kolam,” ungkap Zsasa.
Tak hanya itu, sambung Zsasa, SMPN 10 Kota Malang juga menjalankan kantin kejujuran dan kantin sehat, dimana setiap makanan yang akan dsajikan harus masuk uji laboratorium. Selain itu, tiap makanan, lanjut Zsasa, harus bebas dari pewarna, pengawet, pengenyal. Misalnya saja, kata Zsasa, makanan yang berwarna bisa diolah dari buah naga.
“Untuk kue pihak sekolah melarang dari bahan plastik dan hanya memakai alat dengan dibungkus daun pisang. “Semua ketentuan di kantin kejujuran harus dilakukan dengan tertib dan dilarang memakai tangan. Jika ada siswa yang membandel, maka siswa lainĀ  akan saling mengingatkan,” tegasnya.
Terakhir, ulas Zsasa lagi, ada kegiatan kedisiplinan sekolah. Misalnya melakukan ibadah sholat dan kedisplinan setiap siswa menjaga dipintu gerbang. “Bagi, siapa saja yang telat dan pintu sudah ditutup maka siswa tersebut tidak memperbolehkan masuk. Itu berlaku, karena peraturan dibuat atas kebersamaan dari kalangan siswa, komite dan sekolah. Semua itu dari kebiasaan yang positif, jika dilakukan dengan disiplin maka akan menjadi hal yang baik,” pungkas Zsasa. [awi]

Keterangan Foto : Siswa SMPN I Panji, Kabupaten Situbondo, saat konsultasi program unggulan di SMPN 10 Kota Malang yang dikenal sebagai sekolah sehat dan sekolah adiwiyata nasional. [sawawi/bhirawa]

Tags: