Bupati Lamongan : SPAM Pantura Direview Ulang

Tim Konsultan KPS SPAM Lamongan saat melakukan pertemuan dengan Bupati Fadeli.

Tim Konsultan KPS SPAM Lamongan saat melakukan pertemuan dengan Bupati Fadeli.

Lamongan, Bhirawa
Industri di pantura Lamongan terus tumbuh dan membutuhkan suplai air baku yang memadai. Untuk itu, Bupati Fadeli perintahkan melakukan percepatan proyek KPS (Kerjasama Pemerintah dan Swasta) SPAM (Sistem Pengembangan Air Minum) Lamongan.
Terkait itu, Tim Konsultan IRSDP (Infrastructure Reform Sector Development Project) Bappenas telah melakukan kajian dan menyimpulkan beberapa opsi untuk melakukan percepatan. Kajian tersebut dipaparkan Direktur PKPS Bappenas Bastari Pandji Indra bersama rombongan tim konsultan dihadapan Buptai Fadeli dan Sekkab Yuhronur Efendi bersama sejumlah SKPD di Ruang Pertemuan Sasana Nayaka, Senin (26/01).
“Bappenas telah membantu kegiatan SPAM Kabupaten Lamongan kurang lebih tiga tahun dengan pola KPS. Studi sudah dilakukan, pelelangan juga sudah dilaksanakan. Di sini kita akan mereview ulang baik kelayakan teknis maupun kelayakan finansial kegiatan KPS SPAM ini untuk selanjutnya mendapatkan arahan dari Bupati Fadeli”, ujar Bastari Pandji Indra.
Dipaparkan oleh Bastari, dari segi kelayakan teknis ketersediaan air baku dari Sedayu Lawas terkendala dengan belum terselesaikannya proyek pembangunan Waduk Rawa Jabung dan Proyek Pelebaran Sedayu Lawas Floodway.
Sedangkan dari segi kelayakan finansial, Bastari menyebutkan Kecamatan Laren tidak diusulkan dalam dalam area pelayanan karena investasi yang dibutuhkan tidak sebanding dengan potensi pelanggan yang akan dilayani.
Yakni potensi pelanggannya kurang dari 10 persen. Serta penyerapan air dari pelanggan industri sebesar 80 l/det pada tahun pertama terlalu optimis. “Oleh karena itu tim konsultan melakukan tindak lanjut dengan melakukan kajian terhadap dua sumber baku lain. Yakni Babat Long Storage dan Sembayat Long Storage serta melakukan RDS (Real Demand Survey) untuk calon pelanggan industri, “ ungkap Bastari.
Dari hasil RDS tersebut, hasil kebutuhan air existing mencapai 49,57 liter per detik dan willingnest to connect atau minat berlangganan sebesar 72,7 persen.
Sebenarnya, ungkap Bastari, jika dilihat dari perbandingan kelayakan teknis sumber air baku, maka yang sangat berpotensi adalah Babat Long Storage. Namun opsi ini terkendala jarak yang mencapai 21,5 km dari intake/pengambilan ke Instalasi Pengolahan Air (IPA).
Jika menggunakan opsi Babat Long Storage ini, nilai investasinya sangait tinggi, mencapai Rpm 252 miliar, sehingga dibutuhkan bantuan dana pemerintah sebesar Rp. 109 miliar untuk fasilitas pengambilan air baku dan jaringan pipa transmisi.  “Dana Rp. 109 Milyar tersebut dapat diperoleh dari APBN melalui hibah pemerintah pusat ataupun dari APBD Kabupaten Lamongan, “ imbuh dia.
Terkait hasil RDS yang hanya menyebutkan air existing mencapai 49,57 liter per detik, Bupati Fadeli menyebutkan permintaan dari industri jauh di atas itu. Dia bahkan menyebut angka kebutuhan air mencapai 200 liter per detik.
“Dengan banyaknya industri di Pantura Lamongan, permintaan air baku industri bisa mencapai angka 200 liter per detik. Dengan tingginya permintaan ini, tentu pembangunan SPAM ini feasible, sangat layak untuk dibangun oleh pihak swasta, “ sebut Fadeli.
Sementara untuk opsi sumber air baku yang sangat jauh, yakni melalui Babat Long Storage, dia meminta agar dilakukan pengkajian ulang dengan opsi di Floodway Plangwot untuk meminimalkan biaya investasi.
Bastari Pandji Indra di akhir pertemuan itu berjanji akan akan mengkoordinasikan kembali pada pemerintah pusat untuk pembangunan pipa sehingga memperkecil investasi swasta. Kemudian tim konsultan akan melakukan review ulang terhadap RDS serta potensi dari Plangwot. [yit]

Tags: