Sungai Berbusa Setinggi 5 Meter, Hasil Lab Bisa Diketahui Pekan Depan

Petugas dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jombang saat mengambil sampel air sungai di lokasi tempat fenomena sungai berbusa, Selasa (08-01)

Jombang, Bhirawa
Fenomena munculnya busa setinggi 5 meter yang terjadi mendadak di sungai yang terdapat di Desa Jatipelem, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, pada Senin (7/1) malam membuat Dinas Lingkungan Hidup (DLH) turun ke lokasi pada Selasa (08/01) sekitar pukul 09.00 WIB.
Namun DLH menyatakan hasil uji laboratorium air sungai tersebut baru bisa diketahui pekan depan. Pantauan wartawan di lokasi pada pukul 19.30 WIB, busa yang kental beraroma sabun ini terlihat menggunung hingga kurang lebih 5 meter dari permukaan air sungai. Busa yang berkumpul tepat di dam penahan air menutupi seluruh bagian sungai tersebut.
Ketua RT 02 RW 01, Dusun Pelem, Desa Jatipelem, Kasiyanto mengatakan, munculnya busa secara mendadak di sungai ini diketahui sejak pukul 17.00 WIB.
“Awalnya seperti busa sabun mas. Lama kelamaan tambah banyak dan meninggi seperti ini,” ujarnya ketika diwawancarai.
Ia menambahkan, kondisi sungai sebelum adanya fenomena tersebut lama mengering karena tidak dialiri air. Ketika turun hujan Senin sore (07/01), dikatakannya, kumpulan busa tersebut tiba-tiba muncul.
“Baru pertama kali. Ini tadi kan gak ada air, tadi turun hujan. Nah itu tiba-tiba ada busa berbau sabun,” jelasnya.
Diketahui, di lokasi fenomena busa yang terjadi di sungai tersebut berdekatan dengan pabrik pengolahan kelapa. Hal itu memicu spekulasi warga adanya pencemaran limbah pada sungai. Namun Kasiyanto menegaskan, fenomena busa yang terjadi bukanlah berasal dari limbah pabrik pengolahan kelapa maupun limbah pabrik tahu.
“Ini bukan limbah kelapa, ini baunya bau sabun,” katanya.
Sabirin (40), pemilik pabrik pengolahan kelapa menerangkan, fenomena busa yang terjadi di samping tempat usahanya itu bukanlah limbah dari pabriknya. Diakuinya, limbahnya selama ini diambil oleh pihak lain.
“Saya menegaskan bahwa ini bukanlah limbah kelapa. Kalau limbah kelapa baunya bau kelapa, ini baunya bau sabun. Limbah saya semuanya diambil oleh perusahaan lain, tidak saya buang,” terangnya.
Terpisah, Kanit Sabhara Polsek Diwek, Haryono mengatakan, pihak kepolisian akan mengambil sampel dari busa tersebut untuk diteruskan ke Labfor guna mengetahui kandungan dari busa tersebut.
“Kita ambil sempel dari airnya, nanti kita kirim ke labfor. Ini perintahnya pimpinan seperti itu,” tandasnya.
Ditanya lebih lanjut mengenai dugaan awal penyebab adanya busa di sungai tersebut, Haryono belum bisa memberikan keterangan. Pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan yang akan dilakukan.
“Kita tidak bisa memastikan. Ini saya katakan baunya mirip bau sabun. Tapi yang bisa memastikan kan dari labfor nanti,” tambahnya lagi.
Untuk menghilangkan busa di sungai tersebut, warga sekitar melakukan upaya dengan cara membuka pintu penahan air untuk mengalirkan air sungai.
Sementara itu, Yulinayati Kepala Seksi (Kasi) Pengendalian Dampak Lingkungan, DLH Jombang menjelaskan, hasil analisa laboratorium yang dilakukan oleh DLH Jombang setelah mengambil sejumlah sampel air di lokasi tersebut, dapat diketahui sekitar sepekan ke depan.
“Analisanya sendiri membutuhkan lima hari. Belum lagi pengolahan data dan lain-lain, paling ‘nggak’ seminggu lah,” ujar Yulinayati saat diwawancarai sejumlah wartawan di sela pengambilan sampel air, Selasa (08/01).
Pihaknya saat ini masih belum dapat menyampaikan hasilnya karena menurutnya, masih mengambil sampel untuk digunakan pada pengujian selanjutnya. Jika saat pengambilan sampel air ada yang dicampur dengan bahan-bahan kimia tertentu, lanjut Yulinayati, hal itu bersifat sebagai pengawet saja sebelum melakukan kajian di laboratorium.
“Jadi parameter lapangan saja yang kita ambil hari ini. Jadi ada temperatur, PH, kemudian TSS, kekeruhan, sama DHL,” rinci Yulinayati.
Ditanya lebih detail jika dilihat dari derajat keasaman (PH) dan Daya Hantar Listrik (DHL) air sungai tersebut Yulinayati menjelaskan, PH air sungai tersebut tercacat pada angka 6,7 yang katanya air sungai tersebut masih dalam standar baku.
“Karena parameter untuk PH itu 6 sampai 9. Jadi masih dalam taraf memenuhi baku mutu. Cuma untuk pengujian ini kan menggunakan parameter badan air sungai. Itu nanti ada banyak parameternya, terutama untuk kandungan detergen, sebagai tolok ukurnya, juga salah satunya ada m bush, detergen sebagai m bush, dan kandungan fosfat. Nanti kita akan tahu, kalau dia misalnya tinggi, makanya ini tadi ada pembanding kan, kita ‘nggak’ ngambil di satu titik, tapi di sebelumnya, kemudian kondisi di lokasi, kemudian setelahnya,” paparnya.(rif)

Tags: