Tadarus Media Sosial 2.0

Oleh :
Zainal Muttaqin
Santri Penikmat Ilmu Komunikasi / Kabag Materi dan Komunikasi Pimpinan Setda Prov Jatim

Betapa relativnya waktu, ramadhan 1445 H sepertinya baru kita mulai kemarin, tak terasa sekarang sudah memasuki minggu ketiga, dan tak lama lagi lebaran tiba. Tulisan saya dengan judul yang sama: “Tadarus Media Sosial” sepertinya baru terbit kemarin di media massa, tak terasa sudah setahun lamanya, kini “Tadarus Media Sosial 2.0” hadir dihadapan anda, semoga menjadi inspirasi, memberi manfaat dan bermakna.

Menjadi Influencer Kebaikan
Bicara tentang waktu, saya jadi teringat QS Al-‘Asr yang artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.” (QS. Al-‘Asr). Ayat ini sering sekali kita dengar, baik di majlis-majlis ta’lim, di mimbar khutbah, maupun di laman media sosial. Ayat ini selalu mengingatkan kita untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya dengan terus menjaga dan meningkatkan keimanan, beramal saleh dan menjadi “influencer” kebaikan.

Saya menggunakan kata “influencer” untuk mendekatkan makna “menasihati” dalam QS Al-‘Asr tersebut agar mudah dipahami oleh generasi masakini yang sehari-harinya scrolling media sosial, atau istilahnya biar FYP di benak generasi milenial kita saat ini. Istilah influencer kaprahnya sering kita dengar untuk menyebut seseorang yang mempunyai kreatifitas membuat sebuah tayangan visual berupa konten media sosial.

Menjadi influencer kebaikan sebenarnya bukan sekedar membuat konten yang mengajak pada kebenaran dan kesabaran, baik secara langsung maupun melalaui media sosial. Namun lebih luas lagi, kita semua bisa menjadi influencer kebaikan secara hybrid dengan melakukan perbuatan baik, mengasilkan karya baik, sekaligus menginspirasi orang lain untuk berbuat baik, secara langsung maupun melalui media sosial sebagai perantara. Ini tugas mulia seorang influencer kebaikan. Terlebih jika kebaikan tersebut dilaksanakan di bulan ramadhan, pahalanya akan dilipatgandakan, sebagaimana hadits Rasulullah Muhammad SAW : “oleh sebab itu, berhati-hatilah terhadap bulan Ramadhan, karena pahala kebaikan demikian juga balasan kejelekan akan dilipat gandakan” (Imam at-Thabrani, al-Mu’jamus Shagir juz 2).

Banyak influencer media sosial atau kita sebut juga sebagai konten kreator yang menyuguhkan konten-konten kebaikan, mulai dari ajakan bershodaqoh, ajakan menyayangi orang tua, kutipan-kutipan Alquran maupun Alhadits sampai potongan-potongan video dakwah ulama nusantara.

Sebut saja Najwa Shihab dengan program Shihab & Shihab, Habib Ja’far dengan konten LOGIN, Ahmad Risyad dengan Podcast Ramadhan Ayah, dan lain sebagainya. Tak kalah dengan influencer kondang tersebut, dari bumi Jawa Timur ada influencer yang patut dijadikan contoh, seorang santri yang memilih jalan menjadi influencer media sosial, bahkan beberapa waktu lalu ia dinobatkan sebagai best influencer dengan mendapatkan 3 (tiga) penghargaan di ajang All Star Influencer Award 2023 di Malaysia, akun instagramnya Ahieb Reborn New.

Ahieb awalnya membuat konten komedi dengan mengikuti trend media sosial seperti kebanyakan influencer. Namun sejak akhir 2023 lalu, ia mulai sesuatu yang baru dengan membuat konten “tebas dagangan” dan “traktir makan gratis”. Terlebih di bulan Ramadhan ini konten kebaikan Ahieb semakin menjadi-jadi, ia mendatangi warung-warung pinggir jalan yang cenderung sepi, kemudian memborong dagangannya untuk Buka Puasa atau Sahur Bersama Gratis bagi para kaum dhuafa disekitar warung atau siapapun yang kebetulan lewat didepan warung tersebut.

Inilah influencer kebaikan hybrid yang saya maksud, Ahieb benar-benar melakukan berbagai kebaikan sekaligus: bershodaqoh, memuliakan orang yang berpuasa, menyenangkan hati sesama mukmin, sekaligus menginspirasi orang lain untuk meniru perbuatan baiknya melalui unggahan di media sosial. Saya jadi ingat sebuah hadits Rasulullah Muhammad SAW yang dulu sering dipesankan oleh guru saya : “Memberikan kegembiraan pada hati orang mukmin lebih baik dari ibadah 60 tahun”.

Media Sosial dan Pesan Perdamaian
Jika kita belum mampu menjadi influencer atau content creator, maka setidaknya kita dapat mengambil peran sebagai penyebar pesan kebaikan melalui media sosial. Saya teringat dengan sebuah hadits Rasulullah Muhammad SAW yang artinya: “Jadilah engkau sebagai orang berilmu, atau pembelajar, atau penyimak ilmu, atau pecinta ilmu. namun jangan jadi yang kelima, niscaya engkau celaka,” (HR Al-Baihaqi). Dulu, Guru saya menjelaskan tentang siapa “orang kelima” yang disebut akan celaka dalam hadits tersebut, “orang kelima” ini adalah orang yang suka memprovokasi agar orang lain tidak suka belajar ilmu atau agar orang lain tidak berbuat baik.

Dalam konteks media sosial, “orang kelima” ini bisa diidentifikasi dengan orang yang suka bikin gaduh dengan menyebar informasi provokatif di media sosial, biasanya ia juga sering menyebar hoax tentang apapun. Tentu karakter “orang kelima” ini harus benar-benar kita hindari, baik selama bulan ramadhan maupun diluar bulan ramadhan.

Meski di media sosial banyak isu yang sangat mudah dimainkan oleh “orang kelima”, baik skala lokal, nasional maupun internasional, namun saya ingin menggarisbawahi bahwa ketegangan pra hingga pasca Pemilu 2024 sudah cukup menjadi pelajaran penting bagi kita, betapa rapuhnya iklim komunikasi media sosial, betapa keruhnya informasi di media sosial, dan betapa gaduhnya perdebatan “orang kelima” melalui media sosial.

Jangan sampai menjelang Pilkada Serentak 2024 nanti kita kembali terjerembab pada jebakan komunikasi “orang kelima” yang justru nanti akan merugikan kita, hindari narasi-narasi provokatif di media sosial, tetaplah setia pada hati nurani dengan terus menyuarakan perdamaian. Sebab menjaga hubungan baik, memperkuat persaudaraan, dan menjalin kembali silaturahim merupakan perintah Allah SWT sebagaimana ayat Alquran : “Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara.” (QS. Ali ‘Imran: 103)

Di bulan Ramadhan ini, mari kita kembali berkomitmen untuk menjadi pengguna media sosial yang bertanggung jawab, yang tidak hanya mencari kebaikan untuk diri sendiri tapi juga berusaha menyebarkan kedamaian dan keharmonisan di tengah masyarakat. Dengan demikian, kita dapat menjadi bagian penting dalam menciptakan suasana yang kondusif pasca-Pemilu dan menjelang Pilkada 2024, sebab persatuan dan kesatuan bangsa adalah tujuan kita bersama dalam mewujudkan Indonesia untuk perdamaian dunia.

Media Sosial: Media Meningkatkan Ketakwaan
Menggunakan media sosial dengan bijaksana selama bulan Ramadhan bisa membantu dalam memperkuat iman dan spiritualitas kita. Pertama, media sosial menyediakan akses mudah ke berbagai sumber ilmu yang berguna. Dari kajian tafsir Al-Quran, hadits, hingga ceramah keagamaan oleh para ulama, semuanya bisa diakses dengan beberapa kali klik saja. Media sosial juga bisa memfasilitasi penyebaran dan akses ke pengetahuan, memungkinkan kita untuk mengisi hari-hari kita dengan pembelajaran dan refleksi yang dapat meningkatkan ketakwaan kita.

Kedua, media sosial dapat memperkuat komunitas dan persaudaraan. Dalam sebuah ayat Alquran, Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (QS Al-Bayyinah: 7). Berbagi pesan positif, motivasi, dan pengalaman spiritual di media sosial bisa meningkatkan rasa persaudaraan dan kebersamaan, terutama jika kita mampu menjadi Influencer kebaikan di media sosial di saat umat Islam di seluruh dunia berpuasa dan berdoa.

Ketiga, media sosial bisa juga dimanfaatkan sebagai platform untuk beramal jariyah. Berbagi informasi tentang kegiatan sosial atau komunitas, dan mengajak orang lain untuk berpartisipasi dalam kegiatan amal bisa menjadi sarana amal jariyah yang berkelanjutan. Sebagaimana hadits Rasulullah Muhammad SAW: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” (HR. Thabrani). Melalui media sosial, kita dapat menginspirasi dan menggerakkan hati banyak orang untuk berbuat kebaikan.

Namun, perlu diingat, segala sesuatu yang berlebihan bisa berdampak negatif. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menggunakan media sosial dengan bijaksana, menghindari konten yang tidak bermanfaat atau yang dapat menimbulkan fitnah, serta membatasi waktu kita berselancar di media sosial, agar keseimbangan ibadah kita selama bulan ramadhan dapat terjaga dengan baik.

Dengan menggunakan media sosial sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan sesama, kita bisa menjadikan bulan Ramadhan ini lebih bermakna. Mari kita manfaatkan teknologi ini untuk memperkuat iman dan ketakwaan kita selama bulan Ramadhan sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Sunnah, sehingga “Muttaqin Badge” dari Allah SWT akan tersemat pada diri kita, layaknya centang biru sebagai tanda verified account di media sosial yang sejak dulu diidam-idamkan warganet. Wallahu a’lam bishawab. Taqoballalahu minna wa minkum, kullu ‘amin wa antum bi khoir, aamiin.

————- *** —————

Rate this article!
Tadarus Media Sosial 2.0,5 / 5 ( 2votes )
Tags: