Tahun Politik 2024, Media Massa Diminta Jaga Independensi dan Profesionalitas

Ketua Dewan Pertimbangan FAA PPMI Rommy Fibri (ketiga dari kiri) menyampaikan keterangan Reuni FAA PPMI, di Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, Sabtu (26/8/2023). (Helmy Supriyatno/Bhirawa).

Yogyakarta, Bhirawa.
Jelang tahun politik 2024, Media massa diminta menjaga independensi dan profesionalitas. Kedua hal itu mampu memastikan masyarakat tetap memperoleh informasi yang benar tanpa mengandung tendensi apa pun. Para kandidat juga diimbau tak saling serang demi mencegah terbelahnya masyarakat.

Gagasan itu mengemuka dalam diskusi Reuni Forum Alumni Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (FAA PPMI), di Universitas Negeri Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (26/8/2023).

Ada lima butir pemikiran yang dihasilkan dalam diskusi tersebut. Setiap butir merupakan seruan agar Pemilu 2024 nanti terselenggara secara damai.

Butir pertama, media massa didorong untuk menjalankan fungsinya secara independen dan profesional. Itu dikarenakan fungsi media massa sebagai rujukan informasi bagi masyarakat. Keberpihakan media massa pada salah satu kandidat berpotensi membuat kebingungan di tengah warga.

”Masyarakat tidak tahu dia harus memercayai berita yang mana. Sebab, ada informasi yang berbeda, padahal kejadiannya sama. Untuk menghindari kebingungan di masyarakat dan jaminan masyarakat mendapatkan informasi yang benar, maka kami mengimbau demikian,” kata Ketua Dewan Pertimbangan FAA PPMI Rommy Fibri, seusai acara.

Rommy menyampaikan, butir kedua berupa imbauan bagi masing-masing kandidat agar tidak saling menyerang satu sama lain. Sikap saling serang berpotensi meningkatkan risiko pembelahan di tengah masyarakat. Itu melihat dari status seorang kandidat yang dijadikan panutan oleh para pendukungnya.

”Kalau antarkandidat saling menyerang dan menjatuhkan, maka akar rumput akan terjadi hal yang demikian. Kami tidak ingin itu terjadi. Maka, kami mengimbau agar para capres ini cukup punya etika politik untuk tidak saling menyerang dan menjatuhkan,” kata Rommy.

Tiga butir lainnya ialah imbauan untuk menolak kejahatan politik dalam bentuk apa pun, dorongan untuk penegakan hukum dan korupsi secara baik, serta menolak penindasan kelompok minoritas mana pun dan dalam bentuk apa pun.

Rommy menambahkan, organisasinya membebaskan setiap anggota untuk memiliki pilihan sendiri-sendiri. Tujuan diadakannya pertemuan bukan untuk mengarahkan dukungan bagi salah satu kandidat. Lebih-lebih para anggota organisasi telah melanjutkan karier ke berbagai profesi, seperti dosen, lembaga negara, pengusaha, wartawan dan lain sebagainya. Tak terkecuali politisi ataupun tim pemenangan kandidat pemilu.

”Kami selama ini menghargai para aktivis yang berdiaspora. Jadi, selama ini kami tidak pernah mengalami keterbelahan secara kelembagaan. Kami mendiskusikan hal ini secara dewasa dengan pandangan bahwa alumni PPMI isinya banyak dan berasal dari pelbagai latar belakang,” kata Rommy.

Dikesempatan yang sama, Presidium FAA PPMI Mustakim menyampaikan hal serupa. Hanya momen penyelenggaraannya yang berdekatan dengan tahun politik. Namun, organisasi itu tidak berniat melabuhkan dukungan politik untuk kalangan tertentu. Berbagai diskusi diadakan demi memperoleh satau seruan bersama guna menciptakan situasi kondusif.

”Seruan yang kami sampaikan hasil diskusi dari kawan-kawan adalah seruan moral aktivis pers mahasiswa. Sama sekali tidak ada pretensi politik apa pun dan untuk siapa pun,” kata Mustakim.

Tim Perumus Reuni FAA PPMI Dwijo Utomo Maksum menambahkan, seruan moral itu terasa penting seiring dengan pengalaman bangsa ini dalam setiap kontestasi politik.

Menurut dia, selalu saja ada luka, duka, ataupun trauma yang tersisa dari suatu kompetisi. Hendaknya peristiwa semacam itu tak perlu meninggalkan perpecahan di tengah masyarakat.

”Beberapa poin itu saya kira menjadi garis bawah, garis tegas, benang merah, dari seluruh problem yang terjadi selama ini. Alumni pers mahasiswa memiliki concern yang kuat terhadap hal itu. Jangan ada lagi luka, trauma, dan lain-lainnya yang mengerikan itu,” kata Dwijo. (hel).

Tags: