Tokoh Nahdliyin Menguat di Surabaya

Surabaya,Bhirawa
Tokoh kalangan Nahdliyin atau kader Nahdatul Ulama (NU) menguat dalam survei Pilkada Surabaya. Dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga survei Suara Indonesia yang dirilis , Jumat (3/1) sejumlah tokoh Nahdliyin menguasai lima besar.
Hasil survei elektabilitas (keterpilihan) dan popularitas (keterkenalan) nama Dwi Astutik, Ali Azhar dan Zahrul Azhar As’ad masuk di lima besar meskipun masih dibayangi ketat tokoh PDIP seperti Wishnu Sakti Buana dan Armudji.
Untuk analisis tokoh dengan elektabilitas lima tertinggi ditempati oleh Dwi Astutik (Pengurus Muslimat NU) dengan 7,1 persen, Whisnu Sakti Buana (Wakil Walikota Surabaya) dengan 4,5 persen hingga Armuji (Anggota DPRD Jatim) dengan 3 persen.
Kemudian, disusul Ali Azhar dan M Machmud dengan 0,8 persen, dan KH Zahrul Azhar As’ad (Gus Hans) dan Dhimas Anugerah (0,5 persen).
“Namun, masih ada 41,6 persen yang belum menjawab dan 24 persen yang menjawab rahasia. Persentasenya memang lebih besar dibandingkan para calon,” terang peneliti Suara Indonesia, Ahmad Khubby Ali, dikonfirmasi Minggu (5/1).
Dengan masih tingginya persentase yang belum menyebut nama calon, Khubby menilai segala kemungkinan masih terbuka. Survei bertema ‘Perilaku Pemilih Menuju Pilwali Surabaya 2020’ tersebut menjelaskan mayoritas pemilih mendengarkan petunjuk kiai sebagai rujukan politik.
“Ternyata, masih ada 22,1 persen responden di Surabaya yang menggunakan rujukan untuk memberikan dukungan,” kata Ahmad Khubby Ali.
Dari persentase tersebut, mayoritas menggunakan kiai sebagai bahan rujukan (30,8 persen). Sisanya, responden mendapat rujukan dari tokoh partai politik (28,2 persen), pengurus ormas (11,5 persen) dan pengusaha (7,7 persen).
“Ulama dan kiai di Surabaya ternyata lebih banyak didengarkan dibandingkan beberapa latarbelakang lainnya,” kata Khubby. Sekalipun demikian, pihaknya belum dapat memastikan, apakah rujukan tersebut akan mempengaruhi pemilih secara mutlak atau hanya sebagai referensi saja.
“Ke depan, hal ini akan kami kaji lebih dalam. Sejauh ini, kami masih menganggap wajar bahwa kiai dan tokoh parpol masih menjadi rujukan tertinggi,” terangnya.
Tingginya persentase kiai sebagai rujukan juga berbanding lurus dengan asal responden survei ini. Dari 420 responden, 62,7 persen responden di antaranya berlatar belakang anggota ormas Nahdlatul Ulama (NU). Kemudian, disusul oleh Muhammadiyah (7,4 persen) dan sejumlah ormas lainnya (29,7 persen). [gat]

Rate this article!
Tags: