Tolol Membawa Bahagia

Judul Buku : Tolol Pangkal Kebijaksanaan, Memungut Hikmah Kehidupan
Penulis : Ahmad Fatoni
Penerbit : PT. Lterasi Nusantara Abadi Group
Cetakan : I, Desember 2023
Tebal : 170 halaman
ISBN : 978-623-114-269-6
Peresensi : Amir Rifa’i, Staf Pengajar AIK Universitas Muhammadiyah Malang

Penggunaan kata/kalimat dalam keseharian merupakan aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Kata yang kita ungkapkan tidak hanya menjadi alat untuk menyampaikan pesan, tetapi juga mencerminkan etika dan kesopanan dalam interaksi sosial. Kata “tolol” misalnya, merupakan kata yang bersifat kasar dan merendahkan dalam bahasa Indonesia. Kata ini digunakan untuk menyebut seseorang yang dianggap bodoh, kurang cerdas, atau melakukan sesuatu yang dianggap konyol atau bodoh. Penggunaan kata ini dapat dianggap tidak sopan dan kurang menghargai, sehingga menimbulkan dampak negative dalam berkomunikasi.

Kita perlu memahami bahwa setiap individu memiliki tingkat daya tangkap yang berbeda, seperti menyebut seseorang “tolol” dapat memberikan dampak psikologis yang merugikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ini dapat menciptakan rasa tidak nyaman, merendahkan harga diri, dan memicu konflik interpersonal. Namun berbeda dengan yang disampaikan dalam buku yang secara singkat akan kita ulas melalui tulisan resensi ini.

Ya, buku dengan judul “Tolol Pangkal Kebijaksanaan, Memungut Hikmah Kehidupan”, sedikit berbeda dengan dua paragraph diatas, karena tolol disini bisa bermakna luas dan kini telah mengalami pergeseran makna yang mengundang banyak orang. Kini kata “tolol” sering digunakan dalam konteks guyon atau sindiran ringan antar teman, banyak pengguna social yang menggunakan kata ini untuk menyindir tindakan konyol seseorang tanpa bermaksud buruk.

Dalam buku dengan ketebalan 170 halaman ini Tema “tolol pangkal kebijaksanaan” dibagi menjadi 2, ada “tolol yang bijak” dan ada “tolol betulan”. Tolol yang bijak dalam buku ini mengambil contoh dari seorang tokoh yang bernama Nashruddin Hoja, juga dikenal sebagai Mullah Nasruddin, yang seringkali dijadikan tokoh anekdot dalam kisah sufi dan cerita rakyat timur tengah.

Sedangkan tolol betulan seringkali kita saksikan dalam hidup keseharian. Kita terkadang bertemu dengan orang-orang yang memang tolol betulan. Ciri-ciri orang tolol betulan umumnya menganggap dirinya paling cerdas. Anehnya, orang tolol model begini justru suka menyalahkan orang lain atas kesalahanya sendiri, merasa dirinya paling benar, cenderung mengabaikan perasaan orang lain, dan merasa lebih baik dari lainya (hal. 5).

Kisah Bodoh yang Sukses
Buku yang ditulis oleh Ahmad Fatoni ini merupakan kumpulan tulisan esai penulis yang pernah dimuat dalam beberapa koran, baik regional maupun nasional. Dengan membincang topic-topik sederhana tentang silang sengkarut nilai-nilai dalam kehidupan, dibumbui anekdot-anekdot lucu yang membawa pembaca merasakan kehidupan yang penuh hikmah.

“Bodoh Pangkal Kesuksesan” misalnya, jika dilihat dari judulnya, kata “Bodoh” merupakan frasa yang negative, tapi dalam buku ini dikemas dengan sajian yang ciamik. Ada kisah Thomas Alva Edison, yang dulunya dianggap sebagai anak bodoh dan lamban, namun pada akhirnyamenjadi ilmuwan jenius yang berhasil menemukan bola lampu yang sangat berguna bagi kehidupan manusia setelah melakukan lebih dari 2.000 eksperimen.

Lalu kisah Bob Sadino, yang banyak menginspirasi berbagai kalangan, khususnya para pengusaha. Dengan gaya unik dan nyentrik Bob Sadino berhasil mengubah kata bodoh menjadi inspirasil, hingga ada sebuah buku yang ditulis Dodi Mawardi berjudul Belajar Goblog dari Bob Sadino, terinspirasi dari ungkapan Bob “Seorang pria yang cerdasbiasanya memiliki ide-ide cerdas, mungkin bahkan terlalu banyak ide, dan pada akhirnya tidak ada idenya yang menjadi kenyataan.

Ada juga kisah Albert Einstein, seorang ilmuan terkenal yang hebat di bidang ilmu fisika, ternyata tidak banyak diketahui oleh orang bahwa pada masa kecilnya adalah orang yang bebal dan bodoh. Dikisahkan bahwa Einstein belum dapat berbicara sampai usia 4 tahun, dan tidak bisa membaca sampai berusia 7 tahun. Bahkan gurunya sendiri menggambarkan Einstain adalah seorang yang lamban ingatanya dan selalu terlena dalam lamunan. Karena kebodohanya itulah ia kemudian dikeluarkan dari sekolah tempat ia belajar. Namun siapa sangka Einstein yang dianggap bodoh ternyata sangat berjasa dalam dengan teori relatifitasnya, hingga digandrungi dan difavoritkan sebagai ilmuan pemberontak, gila, dan pelamun serta ekspresi wajah dan model rambut yang amat mencolok.

Kisah yang lainya adalah Charles Robert Darwin, seorang ahli biologi terpopuler sepanjang sejarah, dianggap sebagai anak yang mempunyai kecerdasan dibawah rata-rata. Winston Churchill, seorang politisi, penggagas hak asasi manusia, perdana mentri inggris diusia 62 tahun. Siapa sangka Churchill waktu SD pernah tidak naik kelas. Lalu Leo Tolstoy seorang sastrawan Rusia dengan kebesaran namanya ternyata gagal kuliahnya (hal. 7-10).

Selain dari kisah-kisah yang disajiakan dalam judul tulisan Bodoh pangkal Kesuksesan diatas, buku dengan 33 judul ini menyajikan berbagai tema yang unik, misalnya “Malas Pangkal Sukses, Tertawa Pangkal Sehat, Gagal Pangkal Bahagia” dan judul-judul yang lainya mengajak kepada kita untuk selalu bahagia, baik melalui kisah maupun hikmah.

Bagi pesensi sendiri, buku yang diterbitkan oleh PT Literasi Nusantara Abadi Group ini sangat layak untuk dinikmati, selain mengandung kisah humor juga banyak hikmah kehidupan melalui yang termaktub didalamnya seperti “Hidup Sukses dengan Perubahan Diri, Belajar Hidup dari Sepakbola, Mengantar Anak ke Pesantren”, hingga Judul terakhir “Puasa Ritual Menuju Kesalehan Sosial”.

Peresensi berasumsi, banyak manfaat yang diambil dari buku ini, sebagai refleksi dan bacaan sehari-hari untuk menambah wawasan khususnya bagi anak muda yang haus akan hiburan. Selamat membaca.

———— *** ————–

Rate this article!
Tolol Membawa Bahagia,5 / 5 ( 1votes )
Tags: