Ulat Bulu Serang Warga Surabaya

Warga Kedinding Lor Gang Flamboyan memperlihatkan serangan ulat bulu yang melanda daerahnya, Rabu (25/2).

Warga Kedinding Lor Gang Flamboyan memperlihatkan serangan ulat bulu yang melanda daerahnya, Rabu (25/2).

Surabaya , Bhirawa
Setelah tomcat, serbuan ulat bulu menyerang warga Surabaya. Kali ini menimpa warga di Kampung Kedinding Lor, Gang Flamboyan, Kelurahan Tanah Kali Kedinding, Kecamatan Kenjeran Surabaya dan terjadi sejak dua pekan terakhir. Setiap pagi dan malam, warga sibuk membersihkan rumah dan halaman dari ulat bulu.
“Sudah dua minggu ini kalau pagi ulatnya banyak merayap di tembok, tanaman, sampai masuk ke rumah,” kata salah seorang warga, Mat Namri (56), Rabu (25/2).
Keluhan juga disampaikan Ny Abidin (53). Perempuan yang aktif di kegiatan PKK ini bahkan mendapati ulat bulu menempel di pakaiannya. Tak sedikit pula yang masuk ke rumah. “Saya pas tiduran, tahu-tahu ulat bulunya jalan di sebelah saya,” ujarnya.
Dia pun akhirnya harus merelakan tanaman di rumahnya dibabat habis agar tidak dihuni ulat bulu. Sebab di tanaman pucuk merah yang ada di pekarangannya, ia mendapati 25-50 ekor ulat bulu.
Dari informasi yang dikumpulkan, serangan ulat bulu mengganas waktu pagi. Ratusan lebih ulat bulu menggelantung di kabel, ranting dan berjatuhan. Padahal sebelumnya, kampung ini juga kedatangan luwing atau lipan. Tapi dua minggu lalu, giliran ulat bulu yang mengganggu warga.
Menurut warga, ulat bulu biasanya muncul  di musim penghujan. Tapi tahun-tahun lalu, jumlahnya tidak terlalu banyak. Baru tahun ini, serangan ulat bulu lebih massif dan meresahkan warga.
Serangan ulat bulu yang melanda dua RT di Kedinding Lor  menyebabkan sejumlah warga menderita gatal-gatal disertai panas. Dan Pemkot Surabaya dinilai lamban dalam menangani wabah tersebut. Pasalnya, ulat bulu tersebut sudah menyerang sejak dua pekan lalu, namun hingga  Rabu (25/2) masih belum ada tindakan.  ” Serangan ulat bulu itu sudah sejak dua minggu lalu, namun belum ada reaksi dari Pemkot Surabaya,” M Wahyudi (39).
Dijelaskan Wahyudi, pagi hari warga Kedinding Lor selalu kerja bakti untuk membasmi ulat bulu yang berterbangan hingga masuk ke dalam rumah warga. Caranya dengan menyiram sarang ulat bulu dengan oli bekas, ada juga yang membakarnya.
Dia juga mengatakan keberadaan ulat bulu ini benar-benar telah mengganggu warga, khususnya anak-anak. Banyak warga menderita gatal-gatal disertai panas. “Setiap malam saya tak tidur karena anak dan istri saya terganggu,” keluh bapak tiga anak ini.
Hal yang sama dirasakan Magdalena (61). Perempuan paro baya ini selalu takut saat menjemur pakaian di luar  rumah lantaran merebaknya ulat bulu di sekitar rumahnya.
“Saya sudah laporkan ke pak RT di setiap ada pertemuan warga setiap bulannya, tapi sampai sekarang belum ada tindakan dari pemerintah. Masak nunggu diekspos media dulu baru turun,  kok gak tanggap . Apalagi di sini banyak anak kecilnya, kalau terkena ulat mereka menangis karena gatal,” kesalnya.
Kepala Dinas Pertanian Kota Surabaya Djustamaji mentatakan  sudah mengetahui wabah ulat bulu yang menyerang warga Kedinding Lor tersebut. Akan tetapi pihaknya menunggu lurah setempat untuk meminta izin dilakukan penyemprotan pestisida.
“Kita nunggu lurah dulu untuk mengkoordinasikan ke warga. Karena melakukan penyemprotan itu kan gak sembarangan, apalagi masuk ke pekarangan orang. Kita menunggu laporan dari lurahnya dulu,” terangnya.
Sedangkan Kabid Pertamanan DKP Kota Surabaya M Aswan  siap membantu untuk melakukan penyemprotan ke rumah warga.  Aswan juga menyarankan kepada warga yang saat ini diserang ulat bulu untuk menyiapkan daun mimba, daun sirih, laos, plus air sabun dan  disemprotkan ke sarang ulat bulu. ” Intinya kami siap membantu warga, nunggu instruksi dari Dinas Pertanian dulu. Tapi imbauannya seperti itu untuk mengurangi populasi dan efek bersentuhan dengan ulat bulu,” ujarnya.
Kelurahan Tanah Kali Kedinding kerap menjadi sasaran serangga. Pada Desember tahun lalu, tempat ini juga diserbu  tomcat. Serangga itu menyerang Rumah Susun Tanah Merah hingga penghuninya mengalami bengkak dan demam tinggi.  [geh]

Rate this article!
Tags: