Unesa Sebar 50 Sarjana Teknik Perkuat Guru SMK

Sarjana TeknikSurabaya, Bhirawa
Tingginya jumlah lembaga SMK menuntut adanya guru produktif yang memadahi. Karena itu, para sarjana yang telah lulus dari sejumlah kampus Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) perlu dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan guru produktif.
Universitas Negeri Surabaya (Unesa) adalah salah satu LPTK di Jatim yang digandeng Dirjen Dikmen Kemendikbud untuk melaksanakan program pemenuhan guru produktif SMK. Para sarjana dari kampus ini pun akan disebar ke sejumlah SMK di daerah untuk program yang biasa disebut talent scouting.
“Ada 11 LPTK yang mengikuti program ini, Kuota tiap LPTK 50 sarjana. Berarti ada 550 sarjana yang akan diberangkatkan untuk program sarjana mengajar,” tutur Dekan Fakultas Teknik Unesa Prof Ekohariadi saat pelepasan sarjana peserta talent scouting kampus Ketintang, (29/7).
Ekohariadi menuturkan, Unesa mendapat kuota 50 sarjana. 36 diantaranya akan disebar ke Jatim. Sementara sisanya akan dikirim ke Nunukan, Halmahera Barat dan Halmahera Tengah. Sarjana yang diplot untuk wilayah Jatim, kata Ekohariadi diminta mencari SMK sendiri yang akan dijadikan tempat mengajar. Yang di Nunukan, Halmahera Barat dan Halmahera Tengah akan diantar. Untuk peserta yang ditugaskan di Jatim kemarin ada yang dijemput kepala SMK. “Semua peserta akan mengajar di sekolah mulai Juli 2015 ini sampai akhir Juni 2016,” tandasnya.
Waktu setahun dipilih berdasar evaluasi pelaksanaan program ini tiap tahunnya. Sebelumnya lama pelaksanaan waktu hanya 6 bulan. Banyak peserta yang mengusulkan supaya lamanya waktu ditambah menjadi 12 bulan. Program ini bagi beberapa peserta tidak memberatkan. Apalagi bagi mereka yang pernah ikut program Sarjana Mendidik di daerah Terpencil, Terdalam, Terluar (SM3T).
Samsudin adalah salah seorang diantaranya. Sarjana lulusan Fakultas Teknik, Prodi Teknik Elektro, Unesa ini diplot mengajar di SMKN 1 Halhamera Barat, Maluku. “Untuk gaji yang diterima dari program sarjana mengajar ini sama dengan yang didapat dari SM3T, Rp2,5 juta per bulan,” kata sarjana asal Desa Mojomati, Kecamatan Jetis, Ponorogo.
Meski demikian, dia tidak menyoal besaran imbalan yang didapat. Prinsipnya adalah punya pengalaman mengajar. Karena banyak sarjana pendidikan yang ternyata tidak bisa mengajar setelah diterima di sekolah. “Kita berharap peserta program ini bisa diangkat PNS melalui jalur khusus. Semacam dispensasi begitulah,” harap Samsudin yang kelahiran 17 Agustus 1988 ini.
Samsudin mengaku akan mengajar dasar kompetensi kejuruan teknik jaringan dan komputer. Dia sudah menyiapkan materi pembelajaran, termasuk perangkat peraga. “Tidak ada bekal makanan khusus yang akan saya bawa. Saya sudah punya pengalaman SM3T di Papua, jadi sekarang sudah siap,” urainya. [tam]

Tags: