Urgensi Penggunaan AI di Kurikulum Merdeka

Oleh :
Ani Sri Rahayu
Dosen Civic Hukum dan Trainer P2KK Universitas Muhammadiyah Malang

Upaya adaptasi dan penyesuaian atas perkembangan teknologi yang makin masif, gencar dan maju saat ini memang benar-benar mencuri perhatian SDM dunia pendidikan Tanah Air. Terbukti, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus mengembangkan dunia pendidikan di Indonesia melalui pembaruan kurikulum yaitu Kurikulum Merdeka. Persoalan yang muncul adalah memungkinkankah Kurikulum Merdeka tersebut bisa diintegrasikan dengan kehadiran kecerdasan buatan dalam bentuk AI?. Nah, berangkat dari pertanyaan itulah melalui rubrik opini di harian ini penulis tertarik untuk berbagi gagasan dan ide yang sekiranya bisa menemukan sebuah paradigma bahwa Kurikulum Merdeka bisa diitegrasikan dengan Artificial Intelligence (AI).

Ketepatan etika menggunakan AI
Akhir-akhir ini penggunaan AI tengah heboh di tengah-tengah masyarakat tanpa terkecuali di dunia pendidikan di negeri ini. Sehingga, tidak sedikit hadirnya AI banyak dimanfaatkan oleh banyak pihak termasuk dunia pendidikan yang didalamnya adalah guru dan siswa. Itu artinya, hadirnya AI memungkinkanm untuk diimplementasikan di Kurikulum Merdeka.

Terbukti, AI membantu menyelesaikan kebutuhan guru maupun siswa terkait materi pelajaran yang sedang dipelajari di kelas. Di antaranya menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait topik kurikulum merdeka, seperti materi pelajaran, metode pembelajaran, maupun pengembangan kurikulum. Bagi guru, bisa dipastikan hadirnya AI ini akan sangat membantu untuk memberikan kuis atau soal latihan bagi siswa terkait topik mata pelajaran tertentu. Namun, kendati demikian semua pihak pengguna AI terutama guru dalam membantu proses pembelajaran meski bijak dalam menggunakan AI.

Itu artinya, penggunaan AI dalam proses pembelajaran meski ada batasan-batasan secara etis agar tidak terjadi kesalahpahaman yang justru bisa mengurangi esensi dari tujuan pembelajaran itu sendiri. Detailnya, berikut inilah beberapa hal yang harus dicermati sekaligus diperhatikan oleh pengguna dalam hal ini utamanya adalah guru dalam penggunaan AI bila hendak diafiliasikan dengan penerapan Kurikulum Merdeka.

Pertama, uji informasi AI. Itu artinya, meski AI dapat memberikan segala informasi yang dibutuhkan, tetapi sebagai guru meski tetap harus memastikan informasi yang disajikan tersebut valid dan bisa dipertanggungjawabkan.

Kedua, hindari Ketergantungan. Kemudahan yang ditawarkan bisa saja membuat banyak orang bergantung padanya, termasuk juga guru dan peserta didik. Peran guru adalah meyakinkan diri dan peserta didik bahwa kehadiran AI tidak lebih sebagai alat bantu pembelajaran serta bukan pengganti peran guru.

Ketiga, kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik. Meskipun AI bisa memberikan informasi dan solusi yang bervariasi, guru sebagai mentor perlu membimbing peserta didik dalam memilih dan menggunakan fitur-fitur yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Keempat, penggunaan yang tepat. Guru perlu mengajarkan peserta didik untuk menggunakan AI dengan tepat dan etis, serta tidak menyalahgunakan atau menyalin informasi yang didapatkan secara tidak sah.

Kelima, pengawasan. Guru perlu melakukan pengawasan terhadap peserta didik, terutama dalam memeriksa keabsahan dan keaslian tugas atau karya. Apakah tulisan serta karya seni yang dibuat peserta didik murni dari AI atau ada hasil modifikasi yang dikembangkan oleh siswa.

Merujuk dari kelima hal dalam penggunaan AI dalam proses pembelajaran tersebut, dapat digarisbawahi bahwa peran guru sebagai mentor dalam memediasi penggunaan AI sangat urgen agar kehadiran AI bisa diterapkan secara etik dan proporsional sehingga fungsinya bisa benar-benar mendorong pengkualitasan pendidikan nasional dan mencetak generasi yang unggul bersendikan dan bernafaskan nilai-nilai Pancasila.

Teknis penggunaan AI di Kurikulum Merdeka
Penggunaan AI dalam ranah akademik memang membantu dari beberapa sisi, tetapi ada beberapa sisi yang tidak bisa dijangkau kecerdasan buatan itu sendiri. Sehingga, dari situ butuh suatu cara teknis untuk bisa mengintegrasikan AI dengan pradigma Kurikulum Merdeka. Itu artinya, hadirnya AI sangat berpotensi memungkinkan untuk diimplementasikan di Kurikulum Merdeka. Dan, untuk bisa mengintegrasikan AI dengan pradigma Kurikulum Merdeka, bisa dilakukan dengan beberapa cara. Detailnya, berikut inilah beberapa cara atau teknis penggunaan AI agar bisa diterapkan di Kurikulum Merdeka.

Pertama, pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Jika sebelumnya peserta didik diarahkan menjadi subjek belajar, sementara guru sebagai fasilitator atau pengarah. Maka AI memungkinkan peserta didik dapat lebih mandiri dalam belajar untuk memperoleh bantuan yang mereka butuhkan secara cepat dan tepat waktu.

Kedua, pembelajaran berbasis teknologi. AI dapat menjadi salah satu teknologi yang bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran karena dapat memberikan kemudahan akses dan fleksibilitas dalam belajar.

Ketiga, pembelajaran berdiferensiasi hingga Memperkaya Sumber Ajar. AI dapat membantu guru memberikan tugas yang berbeda-beda dan menyesuaikan tugas tersebut dengan kemampuan peserta didik. Dengan begitu, setiap peserta didik dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka masing-masing. Selanjutnya AI dapat menjadi sumber belajar tambahan bagi peserta didik karena dapat memberikan informasi yang lebih luas. AI juga dapat membantu peserta didik dalam mencari referensi atau sumber belajar yang relevan dengan topik yang sedang mereka pelajari.

Keempat, pembelajaran mandiri. AI dapat membantu peserta didik dalam belajar mandiri, karena peserta didik dapat belajar kapan saja dan di mana saja tanpa harus bergantung pada waktu dan tempat tertentu. AI juga dapat membantu peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas mandiri yang diberikan oleh guru.

Merujuk dari keempat langkah teknis pengintegrasian AI dengan pradigma Kurikulum Merdeka tersebut diatas, besar kemungkinan jika dilaksanakan dengan baik dan maksimal maka hadirnya AI di Kurikulum Merdeka berpotensi banyak menghasilkan proses pembelajaran berbasis projek, baik praktik maupun projek ilmiah. Sehingga, keluaran proses pembelajaran tersebut mampu mengeksplorasi berbagai kemampuan- kemampuan peserta didik untuk menghadapi berbagai fenomena kehidupan di era society 5.0. Dan, pembelajaran akan mengintegrasikan kemampuan dan keterampilan tersebut sehingga dalam kehidupan bermasyarakat mereka mampu memecahkan permasalahan dan menemukan solusi yang tepat, dan mendatangkan kesejahteraan bagi semuanya.

—— *** ——-

Tags: