Wabah DB di Jatim Meningkat 155 Persen

2-dbPemprov Jatim, Bhirawa
Wabah penderita demam berdarah (DB) di Jatim terus meningkat. Terhitung sejak 1 Januari 2015 telah terjadi 2.557 kasus demam berdarah. Jumlah ini meningkat dratis 155,3 persen dibanding 2014 yang hanya ada 980 kasus.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jatim, saat ini ada lima daerah di Jatim dengan jumlah penderita terbanyak adalah Kabupaten Sumenep 289 penderita, Jember 239 penderita, Pacitan  150 penderita, Jombang 136 penderita dan Tulungagung 134 penderita. Total jumlah kematian hingga kemarin terdata sebanyak 32 kasus atau 1,7 persen dari jumlah penderita. Jumlah kematian tahun ini meningkat sebesar 91,77 persen dibandingkan pada bulan Januari 2014 yang cuma 9 kasus.
Setelah pekan lalu Pemprov Jatim menetapkan 18 kabupaten/kota dengan status Kejadian Luar Biasa (KLB) DB, pada minggu ini jumlahnya  terus meningkat menjadi 21 kabupaten/kota. Daerah tersebut di antaranya Kabupaten Sumenep, Jombang, Trenggalek, Banyuwangi, Probolinggo, Mojokerto, Tulungagung, Kediri, Madiun, Pamekasan, Ngawi, Ponorogo, Pacitan, Lamongan, Bangkalan, Nganjuk, Sedangkan daerah yang trennya meningkat dibanding tahun 2014 yakni,  Jember, Bondowoso, Sidoarjo, Sampang, Gresik, Bojonegoro, Blitar. Kota Surabaya, Pasuruan, Madiun dan kota Kediri.
Meski jumlah daerah yang ditetapkan KLB terus meningkat, Gubernur Jatim Dr H Soekarwo tetap bersikukuh tidak ingin menetapkan Provinsi Jatim KLB DB. Ini dilakukan agar pemerintah di daerah mengatasi sendiri masalah demam berdarah ini secara maksimal.
“Jika butuh bantuan, secara admisnistrasi kita siap. Yang penting langkah daerah sudah maksimal menangani masalah demam berdarah. Kita siap memberikan bantuan kepada daerah apapun yang dibutuhkan untuk mengatasi KLB DB ini,” tegas Gubernur Soekarwo, dikonfirmasi, Minggu (1/2).
Ditanya tentang alasan kenapa Pemprov Jatim tidak cepat menetapkan Jatim KLB DBD? Pakde Karwo, sapaan lekat Gubernur Soekarwo menjelaskan, mengaca pada KLB Difteri beberapa waktu lalu, saat Pemprov Jatim menetapkan KLB difteri, kabupaten/kota tidak ada yang bergerak.
“Berdasarkan pengalaman itulah provinsi hanya menetapkan KLB kabupaten/kota saja. Kita tidak ingin saat provinsi menyatakan KLB, pemkab dan pemkot nggak bergerak seperti pada kasus KLB difteri,” ungkap mantan Sekdaprov Jatim ini.
Menurut dia, jika daerah sudah bergerak maksimal dan dirasa cukup untuk menetapkan Jatim sebagai KLB, langkah ini akan dilakukan pemprov. “Sebetulnya gampang saja untuk menetapkan KLB, asal checking mengenai masalah DB itu betul-betul total,” katanya.
Pakde Karwo mengatakan, pihaknya sudah merapatkan dengan Dinas Kesehatan Jatim terkait bantuan logistik yang akan dikirim ke daerah KLB demam berdarah. “Anggarannya juga ada, kan dari pos bencana sosial. Kita tinggal minta belanja tak terduga yang jumlahnya banyak,” tandasnya.

Diperkirakan Naik
Kasus DBD diperkirakan akan naik pada tahun 2016. Data yang dihimpun di lapangan menunjukkan jumlah kasus DBD pada bulan Januari hingga empat tahun terakhir sebanyak tahun 2010 sebanyak sebanyak 5.599 kasus di tahun 2010, 1.035 kasus di tahun 2011, 3.264 kasus di tahun 2013, 973 kasus di tahun 2014.
‘’Jika dilihat kasus DBD paling banyak di tahun 2010 dan 2013 dan diperkirakan tahun 2016 nanti jumlah kasus DBD akan naik daripada tahun 2011, 2012, 2014,’’ ucap Kepala Dinkes Jatim, dr Harsono.
Harsono menyatakan, sampai saat ini kasus DBD di beberapa daerah di Jatim sangat mengkuatirkan, hal ini terlihat dari jumlah status KLB sudah mencapai 20 daerah. Data jumlah kasus DBD tanggal 29 Januari 2015 menyebutkan mencapai 2.557 kasus dengan jumlah kematian 49 kasus. Angka ini lebih tinggi daripada jumlah kasus DBD pada bulan Januari 2014 lalu sebanyak 980 kasus. ‘’Kenaikan ini sangat tajam sehingga perlu ada perhatian dari semua pihak baik dari unsur pemerintah maupun masyarakat,’’ jelasnya.
Mantan Bupati Ngawi ini mengungkapkan, untuk mengatisipasi kenaikan jumlah kasus DBD di Bulan Januari tahun 2016 Dinkes Jatim bersama-sama dengan Dinkes di kabupaten/kota dan masyarakat bersama-sama dalam menggalakkan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Selain itu Dinkes akan gencar melakukan sosialisasi gerakan 3 M (Mengubur, Menguras dan Menutup). ‘’Saya yakin dengan antisipasi sejak dini akan memperkecil jumlah kasus DBD di Jatim,’’ ucapnya.
Kasi Pemberantasan Penyakit Dinkes Jatim, Setyo Budiono menyatakan, saat ini penularan penyakit DBD di beberapa daerah mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya adalah pertumbuhan populasi nyamuk yang sangat tinggi. “Penambahan populasi nyamuk ini tidak lain karena didukung oleh faktor hujan, sehingga musim penghujan perkembangbiakan nyamuk sangat tinggi,” ucapnya.
Selain hujan faktor kepadatan penduduk di daerah juga mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti. terbukti didaerah yang padat penduduknya seperti Surabaya, Sidoarjo dan Gresik jumlah kasus DBDnya tinggi. ‘’Jika dibandingkan dengan Blitar, Situbondo tiga daerah tersebut masih tinggi kasusnya,’’ tambahnya. [iib,dna]

Tags: