Warga Desa Gelar Makan Bersama di Tengah Sungai

Warga Desa Ramban Kulon menggelar selamatan dan makan bersama di tengah sungai untuk menyelamatkan sumber mata air demi kesuburan tanah, Selasa (15/11). [samsul tahar]

Warga Desa Ramban Kulon menggelar selamatan dan makan bersama di tengah sungai untuk menyelamatkan sumber mata air demi kesuburan tanah, Selasa (15/11). [samsul tahar]

Selamatkan Sumber Air dan Kesuburan Tanah
Kabupaten Bondowoso, Bhirawa
Untuk menyelamatkan sumber mata air yang merupakan kebutuhan utama untuk kehidupan, warga Desa Ramban Kulon Bondowoso menggelar selamatan yang dikenal dengan nama Sontengan. Yakni hingga makan bersama di tengah sungai. Tradisi ini sudah berlangsung turun temurun dan tetap dijaga hingga kini.
Rangkaian acara yang dikenal dengan nama Sontengan tersebut dilaksanakan di tengah sungai (Bersoka) makam Sayyid Abu Hasan alias Bujuk Be’eji  di Sendang (Madura: somber) Paddegen dan  Sendang  Taman, Selasa (15/11) kemarin.
Bertindak sebagai koordinator kegiatan yaitu Fathor Rahman yang tak lain juru kunci makam Raden Imam Asy’ari.
“Kegiatan ini merupakan rangkaian acara dari Selamatan Gugur Gunung dengan maksud minta hujan dan minta sumber air diselamatkan,” kata Fathor Rahman kemarin.
Pasca dilaksanakannya Selamatan Gugur Gunung di komplek makam Raden Imam Asy’ari, beberapa hari setelahnya acara selamatan dilanjutkan di beberapa situs yang tersebar di beberapa dusun. Kegiatan ini juga dimaksudkan guna mengingat perjuangan Raden Imam Asy’ari dalam proses Islamisasi di Desa Ramban Kulon dan sekitarnya.
“Kegiatan ini juga untuk meneladani proses perjuangan Raden Imam Asy’ari dalam proses Islamisasi di desa kami,” ungkap Fathor Rahman.
Beberapa situs tersebut di antaranya adalah situs Sontengan. Konon, dari titik inilah Raden Imam Asy’ari memulai titik awal dakwahnya. Di sinilah beliau berdoa dan memulainya.
Situs berikutnya adalah Bersoka. Lokasinya berada di tengah-tengah sungai yang melintasi desa. Konon di sini beliau meninggal. Kabarnya beliau dibunuh oleh seseorang tepat saat beliau sedang melaksanakan salat.
“Situs berikutnya adalah Makam Sayyid Abu Hasan alias Bujuk Be’eji yang berlokasi di komplek makam umum RT 10. Sekitar 100 meter dari komplek pesarean Raden Imam Asy’ari,” ungkap Andre Mustofa pemuda setempat yang juga peduli perjuangan sesepuhnya.
Situs berikutnya adalah dua sumber mata air yaitu Sendang (sumber) Paddegen dan Sendang Taman. Menurut cerita para tetua desa, dahulu kala wilayah yang saat ini bernama Desa Ramban Kulon ini adalah daerah tandus dan kering.
“Pada saat Raden Imam Asy’ari datang ke wilayah ini,  masyarakat meminta kepada Raden Imam Asy’ari agar memohonkan air dan kesuburan pada desa ini. Kemudian Raden Imam Asy’ari bertapa dan berdoa.  Doa tersebut dikabulkan oleh Allah SWT dan turunlah hujan dengan sangat deras, bahkan kemudian muncul dua sumber mata air yang sangat besar yang tidak pernah kering hingga hari ini,” ungkap Andre menirukan cerita para orangtua di desanya.
Bahkan, menurut beberapa cerita oral para sesepuh desa,  melimpahnya air di wilayah ini membuat daerah tersebut layaknya rawa yang dalam bahasa Madura disebut Rabe. Dan kemudian dinamakanlah wilayah ini sebagai Ramben atau Ramban yang kemudian secara administratif dibagi menjadi dua desa yaitu Ramban Kulon dan Ramban Wetan. [Samsul Tahar]

Tags: