Warga Tengger Peringati Ritual Mendak Tirta di Air Terjun Madakaripura

Warga Tengger mendak tirta di air terjun Madakaripura.[wiwitgus pribadi/bhirawa]

Probolinggo, Bhirawa
Prosesi awal peringatan Yadnya Kasada mulai digelar warga Tengger di Bromo. Sabtu (4/7) pagi, warga menggelar ritual Mendak Tirta. Yaitu, mengambil air suci di air terjun Madakaripura di Desa Negororejo, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo.

Sejumlah masyarakat mengikuti ritual itu dengan khidmat di air terjun Madakaripura. Namun, di tengah pandemi Covid-19, prosesi ini sengaja tidak dilakukan dengan banyak orang. Selain itu, ritual ini dilakukan sesuai dengan aturan protokol kesehatan.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Probolinggo Bambang Suprapto, Sabtu 4/7/2020 menjelaskan, ritual Mendak Tirta dilakukan untuk persiapan Hari Raya Yadya Kasada bagi umat Hindu di kawasan Tengger. Menurutnya, ada empat sumber mata air yang digunakan dalam penyucian.
Yaitu, sumber mata air Watuk Klosot di Senduro, Lumajang; sumber mata air Widodaren; sumber mata air di Madakaripura, Lumbang; dan terakhir di Rondo Kuning, Ranupane, Lumajang. Pengambilan sumber mata air dilakukan oleh pandita disertai dengan pembacaan mantera.

“Air terjun Madakaripura merupakan daerah keramat yang diketahui sebagai tempat pertapaan Patih Gajah Mada. Gajah Mada diakui sebagai leluhur suku Tengger dan dikenal sebagai penguasa Nusantara. Air di sana termasuk air suci,” kata Bambang.

Perayaan Yadya Kasada sendiri akan dilaksanakan pada hari Senin 6/6/ 2020 di Pura Luhur Poten Bromo. Dilanjutkan dengan ritual larung sesaji hasil pertanian di kawah Gunung Bromo.
Dikatakannya, setelah melaksanakan Ritual Mendak Tirta atau pengambilan air suci, Umat Hindu Suku Tengger di lereng Gunung Bromo, melakukan Ritual Melasti atau Pembejian.

Ritual Melasti digelar di Pura Luhur Poten, dimana tujuannya sebagai langkah penyucian diri, sebelum melaksanakan Ritual Yadnya Kasada yang merupakan upacara adat Umat Hindu Suku Tenger, dan diselenggarakan setiap tahun hari ke empat belas bulan Kasada.

Melasti di lereng Gunung Bromo, tepatnya di Pura Luhur Poten digelar hari Sabtu pagi sekitar pukul 10.00 WIB, dan selesai pukul 14.00 WIB siang. Dalam prosesinya, warga Suku Tengger berjalan dari Pura menuju ke Watu Dukun yang merupakan user-user atau tempat setana anak pertama Joko Segger dan Roro Anteng, dimana merupakan dipercaya leluhur warga setempat.

Sampai di Watu Dukun warga Suku Tengger lantas menggelar ritual keagamaan, dan setelahnya kembali menuju ke Pura Luhur Poten.
Lebih lanjut Bambang Suprapto mengatakan, dalam Melasti kali ini diharapkan umat manusia diberi kesejahteraan, keselamatan, kedamaian dan dijauhkan dari segala rintangan dan bencana.

Selain itu hubungan serasi manusia dengan tuhan, manusia dengan alam dan manusia dengan manusia. “Inti Melasti ini adalah sebuah ritual mencapai keharmonisan antara manusia, tuhan, alam dan sesama manusia. Tujuannya agar semua aman, damai dan tentram,” terang Bambang.

Dijelaskan Bambang, dalam Ritual Melasti di Lereng Gunung Bromo tak hanya diikuti oleh Warga Suku Tengger Probolinggo, tapi ada juga dari warga tiga kabupaten lainnya meliputi Pasuruan, Lumajang, dan Malang.
“Jadi rangkaian jelang upacara Yadnya Kasada ini ada empat tahapan, mulai Mendak Tirta, Melasti, Pawedalan Pura dan puncaknya ritual Kasada,” tandasnya.

Upacara kali ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya semua dilakukan hanya oleh warga Tengger tanpa adanya orang dari luar, pasalnya hingga saat ini wisata Bromo belum juga terbuka untuk umum, sampai ada surat dari 4 pemerintah daerah yang mengelilingi G. Bromo tersebut.

Harapan kami dan warga, khususnya pemilik hotel, angkutan jip, angkutan kuda wisata Bromo dibuka kembali, dengan begitu perekonomina di Tengger pulih seperti sebelum Covid 19. Guna mendukung persiapan tatanan hidup baru atau new normal, sejumlah pelaku wisata di kawasan obyek wisata Gunung Bromo Tengger Semeru melakukan aksi bagi-bagi masker.

Koordinator Aksi, Digdoyo Djamaludin mengatakan adanya aksi sendiri sebagai bukti jika para pelaku wisata di kawasan obyek wisata Bromo itu telah siap memasuki era new normal atau tatanan hidup baru. Kesiapan sendiri dimulai dengan edukasi ke masyarakat, serta nantinya protokol kesehatan ketat diterapkan bagi wisatawan yang hendak berwisata, saat obyek wisata Gunung Bromo dibuka.

Pembagian masker dilakukan di jalur utama menuju Gunung Bromo, atau tepatnya sekitaran rest area Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, sejak Selasa 30/6 2020. Mereka yang terlibat, diantaranya para pengusaha hotel (PHRI), pramuwisata (HPI) dan penyedia jasa sewa jeep Bromo (Patra) di sekitaran obyek wisata Gunung Bromo, wilayah Kabupaten Probolinggo.
Sasaran pembagian masker sendiri, ditujukan bagi warga sekitar yang masih belum tertib protokol kesehatan yakni dalam menggunakan masker. Diharapkan melalui langkah tersebut, masyarakat bisa teredukasi dalam menjalankan protokol kesehatan, tambahnya.(Wap)

Tags: