Warga Tolak Gedung Sekolah Jadi Tempat Isolasi Pasien Covid-19

Camat Tandes, Dodot Waluyo saat melakukan mediasi dengan puluhan warga di Balai RW 15, Manukan, Tandes, Surabaya.

Surabaya, Bhirawa
Rencana Pemkot Surabaya untuk memanfaatkan gedung sekolah sebagai Rumah Sehat yang berfungsi untuk menampung pasien Covid-19 dengan OTG (Orang Tanpa Gejala) terus mendapatkan perlawanan dari warga setempat.
Seperti yang terjadi di Wonorejo Manukan Kulon Kecamatan Tandes, Surabaya. Warga setempat menolak keras salah satu sekolah setempat dijadikan lokasi isolasi pasien Covid-19.
Sempat dilakukan mediasi antara warga dan jajaran kecamatan. Namun mediasi itu buyar akibat bentakan Camat Tandes Dodot Waluyo saat puluhan warga setempat berkumpul di Balai RW 15, Manukan, Tandes, Surabaya.
“Iya, pak Camat Tandes membentak dengan nada keras saat mediasi di Balai RW 15 Wonorejo bersama warga dan pengurus sehingga memantik reaksi warga Wonorejo menolak keras untuk di jadikan isolasi pasien Covid-19,” ujar Jumari warga Wonorejo Manukan Kulon RT 3, Minggu (25/7).
Hal senada juga disampaikan Ketua RW 15 Wonorejo Sucipto bahwa intinya warga menolak sekolahan untuk dijadikan pasien Covid-19 karena di wilayah ini banyak pemukiman warga dan takut terpapar Covid-19.
“Kami dan warga Wonorejo Manukan Kulon menolak sekolahan dijadikan tempat pasien Covid-19 karena takut terpapar virus. Selain itu juga sempat bersitegang antara warga dan pihak camat saat mediasi,” terangnya.
Sementara itu Camat Tandes Dodot Waluyo menjelaskan, saat dilakukan mediasi warga yang diluar ruangan itu rame sehingga saat diskusi tidak bisa fokus ke pembicaraan.
“Meluruskan saja, saat saya tegur untuk diam, kan pakai speaker sehingga suaranya kan banter (keras). Ya karena saat diskusi tidak bisa nyambung (fokus) karena warga yang diluar rame,” katanya.
“Saya tidak bisa mengikuti irama seperti itu, kita batalkan saja sekolahan di Wonorejo Manukan Kulon yang rencana akan dijadikan isolasi pasien Covid-19. Kami akan mencari tempat yang lain saja untuk tempat isoman pasien Covid-19,” pungkasnya.
ebelumnya puluhan warga Kencana Timur, Kelurahan Gunungsari, Kecamatan Dukuh Pakis, Surabaya yang berdekatan dengan SDN Gunungsari 1, menolak juga menolak rencana tersebut.
Penolakan ini bukan karena sebab, karena warga sekitar khawatir jika keberadaan pasien Covid-19 yang di isolasi mandiri di gedung sekolah, bisa menyebabkan penularan ke warga sekitar.
Robert, salah satu warga RT 3 Kelurahan Gunungsari, Kecamatan Dukuh Pakis, menyebutkan, bahwa warga menolak jika SDN Gunungsari I yang berdekatan dengan permukiman warga dijadikan tempat isolasi mandiri pasien Covid-19.
“Ini sudah menjadi kesepakatan warga bersama, jika warga menolak jika gedung sekolah dijadikan tempat isolasi mandiri. Karena warga kawatir jika warga terdampak,” jelas Robert, perwakilan warga, Jumat (23/7).
Camat Dukuh Pakis, Iin Trisnoningsih menyebutkan, bahwa Pemkot Surabaya saat ini sedang merencanakan sekolah sebagai tempat isolasi mandiri terpusat.
Targetnya satu Kelurahan satu lokasi sebagai tempat isolasi, kenapa sekolah? Karena sekolah sudah ada gedung, air, listrik dan dirasa sudah siap.
“Namun rencana ini mendapat penolakan dari warga yang berdekatan dengan sekolah SDN Gunungsari I. Mereka menyampaikan keluhan dan keberatan. Agar gedung sekolah tidak dijadikan tempat isolasi. Sehingga kami menyampaikan ke Pemkot Surabaya,” kata Iin.
Sementara itu untuk mengganti tempat isolasi, pihaknya sudah mencari lokasi pengganti alternatif di lapangan futsal yang berada di belakang kantor Kelurahan Gunungsari.
Penolakan juga dilakukan warga warga Barata Jaya. Mereka melakukan aksi protes di depan SDN Barata Jaya. Imam Setiono Ketua RT 01 RW 05 Barata Jaya menegaskan, warga menolak gedung SD Barata Jaya dijadikan tempat isolasi. [dre]

Tags: