Yabhysa Tulungagung dan Dinkes Gandeng DPMD Ajak Pemdes Ikut Tanggulangi TBC

Cut Mala saat memaparkan kendala kader TBC yang belum mendapat support dari dalam upaya menanggulangi penyakit TBC, Kamis (14/12).

Tulungagung, Bhirawa.
Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (Yabhysa) Tulungagung bersama Dinas Kesehatan (Dinkles) Kabupaten Tulungagung menggandeng Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Tulungagung mengajak pemerintah desa (pemdes) ikut berperan aktif dalam pemberantasan penyakit TBC.

Terlebih dalam upaya mendukung keberadaan kader TBC di desa yang berperan aktif dalam pemberantasan penyakit menular tersebut. “Saat ini masih banyak desa di Tulungagung yang belum memprioritaskan kader TBC menjadi salah satu kegiatan yang masuk Musrenbangdes,” ujar Ketua Yabhysa Cabang Tulungagung, Cut Mala Hayati Ansyari, Kamis (14/12).

Menurut dia, masih ada kader TBC yang tidak bisa melakukan penyuluhan dengan support pemerintah desa. “Jadi hanya dukungan dari puskesmas saja. Yang mendapat dukungan baru beberapa desa di Kecamatan Rejotangan, Sumbergempol dan Boyolangu ,” terangnya.

Cut Mala berharap dengan menggandeng DPMD Kabupaten Tulungagung yang juga termasuk anggota Tim Percepatan Penganggulangan TBC dapat membuat semua pemdes di Tulungagung ikut mendukung dalam penanggulangan penyakit TBC.

“Dengan menggandeng DPMD bisa meningkatkan pemahaman kepala desa tentang kegiatan pengelolaan pelayanan kesehatan masyarakat desa, khususnya dalam program penanggulangan TBC. Kegiatan tersebut bisa di breakdown untuk kesejahteraan kader TBC, pasien TBC dan kegiatan penyuluhan serta pelacakan TBC di desa,” tuturnya.

Hal yang sama dikatakan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Tulungagung, Desi Lusiana Wardhani. Menurut dia, support anggaran dari pemdes bisa membantu pada pasien TBC secara langsung atau bentuk pendampingan untuk transport kader dalam merujuk penderita TBC ke Puskesmas.

Desi Lusiana mengakui saat ini yang menjadi perhatian Dinkes Tulungagung dalam penanggulangan penyakit TBC adalah cukup tingginya angka penderita TBC yang putus berobat. Terlebih terjadi peningkatan anak yang terdeteksi menderita penyakit TBC.

“Tercatat 77 penderita yang putus berobat. Ini akan meningkatkan kegagalan pengobatan. Karena itu, kami bekerja sama dengan semua pihak dengan harapan semua penderita TBC dapat sembuh atau dengan pengobatan lengkap,” paparnya.

Sementara itu, Rudi Prastyo, selaku Penggerak Swadaya Masyarakat Ahli Pertama pada DPMD Kabupaten Tulungagung, menyatakan akan menindaklanjuti permintaan Yabhysa dan Dinkes. DPMD Kabupaten Tulungagung bakal mengirim surat kepada para kepala desa agar mereka ikut mendukung dalam penanggulangan penyakit TBC, termasuk mengetahui jumlah kader TB di setiap desa.

“Support bisa dilakukan saat dilakukan Musrenbangdes di bulan Januari. Apabila penyakit TBC sudah menjadi sangat urgen maka perlu diperjuangkan bersama-sama. Tetapi, mungkin juga para kepala desa belum tahu tentang informasi bahaya TBC sehingga perlu diadakan komunikasi dan advokasi pada mereka,” pungkasnya.[wed.ca]

Tags: