24 Video Pendek Bersaing Menjadi Tiga Besar

Proses penilaian lomba video pendek yang diselenggarakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Jawa Timur, Rabu (19/10) kemarin.

Proses penilaian lomba video pendek yang diselenggarakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Jawa Timur, Rabu (19/10) kemarin.

Surabaya, Bhirawa
Sebanyak 24 video pendek karya siswa Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK) dan sederajat se Jawa Timur bersaing menjadi tiga besar untuk menjadi wakil Jawa Timur di ajang lomba video pendek “kita Boleh beda”. Ke-24 video pendek ini sedang  dinilai oleh tim Juri untuk mendapatkan 3 video pendek terbaik .
“Ketiga video pendek ini nantinya akan mewakili Jawa Timur untuk bersaing ke tingkat nasional bersaing dengan pemenang dari provinsi lainnya,” kata salah satu tim juri Swastika Nahara, Rabu (19/10) kemarin.
Menurut Tika demikian perempuan cantik ini biasa dipanggil, ada 32 provinsi yang juga menggelar lomba serupa. Sehingga nantinya kalau masing-masing provinsi mengirim 3 video pendek terbaik, maka akan ada 96 video yang akan dinilai oleh tim juri di tingkat nasional.
“Nanti akan diambil sepuluh besar yang berhak untuk mengikuti workshop tentang sinema di Jakarta,” kata Tika.
Lebih lanjut menurut Tika, dari pengalamannya menjadi tim juri, banyak menemukan peserta yang sudah memiliki kemampuan teknis yang sangat baik.
“Ada potensi yang luar biasa yang dimiliki para siswa -siswa kita. Nah ini kalau difasilitasi tentu akan menjadi modal yang baik untuk ikut serta menyebarkan virus perdamaian melalui video-video pendek yang bisa dibuatnya,” kata Tika.
Bukan itu saja, memberi ruang siswa untuk membuat video atau film diharapkan juga akan ikut mengisi ruang di  dunia maya dengan konten yang positif.
“Saat ini banyak konten-konten negatif yang  mengandung kekerasan atau pun pornografi beredar luas di media sosial utamnya youtube. Sayang kalau remah kjita hanya sebagai konsusmen. Mereka harus didiyun untuk ikut berkatara yang positif,” jelas Tika Lagi. Selain itu, jelas Tika hampir disemua provinsi selalu ada video pendek yang mengangkat persoalan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah. Fenomena itu tentu menunjukkan bahwa praktik bullying sungguh terjadi di semua tempat.
Selain juri dari pusat,  dalam penilaian kemarin juga menghadirkan juri dari Dinas Pendidikan Provinsi Jatim Tri Herry Suhartinah dan dari praktisi sinema Imung Mulyanto.
Dikonfirmasi di tempat yang sama, Ketua Forum Koordinasai Pencegahan teroris (FKPT) Provinsi Jawa Timur Dr Soubarissman merasa lega karena jumlah peserta yang ikut cukup banyak.
“Awalnya saya sempat cemas, karena mepetnya waktu akan membuat peserta minim. Tetapi ternyata respon pelajar kita cukup besar,” kata Soubarisman. Kondisi tersebut jelas Soubar, menunjukkan bahwa potensi kreatif  pelajar di Jatim sangat besar. Oleh karena itu, potensi kreatif yang dimiliki para pelajar itu harus difasilitasi. Dalam konteks pencegahan terorisme, jelas Soubar maka posisi pelajar menjadi sangat strategis.
“Pelajar menjadi kelompok yang rentan terpapar ajaran dan ajakan melakukan radikalisme. Untuk itu pelajar harus kita ajak untuk ikut serta melindungi diri dan lingkungannya,” kata Soubarisman yang juga mantan anggota DPRD Kabupaten Gresik ini. [why]

Tags: