Oleh :
Sapto Wardoyo
ANAK-ANAK
/1/
dari sebuah album tua
masa lalu terbuka dengan sendirinya
kenangan mengalir dalam gambar
lembar demi lembar
dari sebuah album tua
aku melihat anak-anak
gemetar merangkaki dunia
lalu berjalan menapaki usia
mereka tumbuh dengan sederhana
bukan dengan harta, tapi oleh cinta
juga waktu yang selalu ada
menjadi dongeng dan aneka cerita
dari sebuah layar kaca
aku melihat hal yang berbeda
anak-anak telanjang dada
gemetar melewati waktu
dalam asap dan debu
di lampu-lampu merah
anak-anak mengulurkan tangan
menyodorkan rasa lapar
terbata menyanyikan rindu
tentang cinta ayah dan ibu.
Bekasi, 2021
NELAYAN
pada mata istrinya
menghayati genangan doa-doa
yang mengalir dari tubuh malam
dan juga airmata
pada mata anaknya
memahami mimpi-mimpi
tentang seragam dan buku-buku
juga jejak sepatu
yang berlarian mengejar harapan
di halaman sekolah dasar
dan pada mata waktu
ia melangkah ragu
membawa semua rasa rindu
dengan jala dan perahu
menerjang tingginya gelombang
meminang ikan-ikan
yang terus berlarian
Bekasi, 2021
SEPAK BOLA
kalau hamparan rumput itu
menjadi serupa dunia
maka kita menjelma bola
bergulir, melesat dan melambung
mengikuti kaki-kaki nasib yang terus berlari
tanpa peduli pada rasa nyeri
tak kan pernah berhenti diburu
karena di tubuhnya mengendap waktu
tak kan pernah berhenti dilesatkan
demi sesuatu yang bernama kemenangan
karena engkau adalah rindu
bagi kaki-kaki yang terus berlari
bersepatu gengsi dan ambisi
di bawah gemerlap cahaya
di antara gemuruh yang membahana
kibar warna-warni bendera
dan berjuta-juta pasang mata
engkau berloncatan di tengah arena
hingga akhirnya luruh di sudut jala
kalau kemenangan menjadi yang utama
maka kita menjelma luka
yang terus melesat menuju nganga
tak berdarah juga tak bernanah
pantang menjeritkan rasa sakit
hingga nanti waktu terkapar
pada nyaringnya bunyi peluit.
Bekasi, 2021
AKU INGIN MEMELUKMU
Aku ingin memelukmu
tanpa rasa takut dan kecemasan
pada detak jam yang terus berjalan
pada jarum yang terus berputar
mengabarkan ancaman demi ancaman
yang terus membayangi kehidupan
Aku ingin memelukmu
tanpa kata-kata yang diucapkan
oleh siapa kepada siapa atau tentang apa
cukup dengan mata terpejam
sambil terus menghayati dingin
yang dikabarkan awan lewat derai hujan
Aku ingin memelukmu
dan membisikkan sebait sajak
yang kutulis di lengkung langit
tentang indahnya warna pelangi
tanpa harus bercerita
tentang hujan atau badai
yang pernah datang sebelumnya
dan membuat pelangi itu menjadi ada.
Bekasi, 2021
BERTANYALAH PADA (LUKA) SEMESTA
Jika matahari garang membakar kemarau
Hingga pohon-pohon tuntas meranggas
Jika awan terus merindukan hujan
Dan hujan menjelma air bah yang menghanyutkan
Jika angin tak sempat menggugurkan daun
Dan daun-daun tak mengabarkan kesejukan
Jika langit enggan meneteskan embun
Atau embun tak menyegarkan daun
Jika kuncup tak merekah menjadi bunga
Atau bunga-bunga tak menebarkan wanginya
Jika hutan tak menumbuhkan pepohonan
Atau pepohonan tak memberikan kehidupan
Jika laut menjelma gelombang
Dan gelombang menyembunyikan ikan-ikan
Maka bertanyalah pada semesta, yang mungkin terluka
Jika kamu sudah bertanya, dan semesta hanya diam saja
Tak perlu bertanya pada Tuhan, ada apa?
Barangkali Dia juga terluka!
Bekasi, 2021
Tentang Penulis :
Sapto Wardoyo
Seorang karyawan yang suka menulis baik puisi ataupun cerpen. Sewaktu SMA pernah menjuarai lomba cipta Puisi Siswa-Siswa SLTA seluruh Jawa-Timur, yang diadakan oleh Univ. Dr. Soetomo, Surabaya dalam memperingati hari Pahlawan. Tahun 1985-1986 aktif menulis di beberapa harian lokal. Sekarang ini puisi saya termuat dalam harian SWARA KALTIM. Aktif di beberapa komunitas sastra. Beberapa puisi dalam proses penerbitan dalam Antologi bersama.