Antisipasi Kemungkinan KLB Difteri, Pemkab Probolinggo Gelar Rakor ORI

Dinkes Kabupaten Probolinggo gelar rakor pelaksanaan ORI Difteri.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Pemkab Probolinggo, Bhirawa.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo menggelar rapat koordinasi (rakor) pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) Difteri Kabupaten Probolinggo di ruang pertemuan Tengger Kantor Bupati Probolinggo.

Rakor Ori Difteri ini digelar sebagai antisipasi pencegahan KLB Difteri yang angkanya mulai meningkat di Kabupaten Probolinggo.

Rakor yang dihadiri oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Probolinggo Ugas Irwanto didampingi Sekretaris Dinkes Kabupaten Probolinggo Mujoko serta perwakilan Kodim 0820 Probolinggo dan Polres Probolinggo ini diikuti oleh OPD terkait, Camat dan Kepala Puskesmas se-Kabupaten Probolinggo serta organisasi kemasyarakatan di Kabupaten Probolinggo.

Dalam kesempatan tersebut dilakukan penandatanganan komitmen bersama demi suksesnya pelaksanaan ORI Difteri di Kabupaten Probolinggo oleh Sekda Ugas dan semua peserta rakor pelaksanaan ORI Difteri.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Probolinggo Ugas Irwanto, Selasa (4/7) mengatakan rakor ini merupakan ikhtiyar Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (KLB PD3I).

“Selama tahun 2022 sampai dengan 2023 di Kabupaten Probolinggo telah ditemukan sebanyak 10 kasus PD3I Difteri, diantaranya 4 kasus meninggal dunia. Hal inilah yang mendasari adanya ORI Difteri/Outbreak Response Immunization Difteri di Kabupaten Probolinggo,” katanya.

Sekda Ugas menjelaskan ORI atau Outbreak Immunization Response merupakan standard operating procedure apabila terjadi KLB penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), dalam hal ini Difteri.

“Secara Nasional terjadi penurunan cakupan imunisasi rutin sejak adanya pandemi Covid-19. Begitupun cakupan di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2020 IDL/Imunisasi Dasar Lengkap sebesar 94,52, tahun 2021 sebesar 93,55 dan tahun 2022 sebesar 93,17,” jelasnya.

Menurut Sekda Ugas, untuk cakupan imunisasi difteri di Kabupaten Probolinggo masih dibawah target 95%. Yakni, untuk DPT3 pada tahun 2021 sebesar 78,20% dan tahun 2022 sebesar 95,62%. Untuk DPT4 pada tahun 2021 sebesar 60,78% dan tahun 2022 sebesar 95,17%.

“Cakupan BIAS-Difteri/Bulan Imunisasi Anak Sekolah Difteri tahun 2021 hanya 32,91% dan tahun 2022 sebesar 96,07%. Angka tersebut menunjukkan masih banyak anak di Kabupaten Probolinggo tidak mendapatkan imunisasi rutin lengkap sehingga akumulasi anak yang tidak mendapat imunisasi rutin lengkap tersebut mengakibatkan tidak akan terbentuk kekebalan kelompok atau herd immunity,” terangnya.

Sekda Ugas menegaskan ORI bertujuan untuk meningkatkan kekebalah masyarakat dengan menutup immunity Gap sehingga diharapkan dapat memutus mata rantai penularan. Oleh karena itu ORI Difteri sebanyak tiga putaran perlu dilakukan untuk membentuk kekebalan tubuh dari bakteri Corynebacterium diphteriae.

“Sasaran ORI anak usia 1 (satu) tahun sampai dengan usia 15 tahun dengan 3 tahap yang direncanakan tahap 1 bulan Juli, tahap 2 bulan Agustus. Sedangkan tahap 3 pada bulan Februari tahun 2024, masing -masing tahap memiliki target minimal cakupan 95%,” tegasnya.

Lebih lanjut Sekda Ugas menambahkan pelaksanaan ORI ini bukan hanya menjadi tugas Dinas Kesehatan namun menjadi tanggung jawab bersama. “Karena ini bentuk upaya kita sebagai pemangku kebijakan dalam melindungi mayarakat serta anak-anak kita sebagai generasi penerus, sehingga pada akhirnya di Kabupaten Probolinggo tidak terjadi KLB PD3I,” tambahnya.

Sementara Sekretaris Dinkes Kabupaten Probolinggo Mujoko menyampaikan masa inkubasi dari difteri antara 1-10 hari, rata-rata 2-5 hari. Kasus dapat menularkan penyakit ke orang lain 2- 4 minggu sejak masa inkubasi. Seseorang dapat menjadi Carrier tanpa gejala selama 6 bulan.

“Penularan terjadi secara droplet (percikan ludah) dari batuk, bersin, muntah, melalui alat makan atau kontak erat langsung dari lesi di kulit. Semua kelompok usia dapat tertular penyakit ini, terutama yang belum mendapatkan imunisasi lengkap,” ujarnya.

Mujoko menerangkan cara pencegahannya, segera ke pelayanan kesehatan bila ada tanda dan gejala nyeri tenggorok serta menggunakan masker baik kasus maupun kontak erat dan negurangi kontak dengan orang lain.

“Bila merasa menjadi kontak erat maka segera ke fasyankes untuk mendapatkan profilaksis dan dilakukan screening status imunisasi. Selalu melakukan kebersihan diri yaitu mencuci tangan dengan sabun. Mengikuti imunisasi rutin lengkap yang bisa didapatkan difasyankes terdekat termasuk bila ada kegiatan ORI,” tambahnya.(Wap.gat)

Tags: